Alexa Beverly sangat terkenal dengan julukan Aktris Figuran. Dia memerankan karakter tambahan hampir di setiap serial televisi, bahkan sudah tidak terhitung berapa kali Alexa hanya muncul di layar sebagai orang yang ditanyai arah jalan.
Peran figurannya membawa wanita itu bertemu aktor papan atas, Raymond Devano yang baru saja meraih gelar sebagai Pria Terseksi di Dunia menurut sebuah majalah terkenal. Alexa tidak menyukai aktor tampan yang terkenal dengan sikap ramah dan baik hati itu dengan alasan Raymond merebut gelar milik idolanya.
Sayangnya, Alexa tidak sengaja mengetahui rahasia paling gelap seorang pewaris perusahaan raksasa Apistle Group yang bersembunyi dibalik nama Raymond Devano sambil mengenakan topeng dan sayap malaikat. Lebih gilanya lagi, pemuda dengan tatapan kejam dan dingin itu mengklaim bahwa Alexa adalah miliknya.
Bagaimana Alexa bisa lepas dari kungkungan iblis berkedok malaikat yang terobsesi padanya?
Gambar cover : made by AI (Bing)
Desain : Canva Pro
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Skandal
Gemerlap lampu, hiruk pikuk tawa, musik berdentum keras serta suara-suara obrolan dari berbagai sudut memenuhi bar paling terkenal di tengah kota. Bau alkohol di udara, orang-orang yang terduduk di pojok ruangan menikmati suasana remang, para pelayan yang sibuk ke sana ke mari dengan nampan, bartender yang tangannya tidak berhenti bekerja sambil tersenyum dan mendengarkan keluhan tamu yang duduk di dekat meja konter.
Alexa menatap sekelilingnya dengan pandangan kosong. Cairan kuning keemasan di dalam gelas tinggi yang juga terisi beberapa kotak es batu berada di hadapan wanita itu. Kebisingan di sekitarnya membuat Alexa menghela napas, meraih gelas dan meneguk lagi minumannya.
"Sepertinya kau menikmati minuman yang kubuat, Nona."
Wanita bersurai panjang itu mendongak, menatap seorang pemuda di balik konter yang tengah tersenyum padanya. Tangan pemuda itu masih sibuk meracik minuman.
"Ya, rasanya enak," ucap Alexa sambil meraih lagi gelasnya, menghirup bau manis dan asam yang menguar. Ia tidak tahu apa nama jenis minuman itu. Alexa hanya asal menunjuk karena terlihat cerah dan ada lemonnya, jadi ia pikir itu pasti sejenis jus yang diberi sedikit alkohol.
Pemuda di balik konter tersenyum ramah. "Namanya John Daly, terbuat dari sedikit vodka, es teh dan limun. Nama itu diambil dari nama seorang pemain golf terkenal asal Amerika."
Alexa mengerjap, kembali menatap wajah ramah bartender di hadapannya. "Terima kasih informasinya," ucap wanita itu sembari menautkan alis, memberi batasan jelas bahwa ia sedang tidak ingin diganggu.
Bartender itu terkekeh melihat kerutan di kening wanita di hadapannya. "Baiklah, aku tidak akan mengganggu lagi. Silakan nikmati waktumu. Ah, kalau kau bosan turunlah ke lantai dansa, kita tidak tahu apa yang akan kau temui di sana, kan?"
Alexa mengabaikan saran dan kedipan mata dari pemuda yang kini mendekati pengunjung lain tidak jauh dari tempat wanita itu berada.
"Kupikir pergi ke tempat berisik seperti ini bisa membuat kepalaku berhenti berpikir." Helaan napas berat terdengar sebelum Alexa meletakkan kepalanya di meja.
Sebenarnya ia ingin pergi ke ruang VIP di lantai dua, tapi ternyata tidak bisa kalau belum memesan terlebih dahulu.
