Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Hueekk... hueekk..." Seorang wanita yang berusia 23 tahun tengah mengeluarkan isi perutnya di kamar mandi apartemen. Kamar yang dia sewa berdua bersama teman kerja. Janda muda yang bernama Sifa Kamila itu pagi ini bolak balik ke kamar mandi.
"Loe kenapa Sifa?" Tanya Marlina yang sudah rapi akan berangkat kerja. Dia menatap wajah sahabatnya nampak pucat dan tidak bersemangat.
"Nggak tahu Lin, kenapa seminggu ini aku selalu mual ya" Sifa duduk lemas bersandar di kursi, lalu minta tolong Marlina agar izin kepada atasan di kantor jika hari ini tidak masuk kerja.
"Nahlo, jangan-jangan loe hamil" seloroh Lina lalu tertawa ngakak.
"Ha-hamil?" Sifa terkejut mendengar ucapan Lina, lalu meluruskan duduknya sambil mengingat-ingat kapan terakhir ia menstruasi.
"Hihihi... percanda Sifa, kenapa loe kaget gitu? Lagi pula nggak mungkin juga kan kamu hamil?" Lina tahu jika Sifa bercerai sudah satu tahun yang lalu. Lagi pula yang Marlina tahu Sifa tidak mempunyai pacar.
"Sudahlah Sifa, jangan loe anggap kata-kata gue. Nanti gue sampaikan izin loe ke Ibu Anjani" pungkas Marlina sambil berlalu pergi meninggalkan Sifa yang hanya bengong.
Sifa sudah tidak mendengarkan lagi apa yang dikatakan Marlina, karena dia merenung memikirkan tentang kehamilan, khawatir yang dikatakan Marlina benar adanya.
Pagi itu, Sifa gulang guling di kasur dalam keresahan, karena dia rupanya sudah terlambat selama dua minggu.
"Aku harus membeli test pack" Sifa bangun dari tidurnya, ambil sweater yang di gantung di pintu kamar, untuk menutup tanktop yang biasa ia gunakan untuk tidur.
Sifa menuju apotek yang bersebrangan dengan apartemen, setelah mendapatkan yang dia cari kemudian kembali.
Sifa lempar sweater yang sudah dia buka ke tempat tidur, karena ingin cepat ke kamar mandi.
"Garis dua?" Sifa memandangi test pack yang menunjukkan dua garis berjauhan dan keduanya garis penanda.
"Aku hamil?" perasaan Sifa menjadi kacau. Menikah dengan suami yang terdahulu sudah dua tahun tidak juga hamil, tetapi mengapa ketika menjalin hubungan dengan pemilik perusahaan dimana dia bekerja baru berhubungan sekali saja lantas hamil.
Seharian itu Sifa bingung dan panik, ia terlahir dari keluarga agamis. Bagaimana jika abah dan emak di kampung halaman tahu bahwa putrinya sudah melanggar dosa?
Sifa ambil handphone mencari nama sang kekasih, kemudian mengetik pesan bahwa hari ini ingin bertemu. Muncul balasan emote love dengan jempol dari Felix, Sifa pun menutup handphone.
Sore harinya, Sifa menunggu di taman, tiba-tiba tangan kekar menutup matanya dari belakang. Karena banyak yang Sifa pikirkan hingga tidak menyadari bahwa pria itu yang dia tunggu-tunggu telah datang.
"Awas Mas" Sifa menyingkirkan tangan sang kekasih.
"Kok kamu tahu kalau aku yang datang" Felix duduk merapat di sebelah Sifa.
"Parfum kamu itu Mas" Sifa sudah hafal aroma parfum Felix, karena tidak banyak pria yang mampu membeli parfum yang harganya selangit itu.
"Hueekk..." Sifa pun berdiri menjauh ketika aroma parfum tersebut mengangkat isi perutnya.
"Kamu kenapa Sifa?" Felix sontak berdiri memijit tengkuk Sifa yang sedang membungkuk.
"Mas, aku hamil" ucap Sifa lirih, sembari mengusap mata dengan tissue karena basah setelah muntah, kemudian menatap Felix
"Hamil?" Felix sontak melempar tatapan tajam ke arah kekasih rahasianya itu. Suasana menjadi hening hanya terdengar derung mobil di jalan raya yang agak jauh dari taman tersebut.
"Kenapa kamu menatap aku seperti itu Mas?" Sifa menjauh dari Felix karena tatapan sang kekasih menakutkan.
"Kenapa bisa hamil Sifa? Aku melakukan hanya sekali," Felix seolah menolak benih dalam rahim Sifa.
