Ana seorang pekerja keras yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adiknya setelah kepergian ayah nya.
Hingga suatu hari dia menderita penyakit leukimia stadium akhir membuatnya hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Anna terduduk di trotoar jalan kecil sambil memperhatikan jalanan ramai, hari semakin sore , dan sudah waktunya jam pulang kerja,Anna memperhatikan orang - orang yang berlalu lalang, ada siswi SMP yang tengah dijemput ibunya di dekat halte, sepasang kekasih yang tengah bergandengan tangan menyeberang zebra cross, sepasang lansia yang duduk berdua di halte sambil berbincang hangat, ada orang yang buru-buru mengejar bis takut tertinggal, masih banyak yang dia perhatikan.
Dia melihat pasangan suami istri yang tengah berjalan menuju halte, sang suami dengan posesif melindungi istrinya yang tengah hamil besar dari dorongan orang-orang,Dulu Anna punya impian menjadi seorang ibu, Menimang kaki kecil putra nya dan merasakan betapa halus kulit pipinya yang tembam, dan suara rengekan nya saat ia menangis karena lapar. Andaikan dia dapat kesempatan apakah ada orang yang akan melindungi nya seperti pria itu melindungi istrinya. Akankah dia ada.
" Akhirnya aku menemukan mu."
Joan berjongkok di depan Anna , Anna memperhatikan joan yang dengan rakus menghirup napas , dahinya penuh dengan butiran keringat. Anna memperhatikan joan lumayan lama.
" Apa yang kau lakukan. Kau bahkan tidak bisa bernafas dengan benar."
'Apa dia orangnya'. Batinnya.
" Aku mencarimu dari tadi, aku tidak melihat mu di dimana pun , aku bertanya dengan teman Satu ruangan mu, katanya kau pergi menemui pak jaya manajer PT z, apa yang terjadi."
" Entah apa yang terjadi, tiba-tiba isi kontraknya berubah, aku yakin kalau isi dari kontrak kerja sama itu 15 % bukan 30% tapi nyatanya kontrak nya salah."
" Lalu bagaimana, Apa pak jaya tetap mau tanda tangan."
" Tidak, tapi pak jaya memintaku membuat produk baru yang lebih menarik dalam satu Minggu , jika dia tidak tertarik maka aku akan di pecat." Anna menehela nafas.
" hei, kenapa kau lemas begitu, kurasa ini kesempatan bagus untuk menunjukkan skil mu pada mereka, kau tahu kau adalah orang yang berbakat, aku yakin kau pasti bisa."
" terimakasih joan."
Anna mengerjakan riset nya dan terjun langsung ke lapangan, dia bekerja dengan sangat keras ditemani joan.Dia begitu teliti dan hati-hati kali ini, dia mempersiapkan secara detail bahkan untuk hal-hal terkecil. Jari-jari nya bergerak cepat diatas keyboard laptopnya,Anna bersandar pada Kepala tempat tidur nya sambil mengerjakan proyek nya.Jari tangannya berhenti mengetik menandakan selesai nya pekerjaan nya.Darah menetes dari hidung nya ke tangannya, satu tetes, dua tetes, dan semakin banyak darah yang keluar dari hidungnya, Kepalanya pening dengan susah payah dia membuka laci nakas di samping tempat tidur nya untuk mengambil obatnya dan cepat menelan 3 butir obatnya sesuai dosis, darah yang tadi keluar deras mulai berkurang.
Terdengar bunyi notifikasi dari hp nya pesan dari adiknya Yudha .
Yudha:
Bagi uang jajan dong, jangan pelit sama Adek sendiri
^^^Anna^^^
^^^bukannya sudah ku tf dua hari yang lalu sama ibuk^^^
Yudha
Cuman 5 juta Mau sampe berapa hari coba
^^^Anna^^^
^^^aku nggak ada uang lagi^^^
Yudha
Pelit banget sih
Anna menyimpan hp nya keatas nakas dekat tempat tidur nya.Anna membersihkan hidungnya yang berdarah dan membaringkan tubuhnya berharap peningnya berkurang.
Hari ini adalah hari yang menjadi penentu karir nya , Anna merasa gugup tapi dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia pasti bisa.
" siap untuk persentasenya Miss." goda joan pada Anna yang tengah gugup sekarang.
" aku gugup." Anna meremas jari-jari tangannya sampai merah, joan melihat itu langsung memisahkan remasan Anna pada tangannya.
" Jangan gugup, kamu pasti bisa."
Seketika perasaan gugup Anna berkurang.
Anna melakukan persentase yang baik di depan semua kolega bahkan pak jaya merasa puas dengan produk kali ini dan berencana tanda tangan kerja sama dengan S corp.
Sementara itu Yudha tengah membujuk ibunya untuk meminta uang pada Anna.
"buk, minta lagi lah uang nya sama mbak Anna, aku butuh itu buk, uangnya mau aku pakek buat ujian, kalau aku nggak ujian gimana aku mau lulus buk."
" Bukannya ibu gak mau minta, tapi kan mbak mu baru kirim uang dua hari yang lalu kamu sendiri kan yang ambil uang nya, kamu buat kemana itu uang."
" Biasa lah buk aku kan ajak intan jalan buk, kalau aku nggak ada uang gimana mau ajak intan jalan."
" Kamu ini cewek terus yang kamu pikirin."
" Buk, ayolah buk. Bilangin mbak Anna buat kirim uang lagi."
"iya nanti ibuk coba minta sama mbak mu."