Sejak pagi Alexa melarikan diri, lebih tepatnya belum siap untuk menghadapi wajah ibunya. Wanita itu mengunjungi banyak tempat sejak pagi. Taman bermain, perpustakaan, bioskop, mall, lalu berakhir di tempat ini, sebuah bar paling terkenal yang belum pernah Alexa kunjungi. Wanita itu juga sengaja tidak membawa ponselnya. Ia sedang tidak ingin bertemu siapa pun.
"Aku bahkan tidak bisa pulang ke apartement," ucap Alexa lirih, jarinya membuat pola tidak beraturan di atas meja. "Aku tidak bisa menghadapi Mama, juga tidak berani bertemu Paman Edgar. Menyedihkan sekali, Alexa."
Ada banyak hal yang ingin wanita itu tanyakan pada ibunya. Kalau memang ayah kandung Alexa adalah Edgar, kenapa ibunya tidak mengatakan apa-apa pada Vincent? Katanya Edgar dan Vincent sudah berteman sejak lama?
Padahal kalau mengatakan pada kakaknya siapa orang yang sudah menghamilinya, Valisha tidak perlu menanggung beban sendirian karena sudah pasti Vincent akan memaksa Edgar bertanggung jawab.
"Kenapa Mama diam saja dan menderita sendirian? Kalau aku berada di posisi Mama, sudah pasti akan langsung kudatangi orangnya dan meminta pertanggungjawaban. Kalau dia tidak mau, aku akan menghancurkan semuanya."
Alexa memejamkan mata, wajah ibunya dan Edgar datang silih berganti. Wajah tampan dan senyum hangat Edgar yang terbayang membuat wanita itu menghela napas berulang kali.
"Bahkan setelah tahu apa yang dia lakukan pada Mama, aku masih tidak bisa membencinya."
"Siapa?"
"Argh!" Alexa terlonjak kaget, nyaris terjatuh dari kursi saat bisikan itu terdengar sangat dekat di telinganya. Kalau saja sosok yang tiba-tiba muncul itu tidak bergerak cepat dan memegangi tubuh Alexa, wanita itu mungkin sudah menghantam lantai.
"Ugh!" Alexa mengaduh saat keningnya membentur dagu orang yang menangkapnya. "Siapa, sih, mengagetkan sa--" wanita itu menghentikan kalimatnya saat melihat siapa sosok yang membuatnya kaget hingga nyaris terjungkal. "Kenapa kau di sini?"
"Ini kan, tempat umum?"
Entah pengaruh alkohol atau apa, Alexa lupa untuk bersikap sopan dan terang-terangan memutar bola mata. "Aku juga tahu ini tempat umum, tapi orang terkenal sepertimu tidak boleh ada di sini."
Alexa berusaha menegakkan tubuh, menjauhkan tangan seseorang yang masih melingkar di pinggangnya. Keningnya mulai berkerut lebih dalam saat pemuda di sisinya seperti tidak berniat melepaskan.
"Jauhkan tanganmu sekarang," ucap Alexa tajam, matanya menatap garang pada pria yang malah tertawa, terang-terangan mengejek wanita itu.
"Aku bukan satu-satunya orang terkenal di sini, Alexa. Kau kan, juga seorang publik figur?"
Alexa mendengkus, menatap bola mata sewarna langit yang selalu terlihat angkuh. "Publik figur apanya? Yang diakui sebagai aktor dengan bakat alami dan sempurna adalah kau, Tuan Raymond. Tidak ada satu pun yang akan mengenaliku di mana pun, berbeda denganmu."
Pemuda yang mengenakan sweater turtle neck hitam yang dilapisi coat panjang yang juga berwarna hitam itu entah kenapa terlihat lebih berbahaya. Netra langitnya tampak bersinar di bawah lampu temaram tempat itu.
Alexa sempat menahan napas saat wajah tampan itu tidak menunjukkan raut apa pun selain ekspresi bosan. Bibirnya yang membentuk garis lurus dengan tatapan kosong itu anehnya membuat penampilannya semakin memesona.
