Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUEL
Pria itu sebenarnya sudah tidak mau lagi terlibat apapun yang berbau tengang Moza. Ketika tekadnya sudah kuat, tapi hatinya bertolak belakang.
Nyatanya, Naga justru langsung putar balik mobilnya. Mengingat betapa bahaya dan brutalnya anak buah Madam Antony yang menghajar ia habis-habisan beberapa tahun silam. Naga pun menghubungi para orang-orangnya. Meminta semua datang di tempat yang sudah ia tandai.
"Kenapa mereka juga ada di sini?" gumam Naga sembari mencengkram kemudinya.
Ia menyetir dengan gaya ala pembalap professional. Naga baru berhenti ketika sampai di depan rumah dengan pagar karatan tersebut.
Tangannya kembali mengepal, ketika melihat mobil yang semula berpapasan dengannya juga terparkir di depan rumah Moza.
Tidak menunggu anak buahnya datang terlebih dahulu, Naga menerobos masuk ke dalam. Pintu rumah itu terbuka, tidak ada orang di ruang utama. Namun, telinganya menangkap suara tangisan yang tertahan.
Naga bergegas melangkah ke sumber suara. Dilihatnya putri Moza sudah dalam gengaman Madam Antony. Dengan benda tajam yang mengarah ke leher gadis kecil itu. Melihat sorot mata iblis dari Madam Antony, si wanita kejam, Naga mengeratkan gigi-giginya. Rahang pria tersebut pun ikut mengeras menahan amarah.
Sementara Moza, wanita itu sudah penuh luka di wajahnya. Sudut bibirnya juga mengeluarkan darah. Sepertinya ia habis dihajar.
Madam menatap benci pada Naga, "Bereskan dia!" titah Madam Antony pada para algojonya.
Naga melepas jas yang ia kenakan, melongarkan dasi yang masih terpasang. Sumpah, kehadiran Moza pagi tadi, membuat pria tersebut lupa segalanya. Ia belum pulang ke hotel, semenjak dari acara pembukaan tadi pagi di Gardenia Sanrio Park.
Pria itu sibuk mencari tahu tentang Moza, dengan gadis kecil yang mirip dengannya.
BUGH
Belum pasang kuda-kuda, anak buah Madam mencuri start. Alhasil Naga mendapat pukulan yang lumayan membuatkannya meringis kesakitan.
Sekilas ia melihat wajah Moza yang penuh dengan luka segar, dilihatnya seorang lagi berpenampilan sangar bak preman memegang tangan wanita tersebut.
Seketika itu juga, seperti ada energy yang merasuki pria itu. Naga balik menyerang tiga orang yang beraninya kroyokan seperti anak kecil itu.
BUGGH
Naga memberi tinju pada pria plontos yang tadi menyerang dirinya.
Geram, pria plontos itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah benda tajam yang berkilau pada ujungnya.
Sementara dua orang yang lain, kini memegang lengan Naga satu-satu.
Ketika pria plontos mau menghunuskan benda yang biasanya untuk memotong sayur tersebut. Tiba-tiba Moza berteriak.
"Hentikan!!!"
Suara Moza mengema di dalam ruangan.
"Kenapa? Kau sepertinya mencintai pria ini? Cih ... harusnya aku bunuh ayah dari bocah ini!" Madam menatap dengan kejam.
"Mama ..." Sendy menangis ketakutan.
Sementara Naga di saat kondisi terjepit, otaknya mulai berputar. Apa maksud wanita itu? Ayah anak ini? Mana mungkin ia ayahnya? Ia bahkan sudah bertemu ayah anak itu.
"Lepaskan mereka berdua!" Naga menyalak marah ke arah Madam Antony.
Geram karena Naga sudah menghancurkan apa yang ia banga-bangakan selama ini. Madam mendorong Sendy ke anak buahnya.
"Masukkan ke dalam mobil!" titahnya.
"JANGAN! Jangan bawa Sendy!" Moza berusaha melepas cengkraman pria yang memegangi dirinya.
"Tolong jangan bawa putriku!" mohon Moza dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Ini adalah apa yang harus kamu bayar!"
Madam mencengkram rahang Moza, membuat wanita itu menahan sakit.
"Lepaskan dia!"
BUGH
Naga menendang dan menghajar dua orang pria yang semula memegang dirinya. Muak dengan kelakuan wanita kejam itu, Naga menyerang tanpa ampun.
"Bawa dia ke dalam mobil!" teriak Madam.
Sendy pun langsung digendong oleh suruham Madam naik ke atas mobil. Naga tak mampu menghalangi, sebab ia kini berjibaku dengan dua preman yang dihajar berkali-kali namun tak tumbang.
Sepertinya orang-orang Madam bukan manusia biasa, karena sangat tangguh sulit ditumbangankan.
Tidak mau Sendy dibawa Madam, Moza mengigit tangan pria yang memegangi dirinya.
Ia berlari menuju luar rumah, mencoba merebut paksa Sendy yang ada di jok belakang.
"Lepaskan anakku!" teriaknya.
Hari itu sudah malam, sekitar rumah nampak sepi. Sehingga tidak ada orang mengetahui keributan di rumah Moza. Apalagi memang daerah rumah Moza tergolong pemukiman jarang penduduk. Tetangga satu dan lain jaraknya cukup jauh.
Bruakkk
Pria di dalam mobil menutup pintu dengan keras setelah mendorong tubuh Moza hingga terjatuh.
"Sendy ... Sendy!" Moza bangkit dan mengetuk pintu kanca mobil dengan panik.
"Mama ...!" anak itu menangis ketakutan.
Di dalam rumah, Madam sedang menyaksikan pergulatan antara Naga dan tiga orang anak buahnya.
"Kali ini, habisi dia! Jangan beri ampun!" ucap wanita tersebut tanpa perasaan
Setelah mengatakan hal tersebut, Madam Antony melangkah ke luar. Ia akan pergi dari tempat ini.
"Madam ... ampuni Moza ... tolong jangan bawa anak Moza!" ratap Moza yang kini memohon kemurahan hati wanita kejam itu.
"Bila ingin anak itu selamat, masuk!" ujar Madam Antony dengan penuh tegas. Madam menatap mobil di depannya yang pintunya kini sudah terbuka.
Bila Moza mengambil keputusan masuk, maka ia akan bergelut lagi di lembah hitam. Tidak memiliki pilihan, tidak mau sesuatu yang buruk menimpa putranya.
Dengan kaki gemetar, Moza perlahan melangkah masuk ke dalam mobil.
"Hentikan Moza!"
Teriak Naga dari dalam rumah, pria itu berlari menghampiri Moza.
Moza mengeleng, seolah menyuruh Naga untuk tak ikut campur lagi. Sungguh, ia tak mau membawa kesialan bagi siapa saja yang terlibat dengan dirinya.
"Jangan Moza!" Ketika Moza sudah masuk, dan pintu masih terbuka. Naga menarik tangan Moza, membawa wanita itu turun dari mobil.
"Pasangan menjijikkan!" cemooh Madam.
Ia menatap pakaian Naga yang sudah berlumur darah, mana anak buahnya? Mengapa kalah dengan satu orang? Mereka kan bertiga, sepertinya Madam harus memecat mereka semua.
Dari dalam rumah, muncul anak buah Madam. Ia bergerak perlahan, siap menerkam mangsa. Algojo itu sepertinya menyembunyikan sesuatu di tangannya, dan Moza melihatnya.
Hitungan detik, Moza mendorong tubuh Naga. Sebuah darah mengucur deras dari perut Moza. Bersambung.