Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Huru hara
"Pagi Nin" Maya masuk ke ruang poliklinik kandungan. "Pagi juga dokter Maya yang cantik" Nina tersenyum.
"Wah, pagi-pagi sudah muji pasti ada maunya ni?" gurau Maya. "Berapa pasien pagi ini?", "Belum tau dok, tadi sih yang sudah kedaftar sekitar lima belas an. Belum yang antri di bagian pendaftaran" terang Nina.
"Oke, kita mulai..fighting" Maya tersenyum menyemangati dirinya sendiri.
"Nyonya Salsa, silahkan masuk" panggil Nina ke pasien pertama.
Maya tersenyum, "selamat pagi nyonya, ada yang bisa dibantu?" sapa Maya dengan ramah.
Pasien menceritakan apa yang jadi keluhannya. "Oke, silahkan naik ke meja pemeriksaan. Kita USG yaaa? Maya melangkah mendekat. "Nin, jel USGnya. Pagi-pagi sudah ngalamun aja". "Eh iya dok" Nina mengoleskan USG ke atas perut pasien.
"Itu bu, janinnya sehat yaa, posisinya juga bagus, ketuban bagus, cuma ini kelihatan ada lilitan tali pusat satu kali. Baik bu, selanjutnya kita ukur diameter kepala dan panjang tulang pahanya yaa. Wah bagus ini, semua sesuai umur kehamilannya. Terakhir denyut jantung janinnya..terdengar jedug-jedug di monitor, bagus kok bu semua dalam batas normal". Nina membersihkan jel sisa pemeriksaan. "Silahkan duduk bu" Maya mempersilahkan pasiennya yang sudah turun dari meja pemeriksaan.
Maya menjelaskan semua hasil pemeriksaannya barusan, "baiklah apa yang ada ditanyakan lagi bu?" . Nyonya Salsa sangat puas dengan dokter Maya. "Terima kasih bu, semoga selalu sehat ibu dan janinnya. Kontrol kembali satu bulan lagi ya. Pasien berpamitan.
Kring...kring....kring...telepon paralel antar ruangan berbunyi ketika pasien kesebelas keluar.
"Pagi dengan poli kandungan, ada yang bisa dibantu? Nina menoleh ke Maya.
...........................(suara telpon dari seberang)
"Baiklah, akan saya sampaikan ke dokter Maya". Nina menutup telpon.
"Ada apa Nin?" Maya penasaran.
"Dok, ada konsulan dari pasien IGD. Ini tadi dokter jaga IGD memanggil dokter untuk kesana, pasien urgent dok" lanjut Nina.
"Oke..oke..aku kesana. Tolong pasien poli kamu kondisikan ya, kalau aku ke IGD dulu. Kalau mau menunggu saya selesai, habis IGD aku balik sini. Tapi kalau kelamaan, biar balik besok. Gitu ya Nin!!! Maya bergegas ke IGD.
Sesampai di IGD ada pasien remaja, yang kelihatan banget ada trauma psikologis. Bila ada perawat atau dokter laki-laki mendekat dia akan teriak histeris. Usianya belasan tahun, tafsiran Maya. Dia hanya akan tenang bila ibunya berada di dekatnya.
Dokter jaga IGD datang tergopoh-gopoh menghampiri Maya, "Pagi dok, itu pasien yang mau saya konsulkan. Terang dokter jaga itu, sambil menunjuk gadis muda yang dilihat Maya tadi.
"Begini dok, pasien itu tadi diantar polisi ke sini. Dan polisi menghendaki untuk dilakukan visum, karena pihak kepolisian menerima laporan dari keluarga korban kalau gadis itu mengalami pemerkosaan". "Baiklah, aku minta tolong untuk dipanggilkan perawat perempuan untuk mendampingiku memeriksa" pinta Maya. Perawat perempuan, menuju ke Maya setelah dipanggil oleh dokter jaga tadi.
"Pagi cantik" sapa Maya lemah lembut ke gadis kecil itu. Gadis kecil itu menatap dengan tatapan kosong. "Siapa namamu?" Maya semakin mendekat. "Maya" jawab gadis kecil lirih.
"Wah..wah..nama kita samaan nih" Maya mencoba bergurau. Gadis kecil itu mulai terbawa kelembutan dokter Maya.
