Mayra begitu bahagia dijodohkan dengan pria pilihannya, akan tetapi harapannya dicintai harus pupus dan kandas. Rayyan Atmadja sangat membenci Mayra namun dirinya enggan untuk melepaskan.
Apakah Mayra mampu mempertahankan dan membuat Rayyan mencintainya atau Mayra lama-lama menjadi bosan lalu meninggalkan pria pilihannya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Buah Cinta Mayra
Beberapa tahun kemudian ...
Seorang bocah laki-laki berlari kecil menghampiri Mayra yang sedang memasak lalu memeluknya, mendongakkan wajahnya dan berkata penuh semangat, "Mama....aku menang lomba!"
"Wah...selamat, ya, Nak!" Mayra tersenyum bangga.
"Aku senang dapat hadiah, Ma!" kata bocah laki-laki bernama Rama. Ia baru saja memenangkan perlombaan lari cepat tingkat anak-anak.
"Memangnya kamu dapat hadiah apa, sayang?" Mayra mematikan kompornya, menundukkan kepalanya sembari mengukir senyuman.
"Aku dapat hadiah uang, Ma. Aku akan menabungnya, jika sudah banyak aku mau membelikan Mama mobil biar kita tidak kepanasan," ucap bocah kini berusia 5 tahun. Dirinya hanya tahu jika sang ibu kemanapun pergi selalu menggunakan angkutan umum.
Mayra yang mendengarnya tampak terharu dan berkata, "Terima kasih, Nak."
"Aku lapar, Mama masak apa hari ini?" tanya Rama.
"Sop ayam kesukaan kamu," jawab Mayra.
"Asyik, aku suka!" teriaknya kegirangan.
"Pergilah ke ruang makan, Mama akan mengantarkannya!"
Rama mengangguk mengiyakan, ia lalu melangkah meninggalkan dapur.
Mayra lantas menyajikan sop ayam ke dalam mangkok, kemudian membawanya dan meletakkannya dihadapan putranya. "Makanlah!"
Rama tersenyum senang, perlahan menyeruput kuah sop ayam dengan sendok.
"Bagaimana? Enak?"
"Enak sekali, Ma!" Rama mengangkat jempol tangan kanannya.
"Setelah makan, kamu pergi mandi. Mama mau mengajakmu jalan-jalan bersama Bibi Lanny."
"Memangnya kita mau ke mana, Ma?"
"Mama tidak tahu, hanya saja Bibi Lanny ingin mentraktir kita."
Sejam kemudian, Mayra dan putranya selesai berpakaian rapi. Keduanya melangkah ke rumah yang sudah dibeli Lanny beberapa bulan lalu tak terlalu jauh dari kediaman Mayra.
"Hai, tampan!" Lanny mencubit pelan pipi Rama.
"Bibi, sakit!" Rama mengerucutkan bibirnya.
"Bibi kangen sekali denganmu!" kata Lanny tersenyum.
"Ayo sekarang kita berangkat!" ajak Rama.
"Tunggu sebentar, dong, tampan!" ucap Lanny. "Bibi mau menutup pintu dulu!" lanjutnya.
Ketiganya pun berangkat menggunakan taksi online ke sebuah restoran yang di mana juga menyediakan arena bermain buat anak-anak.
"Apa aku boleh bermain di sana, Ma?" Rama meminta izin kepada Mayra sembari menunjuk ke arah salah satu wahana permainan.
"Pergilah!" Mayra memberikan izin.
Rama dengan riang berlari ke arah wahana mainan tersebut. Sedangkan, Mayra dan Lanny lantas mencari tempat duduk lalu memesan makanan.
"Kapan Bibi Ratih kembali dari kampung?" tanya Lanny membuka percakapan setelah memesan menu.
"Besok sore dari sana," jawab Mayra.
"Kak Mayra, beberapa bulan ke depan aku tidak berada di kota ini," ucap Lanny sendu.
"Loh, memangnya kamu mau ke mana?" tanya Mayra.
"Ada pekerjaan yang mengharuskan aku ke luar kota, tapi cuma tiga bulan saja," jawab Lanny.
"Aku dan Rama pasti akan merindukanmu," kata Mayra.
Ditengah keasyikan Mayra dan Lanny mengobrol terdengar suara tangisan dari arena bermain, sontak kedua wanita itu menoleh ke arah tersebut.
"Rama!" lirih Mayra lantas berdiri dan berjalan ke arah wahana permainan disusul Lanny.
"Apa yang terjadi?" tanya Mayra mendekati putranya dan Rama gegas memeluk kaki ibunya.
"Kamu pasti ibunya?" seorang wanita muda menatap arogan dan menunjuk wajah Mayra dengan jari telunjuknya.
