"kamu beneran sayang kan sama Kakak?"
"Iya kak" jawab Marsya
"Kalo gitu buktikan"
"Hah, gimana caranya?" Tanya Marsya kebingungan, bukankah selama ini Marsya sudah menunjukan rasa sayangnya itu padanya dari sikap, dan perhatiannya, apalagi yang kurang dari itu semua?
"Ayo kita lakukan itu" jawabnya sambil mengusap lembut pipi Marsya.
"Lakukan apa?" Tanya Marsya tidak mengerti dengan arah pembicaraan tunangannya itu.
"Berci*ta dengan Kakak."
"B-berci*ta? A-apa aku harus ngebuktiin dengan cara seperti itu?"
Tanya Marsya tergagap karena gugup dan sedikit takut mendengar pernyataan tunangannya.
"Ya, untuk membuktikan kalau kamu benar-benar sayang sama Kakak, kamu harus membuktikannya dengan cara memberikan apa yang selama ini kamu jaga"
Ucapnya merayu seraya terus mengelus pipi Marsya.
"T-tapi apa harus seperti itu? A-aku masih sekolah kalau kamu lupa, lagipula aku cuma mau ngasih itu ke suami aku nanti"
"Marsya sayang, jangan lupa, Kakak ini tunangan kamu, sekarang atau nanti sama saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Naresh
Hari kepulangan Naresh pun tiba, membuat hari Marsya terasa lebih ceria dan penuh dengan senyumannya yang selalu merekah.
Saat ini Marsya, Rania, dan juga Hazel sedang berada di warung kopi dan memesan mie instan.
"Lu lagi seneng ya Sya? gua perhatiin dari pagi lu senyum-senyum sendiri mulu deh kaya bocah kurang gopek, kenapa si?" ucap Rania melahap mie gorengnya.
"iya hehe" ucap Marsya terkekeh dengan wajahnya yang sedikit merona membayangkan Naresh yang akan pulang.
"dihh geli banget sumpah geli, kenapa si? jangan-jangan kesurupan nih bocah" ucap Hazel dengan tubuh yang sedikit bergidik.
"ck ah lu mah, gua lagi seneng malah dikira kesurupan, lagian setan mana yang mau ngerasukin gua" ucap Marsya kesal kepada teman dekatnya itu.
"oh iya juga ya, setan mah udah insecure duluan sebelum ngerasukin lu, soalnya kelakuan lu kan lebih-lebih dari setan ya" ucap Hazel meledek Marsya.
"sialan, temen laknat, gaboleh liat temennya seneng dikit di cela mulu" ucap Marsya yang di balas oleh tertawaan dari kedua teman baiknya itu.
"hahaha serius serius, lu seneng kenapa? Bagi-bagi lah seneng sendirian doang" ucap Rania.
"gua seneng, soalnya Naresh balik hari ini" ucap Marsya riang.
"oohhhh Nareshhhh gua kira kenapa, trus Sya, kalo Naresh balik Kalingga gimana?" ucap Rania lagi.
"ya gak gimana-gimana, emang kenapa?" ucap Marsya dengan alisnya yang terangkat.
"bukannya lu pacaran sama Kalingga? Lu kan deket banget sama dia" ucapnya, Hazel hanya diam saja karena Marsya selalu menceritakan segala hal kepadanya termasuk tentang Naresh, Kalingga, dan Liam, sehingga dia sudah tau semuanya.
"nggak lah, orang gua sukanya sama Naresh, yaaa sebenernya gua nyaman sih sama dia, tapi kayak kurang greget gitu loh kalo sama Kalingga, gitu lah pokoknya" ucap Marsya mengangkat kedua bahunya.
"ya elu mah emang spek cegil aja Sya, lebih suka mengejar daripada di kejar, udah sakit hati baru tau rasa dah" ucap Hazel membuat Marsya seketika tertegun.
Setelah menyelesaikan makannya, mereka bertiga gegas meninggalkan warung kopi, Marsya diantar pulang oleh Rania, dia sengaja menumpang kepada temannya itu agar segera sampai di rumah.
"yo, thanks ya Ran, udah mau gua repotin" ucap Marsya ketika sampai di depan gang rumahnya, Rania memang selalu berhenti di depan gang rumahnya jika mengantar Marsya pulang, entahlah kenapa dia tidak pernah mau mengantarnya sampai ke depan rumah, Marsya tak ambil pusing.
"yoo sama-sama, santai lah kek sama siapa aja lu, yaudah gua balik ya" ucap Rania memutar motornya.
"okee, hati-hati di jalan Ran" ucap Marsya melambaikan tangan kepadanya.
"siappp" ucap Rania melajukan motornya.
Marsya melangkahkan kakinya menuju rumah, seketika jantungnya berdetak semakin kencang saat mendengar ada suara Naresh yang sedang mengobrol dengan teman-temannya, sambil sesekali saling meledek dan bercanda.
Glekkk.....
'ughhh sialaannn, gugup banget gua sumpah, padahal cuma mau ketemu Naresh doangg, aduhhhh mana perut gua rasanya gak enak banget lagi, mules kek pengen berak' batin Marsya yang seketika berjongkok saat merasakan perutnya yang terasa aneh, dia menundukkan kepalanya diantara celah kakinya, dengan sebelah tangannya yang memegangi perut.
"Kak, ngapain jongkok disitu?" ucap Oriza yang baru saja pulang dari sekolahnya.
"ughhh perut gua mules Ri" ucap Marsya mendongak menatap adiknya.