Dia tidak menolak ketika mulai diperiksa. Maya sampai terbengong dengan hasil pemeriksaannya. Laki-laki bejat mana yang tega melakukan ke gadis kecil ini. Dari hasil pemeriksaan didapatkan luka dengan perdarahan aktif di bagian kewanitaannya, hymen yang terkoyak tidak beraturan.
"Mba" Maya memanggil perawat yang mendampinginya. "Tolong mba hubungi kamar operasi, bilang kalau aku membutuhkan saat ini. Siapkan gadis kecil ini, aku harus menghentikan perdarahannya. Jangan lupa bilang perawat sana untuk menghubungi dokter Bara ya" perintah Maya.
"Baik dok" perawat menganggukkan kepalanya.
Maya memanggil ibu Maya kecil. "Bu, saya minta persetujuan ibu untuk menandatangani persetujuan tindakan ini. Kalau ada pertanyaan setelah apa yang saya jelaskan tadi, silahkan...kalau tidak ada pertanyaan saya akan berangkat ke kamar operasi. Ibu itu hanya menangis, sedih dengan nasib anaknya. Anak kandung yang jadi kebiadaban suami sambungnya.
Maya menuju kamar operasi. "May, kasus apaan ini? tanya Bara begitu Maya selesai ganti baju kamar operasi. "Kasus perkosaan ayah tiri kak, kejam sekali pelakunya" Maya geram. "Oh iya kak, aku nanti butuh pasien rileks ya, kayaknya pasien trauma banget. Takutnya kalau tidak rileks aku tidak bisa menghentikan sumber perdarahannya"
"Baiklah May, aku coba General Anesthesi aja yaa? Tak lihat sekilas tadi tanda vitalnya bagus semua" ujar Bara.
"Ngikut aja kak, yang penting aku tidak kesulitan waktu tindakan" Maya siap-siap cuci tangan.
Dokter Bara sudah mulai memasukkan obat-obatan. Pasien sudah mulai mengantuk. Maya duduk di kursi di bawah pasien. Pasien diposisikan biar dokter Maya mudah melakukan tindakan. Maya melihat luka pasien miris. "Ada juga ya manusia yang tega melakukan ini, sekejam-kejamnya bianatang aja masih sangat melindungi keluarganya". Maya menemukan robekan tak beraturan di dinding ****** luar dan dalam. Setelah satu jam lebih Maya akhirnya selesai juga melakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan.
"Istirahat dulu May" Bara menyilahkan Maya duduk di sampingnya. Di ruang kamar operasi memang disediakan untuk ruang istirahat dokter.
Maya duduk sambil mengambil minum dingin.
"Bentar kak, tak ambil resume medik dulu. Tadi belum sempat ku lengkapi. Form visum et repertum juga sudah ditunggu polisi di luar. Makasih juga untuk hari ini". Bara hanya mengangguk.
Ketika mengisi form visum, ed shireen mengalun dari saku Maya. "Halo" Maya mendengarkan nada suara dari seberang yang menelponnya.
"Wah, aku pamit dulu" sambil memberesi rekam medik dan hasil visumnya. "Kayaknya, tidak jadi kita minum bersama..he..he...Maya terkekeh. Barusan ruang bersalin telpon, kalau pasien yang disana sudah pembukaan lengkap, kalau aku tinggal minum keburu keluar tu kepala bayi kak.
Bara tersenyum. "Lanjutkan huru-hara mu Maya..syemangaaaatttttttt" Bara mengedipkan salah satu matanya. Mereka terkekeh bersama. Maya berlari-lari kecil menuju ruang bersalin.
Di lain tempat, tepatnya Dirgantara grub. Waktu yang sama dengan Maya membuka polikliniknya.
"Sin, panggilkan Doni. Aku tunggu di ruangan" perintah Mayong ketika baru tiba ke perusahaan.
Doni berada di depan pintu, belum sampai mengetuk terdengar Mayong "Masuk Don".
"Baik tuan" Doni tidak jadi mengetuk pintu. Bila di perusahaan Doni akan memanggil Tuan ke Mayong, kalau sudah di luar jam kerja Mayong laksana teman. Doni sudah menjadi orang kepercayaan papa Suryo, sebelum Mayong masuk menggantikan papa Suryo.
"Siapkan dirimu, kita ke RS Suryo Husada" perintah Mayong tanpa bisa dibantah.
#biar author tambah semangat menyusun kata-kata buat part selanjutnya, jangan lupa di like yaa...🥰🥰🥰#