"Memang kenapa kalau Mas Felix melakukan hanya sekali? Nyatanya aku ini hamil, Mas" Sifa sedih dan sakit hati mendengar ucapan Felix.
"Kamu kan janda Sifa, bisa saja kamu melakukan dengan orang lain di belakang aku?" Tuduh Felix.
"Mas?!" potong Sifa dengan nada membentak. Sifa menangis sesegukan, sungguh kejam fitnah yang dilontarkan oleh pria yang dia cintai.
"Tenang saja, aku pasti menikahi kamu" janji Felix lalu menunduk. Entah apa yang dipikirkan bos kantor dimana Sifa bekerja dan sudah beberapa bulan berhubungan secara sembunyi-sembunyi.
"Tapi awas, jangan sampai hubungan kita ini ada yang tahu, apalagi kehamilan kamu itu" ancam Felix.
Begitulah hubungan bos dan Office Girls ini terjalin dengan sembunyi-sembunyi. Bahkan Marlina teman Sifa siang dan malam itupun tidak tahu. Setiap kencan, Felix berjalan lebih dulu dan menunggu Sifa di apartemen milik pribadi Felix. Pertemuan yang hanya berdua itupun ada setan di antara mereka. Nyatanya Sifa yang terkenal rajin shalat itu imannya jebol, karena rayuan dan janji manis pria tampan yang bernama Felix.
"Sekarang aku tidak mau hubungan kita disembunyikan lagi Mas" Sifa jelas menolak karena ada janin di dalam perut. Mau tidak mau Felix harus memberi tahu kedua orangtuanya karena menyangkut cucu mereka.
"Tetapi tidak sekarang Sifa!" Bentak Felix, lagi-lagi mengejutkan Sifa karena baru tahu sifat asli kekasihnya.
"Lalu kapan Mas?! Nunggu sampai perut aku ini membesar? Iya?!" Tandas Sifa, baru sekali ini ia berani melawan. "Kalau sampai Mas Felix tidak segera bertanggung jawab, jangan salahkan jika aku mencari dimana kediaman orang tuamu" Lanjut Sifa gantian mengancam Felix.
"Jangan Sifa... please..." Felix memegang kedua pundak Sifa dengan nada memelas. "Kita akan menikah secepatnya tetapi di daerah kamu ya" Lagi-lagi Felix tidak ingin pernikahananya diketahui oleh orang tuanya dan juga semua orang yang mengenal.
"Baiklah" Sifa pun mengalah, mau menikah dimanapun yang penting Felix mau bertanggung jawab dengan bayi yang dia kandung.
"Kalau gitu, aku kembali ke kantor" Felix juga menyuruh Sifa pulang agar bersiap-siap. "Besok subuh kita berangkat" Felix menambahkan.
Sifa hanya mengangguk memandangi Felix yang sudah meninggalkan dirinya. Jika boleh manja, Sifa ingin diantar pulang oleh Felix, walaupun sebenarnya sikap Felix seperti ini sudah Sifa tahu sejak pertama kali kencan. Namun, entah mengapa saat ini perasaan Sifa berbeda, mungkin karena bayi di dalam perutnya yang manja.
Keesokan harinya saat subuh.
"Kamu kan lagi sakit Sif, kenapa mau pulang sih?" Marlina mencegah sahabatnya itu, padahal baru saja muntah-muntah.
"Nggak apa-apa Lin, doakan aku saja semoga sehat" Sifa mengatakan jika ada urusan penting yang tidak bisa ia tunda.
Sifa menarik koper meninggalkan apartemen. Tiba di pinggir jalan sebuah mobil sudah menunggu. Pintu bagasi terbuka secara otomatis, Sifa meletakkan koper di sana, lalu membuka pintu depan.
Mobil melaju kencang tidak ada pembicaraan di dalam mobil yang dikendarai oleh Felix sendiri. Sifa pun akhirnya tertidur daripada menahan rasa ingin muntah. Namun, sekuat apapun Sifa menahan tetap saja perutnya serasa dikocok.
"Berhenti Mas, aku mau muntah" ucap Sifa.
Mobil Felik seketika berhenti di tengah jembatan. Sifa turun dari mobil, lalu membungkuk di pinggir jembatan mengeluarkan isi perut, tetapi hanya air yang ia minum sebelum berangkat yang keluar, karena perutnya kosong.
"Aaagghhh..." Sifa menjerit ketika tubuhnya ada yang mendorong dari belakang. Tubuh Sifa pun jatuh ke dalam kali.
"Hahaha... aku menikahi kamu? Hahaha..." Seru Felix memandangi tubuh Sifa yang sudah hanyut dibawa derasnya air.
...~Bersambung~...