Ia seperti malaikat maut. Sosoknya yang dingin dan terkesan kejam, dengan wajah tampan serta bentuk tubuh sempurna, bisa dengan mudah membuat orang yang melihatnya lupa cara bernapas, terpesona pada semua hal yang terpancar darinya. Sangat berbahaya.
"Kalau ada paparazi menangkap foto kita di sini, dengan posisi seperti ini dan menyebarkannya, secara otomatis kau juga akan terkenal. Bagaimana? Mau mencobanya ... membuat skandal denganku?" Pemuda itu tertawa jahat, mengeratkan dekapannya di pinggang Alexa yang matanya melotot horor.
"Tidak usah macam-macam, cepat lepaskan aku! Karir yang Anda bangun akan langsung musnah dalam semalam, Tuan Raymond, tolong ingat itu." Alexa yang tidak berhasil melepaskan diri memilih mengatakan akhir dari kehidupan Raymond kalau sampai terlibat skandal. Siapa pun pasti tidak ingin karirnya hancur begitu saja hanya karena satu hal.
"Hmm ... sayangnya pekerjaanku akan selalu baik-baik saja meski aku menidurimu di sini sekarang juga."
Alexa melotot horor, wajahnya semakin pucat melihat seringai di wajah pemuda yang duduk terlalu dekat dengannya.
"Jadi, maksudnya kau tidak peduli meski terlibat skandal saat karirmu sedang sangat melejit? Yang benar saja! Mana mungkin ada orang begitu. Anda pasti sedang mabuk, Tuan Raymond."
"Panggil namaku," ucap pemuda beriris langit. "Bukan nama yang diketahui orang lain, tapi nama yang hanya diketahui olehmu."
Alexa mengerjap, semakin tidak paham kenapa aktor terkenal seperti Raymond suka sekali membuat orang lain bingung. Memangnya mereka sedekat itu sampai memiliki panggilan kesayangan yang hanya diketahui masing-masing?
"Berhenti bermain-main dan lepaskan aku, Tuan Raymond. Lakukan sekarang saat aku memintanya baik-baik."
Nada tajam wanita di sisinya membuat Raymond menaikkan sebelah alis. "Apa aku sedang diancam? Wah, menakutkan!"
Apa, sih, yang salah dengan otak Raymond? Alexa menghela napas jengkel. Kepalanya sudah cukup pusing dengan informasi dadakan tentang ayah kandungnya, sekarang malah harus menghadapi kelakuan pria kurang waras.
Kalau saja Raymond bukan anak semata wayang paman tampan kesayangan Alexa, sudah pasti wanita itu akan menghajarnya karena berperilaku tidak sopan.
Eh? Netra coklat Alexa mengerjap beberapa kali sebelum menatap tajam Raymond.
'Benar, orang ini adalah putranya paman Edgar. Lalu paman Edgar itu ....' Alexa menelan ludah pada kenyataan yang baru saja menghantam kepalanya.
'Apa itu artinya kami saudara tiri? Aku dan Raymond? Ewh ... membayangkannya saja mengerikan.' Alexa tidak sadar ekspresi wajahnya tampak sangat gelap saat menatap penuh permusuhan pada Raymond.
"Usiamu dua puluh sembilan, kan? Empat tahun lebih tua dariku," ucap Alexa pelan, bibirnya menyeringai sebelum kekehan kecil terdengar. "Jadi begitu ... alasan Mama tidak mengatakan apa-apa."
"Ayo kuantar pulang, Alexa, sepertinya pengaruh alkohol yang kau minum sudah terlihat."
"Aku tidak mabuk!" seru Alexa seraya menepis kasar tangan pria yang ingin memapahnya. "Jangan sok memperhatikanku!"
Helaan napas berat terdengar dari pria bersurai kelam. "Hebat sekali aku masih bisa bersabar," ucapnya sembari menatap wanita yang kini menenggak kembali minuman di atas meja.
"Jangan salahkan aku kalau besok benar-benar ada skandal."