" yes ok buk aku pergi kampus dulu ya buk."
" iya sana berangkat."
Yeni adik Anna yang paling kecil masuk dengan beberapa belanjaan di tangan kanan dan kirinya.Dengan wajah sumringah ia berjalan ke arah ibunya dan menunjukkan belanjaannya.
" Buk, coba lihat tadi Yeni banyak belanja baju baru buk."
" oh iya , coba mana ibu mau lihat."
Yeni membongkar isi paperbag nya dan mengeluarkan berbagai model baju dari dalam nya.
" Bagus-bagus kan buk."
" Iya bagus, kamu ada beli in ibu nggak."
" Heheheh, uang nya mana cukup buk , uang yang ibu kasih kemaren aja cuma cukup beli segini ibuk."
" Kamu sudah habisin uang kamu, trus besok kamu jajan sekolah nya apa."
" Aduh ibu, tenang ajalah buk kan ada mbak Anna buk, tinggal minta lagi aja."
" Tapi ibu kasihan sama mbakmu, dia pasti kerja nya capek."
" Aduh ibu, mbak Anna mah disana hidup nya enak, makan nya pasti enak- enak , pasti juga tinggal nya di apartemen bagus, bajunya juga pasti bagus bagus sama mahal. Jadi ibu nggak usah khawatir."
Namun nyatanya apapun yang dibicarakan Yeni tidak sesuai dengan kenyataan yang tengah di jalani Anna. Benar-benar bertolak belakang.
Anna memandangi pakaian yang ada dibalik kaca toko itu, matanya berbinar tertarik melihat gaun putih selutut itu begitu sederhana tapi sangat elegan dan indah, joan melihat Anna yang tengah memperhatikan gaun itu.
" Kau suka , kau bisa membelinya, atau kau ingin aku yang belikan."
"huh, tidak perlu aku tidak tertarik."
" hei kau tahu ,kalau kau suka katakan kau suka "
Anna pergi dari depan toko itu, joan menatap Anna dan kembali menatap gaun itu.
Anna terus berjalan dan ponselnya kembali berdering kini ada nama ibu disana, Anna tahu untuk apa ibunya menelpon nya.Joan memperhatikan Anna yang terus memandangi ponsel nya yang berdering tapi tidak diangkat.Ponsel nya berdering untuk yang ke tiga kalinya,akhirnya Anna mengangkatnya.
" Kamu sengaja ya, nggak mau angkat telpon ibu." cerocos ibunya.
" Nggak buk , Anna lagi di jalan tadi nggak dengar."
" Jangan alasan kamu, Yudha mau ujian katanya dia minta uang sama kamu tapi nggak di kasih."
" Aku kan dah transfer sama ibu dua hari yang lalu."
" Itu mana cukup, uang yang kamu kasih itu udah habis kamu mau adik kamu nggak lulus terus karena nggak ikut ujian."
" Ibu itu uang semua yang kukirim udah nggak ada lagi, ibu harus nya tanya yudha udah 6 tahun kuliah kok belum lulus."
" Kamu pikir adikmu nggak berusaha apa buat lulus kuliah kamu pikir sarjana itu gampang, kebetulan aja otak kamu lebih pintar dari adik kamu."
" Buk, emang uang yang aku kirim dibuat kemana aja, masa Anna terus ngirim tapi ibu sama yang lain selalu kehabisan uang, Anna benar udah nggak ada uang lagi buk."
" Ya sudah kalau kamu nggak mau ngasih, kamu memang ingin kan ibu bekerja panas-panasan di ladang, bahkan semasa bapakmu masih ada ibu nggak pernah kerja kayak gini, harusnya bapak mu juga bawa ibuk aja."
" Astaghfirullahaladzim buk, jangan ngomong gitu, iya nanti Anna usahain ya buk tapi Anna butuh waktu buk."
"Ya udah ibu kasih 3 hari buat kamu transfer uang nya."
" Iya buk."
Joan terdiam mendengar pembicaraan Anna dan ibunya, sungguh tidak habis pikir Anna dijadikan sapi perah oleh ibu dan adik-adiknya. Joan jadi teringat bahkan untuk makan saja Anna kebanyakan makan mie instan, pakaiannya juga hanya beberapa dan dipakai bergantian ke kantor.
"Seharusnya kamu mikirin diri kamu sendiri juga."
Anna berbalik melihat joan disana.
" kamu dengar semua."
" iya, maaf."Anna terdiam.
" Meski mereka juga butuh uang jangan terlalu mekasakan dirimu, kau bahkan tidak memperhatikan dirimu sendiri, dahulukan dirimu baru mereka.Kau juga butuh menikmati hidup, tidak perlu berkorban sejauh ini."
" Kamu tidak tahu apa pun, dan seharusnya kau tidak lancang mendengarkan pembicaraan ku bersama ibuku."
"Aku hanya tidak sengaja."
" Sengaja atau tidak, kau tidak berhak ikut campur."
"Aku tidak bermaksud.."
Anna langsung pergi meninggalkan joan sendirian disana, air matanya menetes di pipinya, Dia paling benci jika orang lain mengetahui masalahnya apalagi titik terlemahnya.
Joan menatap bingkisan di tangannya yang tadinya ingin dia berikan pada Anna tapi dia malah mengacaukan segalanya, harus nya dia sadar wanita semandiri Anna tentunya memiliki harga diri yang tinggi, kini dia menyesal terlalu ikut campur, joan harus memikirkan cara untuk berbaikan dengan Anna.