"Iya, saya ibunya. Apa yang sudah dilakukan putraku?" tanya Mayra mencoba tenang.
"Putramu sudah merebut mainan putriku!" jawab wanita muda itu.
"Apa benar, Nak?" Mayra bertanya kepada putranya untuk memastikan jawaban ibu muda dihadapannya.
"Tidak, Ma. Aku yang lebih dahulu memegang mainan itu!" kata Rama sesenggukan.
"Anda dengarkan?" Mayra menatap wanita muda dihadapannya.
"Putramu berbohong, anakku lebih dahulu memegang mainan mobil-mobilan itu!" Ibu muda tersebut tak mau kalah.
"Aku sangat mengenal putraku, tidak mungkin dia berbohong!" tegas Mayra.
Ibu muda itu yang sangat marah, mendorong tubuh Mayra hingga terjatuh. Sontak membuat beberapa orang disekitar mereka menjerit.
"Mama!" Rama semakin mengencangkan tangisannya.
Lanny tak senang Mayra terjatuh lantas mendorong tubuh ibu muda itu.
"Hei, siapa kamu?" bentak seorang pria menghampiri ibu muda tersebut.
"Ajarkan kepada istrimu, jangan bersikap kasar!" kata Lanny dengan lantang.
"Apa kalian tidak tahu bahwa kami ini dari keluarga terpandang?" suami wanita muda itu berkata sombong.
"Aku tidak peduli!" ucap Lanny tegas.
"Lanny, ayo kita pergi dari sini!" Mayra sudah berdiri menarik tangan Lanny.
Sepasang suami istri itu hendak menyerang Lanny dan Mayra namun dihalangi petugas keamanan dan pegawai restoran.
Lanny yang sudah tidak berselera makan lagi, meminta pelayan membungkus makanan dan minuman yang dipesannya.
"Mama, Bibi, aku minta maaf. Karena aku, kita tidak jadi makan di sini!" Rama menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah.
"Rama, kamu tidak salah. Hanya saja mereka yang terlalu angkuh!" kata Lanny begitu kesal dengan sepasang suami istri itu.
Setelah pelayan membungkus makanan dan Lanny membayar tagihan. Mereka pun meninggalkan restoran, ketiganya menunggu taksi di depan tempat itu.
Taksi mereka tunggu belum datang, ibu muda yang memarahi Rama menghampiri mereka dan berkata, "Sudah aku tebak, kalian itu hanya orang susah kebetulan baru pertama kali makan di restoran mewah ini!"
Pandangan ibu muda itu berpindah mengarah kepada Mayra, "Pantas saja putramu kelakuannya sangat rendah!" singgungnya.
Lanny yang tak tahan dengan mulut nyinyir ibu muda tersebut hendak membalas namun genggaman tangan Mayra di lengannya mengurungkan niatnya.
"Taksi kita sudah datang!" Mayra menghentikan aksi Lanny karena bertepatan mobil hitam dengan nomor plat sesuai pesanan mereka melalui aplikasi tiba.
Ketiganya pun menaiki mobil dan menghiraukan tatapan sinis ibu muda tersebut.
"Tante itu kenapa kejam sekali kepada kita, Ma? Padahal aku tidak merebut mainan anaknya, aku lebih dahulu memegangnya," kata Rama menjelaskan awal mula masalahnya di dalam taksi online.
"Lagian itu anaknya perempuan tapi kenapa harus merebut mainan anak laki-laki!" kesal Lanny.
"Entahlah, mungkin dia ingin main mobil-mobilan!" kata Mayra mencoba berpikir positif.
"Ada banyak mainan mobil-mobilan di sana, Ma!" jelas Rama.
"Berarti anaknya saja yang ingin mencari masalah!" geram Lanny.
"Mungkin dia ingin bermain denganmu, cuma caranya salah untuk merebut perhatianmu," jelas Mayra kepada putranya.
"Tapi, kenapa itu anak cuma diam saja?" tanya Lanny.
"Mungkin saja dia takut kepada ibunya," jawab Mayra menebak.
"Mungkin saja, ibunya kejam kayak gitu. Pasti anaknya tertekan sekali!" tuding Lanny.
"Iya, aku malah kasihan dengan anaknya," ucap Mayra.
"Semoga saja kita tidak bertemu mereka lagi!" harap Lanny.
"Iya, Bibi Lanny. Aku sangat takut sekali, apalagi Mama tidak pernah memarahiku seperti itu," ungkap Rama.
Mayra yang mendengar curahan hati putranya memeluk Rama dan mengecup ujung kepala lalu berucap, "Mama akan berusaha melindungimu selama apa yang kamu lakukan adalah benar!"
"Seandainya papa di dekat kita, pasti mereka tidak berani memarahiku!" ujar Rama membuat Mayra dan Lanny saling pandang.
Salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