"kenapa si? Pengen berak?" ucapnya lagi sambil menggaruk pipinya.
"gatau anjirrr mules kek pengen berak, tapi ga pengen berak" ucap Marsya masih berjongkok dengan Raut wajahnya yang memprihatinkan.
"gimana si pengen berak tapi ga pengen berak, aneh banget sih Kak, udahlah ayo masuk" ucap Oriza meraih lengan Kakaknya yang terlihat pucat, dia merasa kasihan kepada Kakaknya yang terlihat lemas itu sehingga dia membantu Kakaknya berjalan.
"Assalamualaikum" ucap Marsya dan Oriza berbarengan.
"Waaaikumsalam" terdengar sahutan dari dalam rumah.
Marsya dan Oriza membuka sepatu menggunakan kakinya lalu melangkah menuju ruang tamu. Marsya tertegun di ambang pintu ruang tamu ketika melihat Naresh yang tersenyum menatap kearahnya.
Marsya tersipu, wajah dan telinganya memerah saat melihat Naresh, ada rasa rindu yang begitu besar seperti mendesak untuk keluar dari dalam tubuhnya, dia merasa perutnya semakin tidak nyaman, seperti ada banyak kupu-kupu yang bersarang di dalamnya.
"ughhh" Marsya menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya dan berlari masuk ke dalam kamar ketika dia sudah tidak bisa lagi menahan diri.
"lahhh, Kakak kenapa?" tanya Mama Wulan kepada Oriza, dia merasa heran melihat tingkah anaknya yang tidak seperti biasanya itu.
"gatau tadi Kakak jongkok di depan rumah, katanya perutnya gaenak, sembelit kali ya? Atau asam lambungnya kumat?" ucap Oriza yang kembali bertanya kepada Mamanya.
Di sisi lain Marsya terduduk di lantai kamar, dia menyandarkan tubuhnya pada tempat tidur sambil mengipasi tubuhnya yang terasa gerah, dia merasa badannya lemas, dia sangat ingin sekali mendekap Naresh, itu sebabnya dirinya berlari begitu saja ke dalam kamar, karena dia takut tidak bisa menahan diri.
"Kakkk" ucap Mama Wulan dari depan kamar Marsya, dia membuka sedikit pintu kamar dan melongokkan kepalanya.
"kenapa Ma?" ucap Marsya
"Kakak kenapa? Kata Oriza perut Kakak gaenak? asam lambungnya kumat? Atau sembelit?" ucap Mama Wulan melangkahkan kakinya memasuki kamar Marsya.
"Gapapa Ma, pengen berak doang kali ini, udah mendingan kok" ucap Marsya dengan masih mengipasi wajahnya.
"beneran gapapa?" ucap Mama Wulan memastikan keadaan anaknya itu.
"iya gapapa, Marsya ke kamar mandi dulu" ucap Marsya bangkit dari duduknya, dia mengganti seragamnya dengan celana cargo pendek diatas lutut, dengan kaos hitam andalannya.
Marsya mencepol asal rambutnya dan gegas ke kamar mandi untuk menghalau rasa tidak nyaman di tubuhnya, barangkali setelah tubuhnya segar, perasaan tidak nyaman pada tubuhnya pun akan menghilang.
Marsya melangkahkan kakinya meninggalkan kamar mandi dan akan bergabung dengan yang lainnya di ruang tamu, tetapi saat melihat tatapan Naresh dan Kalingga kepadanya dia mengurungkan niatnya untuk bergabung bersama mereka, Marsya membalikkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya menuju balkon dan mendudukkan dirinya di kursi yang menghadap ke arah Gunung Geulis.
Marsya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang membawa hawa panas terik matahari yang menerpa wajahnya serta tubuhnya.
Marsya sangat ingin menemui Naresh dan melepaskan rindunya dengan mengobrol bersama, tetapi melihat tatapan Kalingga seketika membuat nyalinya menciut, Marsya merasa takut dengan tatapan mata Kalingga yang menatapnya dengan tatapan tajam seakan mengatakan bahwa Marsya tidak boleh mendekati Naresh.
"Marsya"
Marsya menoleh saat merasa namanya di panggil oleh seseorang, di lihatnya Naresh berada di ambang pintu balkon rumahnya sambil membawa satu gelas teh yang masih mengepulkan asap, yang seketika membuat senyum Marsya merekah, dengan jantungnya yang berdetak kencang menahan gugup.
"eh duduk Kak" ucap Marsya mempersilahkan Naresh untuk duduk di sebelahnya.
"Kamu kenapa Marsya? Kamu sakit? Kata Oriza tadi perut kamu gaenak, apa bener asam lambungnya kumat?" ucapnya sambil menyimpan teh hangat ke hadapan Marsya.
"ah engga kok kak" ucap Marsya singkat.
"terus kenapa? Kamu kayak ngehindarin kakak Marsya, kamu gamau ketemu sama Kakak?" ucapnya menatap lekat wajah Marsya.
"ah bu-bukan gitu kak, aku cuma gugup aja", ucap Marsya merasa salah tingkah ketika di tatap lekat oleh Naresh.
Marsya sangat ingin menceritakan yang sebenarnya kepada Naresh, Marsya ingin menceritakan apa saja yang dia lalui selama Naresh tidak ada terlebih yang berhubungan dengan Kalingga, tetapi dia takut Naresh malah berfikir yang tidak-tidak terhadapnya, jadi Marsya mengurungkan niatnya itu.