Aku masih ingat tangisan, tawa dan senyum pertamanya. Aku juga masih ingat langkah pertamanya. Saat dia menari untuk pertama kali. Saat dia menangis karena tidak bisa juara kelas. Aku masih ingat semuanya.
Dan sekarang, semua kebahagiaan itu telah direngkuh paksa dariku.
Aku tidak memiliki apa-apa selain dia
Dialah alasanku untuk hidup sampai sekarang.
Tidak bolehkah aku menghukum perampas kebahagiaanku?
Ini adalah novel diluar percintaan pertama penulis, mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
"Ratna, pastikan semua bahan rapat untuk besok siap!" perintah atasan pada Ratna.
"Baik, Pak"
Ratna kembali ke meja dan mengerjakan laporan untuk bahan rapat besok. Semua hal telah kembali seperti semula untuk Ratna.
Namun, ada sesuatu yang mengganggunya.
Tidak tahu siapa, tapi Ratna merasakan ada orang yang sedang mengawasinya. Bukan hanya di rumah dan kantor. Tapi juga tiap kali dia keluar dari rumah untuk melakukan kegiatan ringan, dia selalu merasa diawasi.
Apa ada yang curiga padanya?
Siapa?
Kepala sekolah?
Tidak mungkin. Kepala sekolah tidak mungkin curiga padanya.
Lalu, apa pengusaha kaya itu? Atau anggota dewan?
Keduanya tampak mampu mengutus seseorang untuk mengawasinya.
Kalau begitu ... Apa mereka tahu kalau kematian anak kepala sekolah adalah hasil perbuatan Ratna?
Tidak mungkin. Dia sudah memperhitungkan semuanya dengan sempurna. Juga tidak ada bukti CCTV yang menangkapnya berada di dalam maupun sekitar sekolah di hari kematian anak kepala sekolah. Sama sekali tidak ada bukti untuk mengaitkan Ratna pada kematian anak jahat itu.
Hanya saja, hal ini membuat Ratna terpaksa menunda rencana berikutnya.
Tapi, sebuah kesempatan muncul secara tiba-tiba saat dia makan bersama rekan kerjanya di sebuah restoran Jepang mahal.
"Wahhh, tidak biasanya atasan mengajak kita makan di tempat mewah seperti ini" kata Yuni senang.
"Paling bagus, kita selalu diajak makan di tempat seafood pinggir jalan" jawab rekan kerja lainnya.
"Berarti kabar kenaikan jabatan itu benar" ucap Ratna membuat semua orang mengangguk.
Mendapatkan kenaikan jabatan di usia yang masih sangat produktif merupakan hal yang membahagiakan. Karena itu atasan Ratna sampai mengajak semua orang di unitnya makan di restoran Jepang yang terbilang mewah ini.
"Pesan saja yang ingin dimakan. Silahkan ... Silahkan" ujar atasan Ratna lengkap dengan senyum yang tak pernah lepas sejak pengumuman kenaikan jabatan kemarin sore.
"Terima kasih Pak" ucap semuanya.
Disaat semua orang sibuk melihat-lihat menu, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki ke dalam restoran. Ratna segera mengenali laki-laki yang muncul dengan jaket kulitnya itu.
Danu Hoiro Pamungkas.
Akhirnya, Ratna bisa melihat wujud anak berumur dua puluh tahun yang merupakan pelaku rudapaksa Tia. Di bawah meja, tangan Ratna segera mengepal keras. Kalau saja dia mengedepankan emosi maka ... . Tidak, dia harus melawan emosi yang telah mengendap di hatinya.
Lagipula, dia masih merasa diawasi oleh seseorang. Jadi, bertingkah seolah dia tidak mengenal anak anggota dewan itu adalah pilihan yang terbaik.
"Kamu mau makan apa Ratna?" tanya Yuni membuyarkan pikirannya yang sibuk.
Ratna mencoba untuk membaca semua menu. Semuanya makanan ini sangat mahal. Kecuali makanan yang berada di paket hemat. Bahkan di restoran ini ada menu ikan kembung beracun yang harganya fantastis.
Ikan kembung? Bukankah ikan itu beracun? Seandainya saja anak anggota dewan biadab itu bisa makan racun ikan kembung dan mati. Maka Ratna tidak perlu repot mencari rencana untuk menghabisi anak biadab itu.
"Paket hemat" jawabnya setelah melihat semua menu.
Jawabannya menyita perhatian semua rekannya, seolah Ratna melakukan kesalahan. Tapi ternyata ...
"Iya, kami juga paket hemat saja" ucap Yuni mengikuti Ratna.
Ternyata semua rekan kerjanya melihat Ratna bukan karena mencurigai sesuatu. Tapi bingung menentukan makanan yang dipesan karena semua harganya terlalu mahal.
Tak lama berbaris sepuluh pelayan, keluar dari dapur. Masing-masing membawa makanan yang harganya di atas kemampuan Ratna. Masuk ke dalam sebuah ruangan. Tempat anak anggota dewan itu berada.
"Wah, anak semuda itu bisa memesan makanan serba mewah seperti itu. Apa dia anak orang kaya?" tanya Yani tidak ada yang bisa menjawab. Bahkan Ratna yang mengetahui siapa anak itu sebenarnya, memilih untuk diam.
"Apa kalian tidak tahu?" ucap atasan mereka tiba-tiba, mengejutkan Ratna. Apa atasannya mengenal siapa anak itu?
"Memangnya siapa anak itu Pak?" tanya rekan kerja Ratna lainnya.
"Dia anak anggota dewan. Setelah datang ke restoran ini beberapa kali, aku mengetahui hal itu"
Beberapa kali? Berarti anak itu dan atasan Ratna adalah pelanggan restoran ini. Apa Ratna bisa menggali informasi dari atasannya?
"Anak itu dan Bapak sering datang kemari?" tanyanya mencoba peruntungan.
"Kalau aku tidak. Tapi dari pelayan, aku tahu kalau anak anggota dewan itu cukup sering kemari. Ini adalah restoran Jepang kesukaannya. Tiap kali kemari, anak anggota dewan itu pasti memesan makanan yang termahal. Menghabiskan semuanya lalu pulang. Membayar dengan kartu ayahnya" cerita atasan Ratna seperti sebuah buku yang terbuka.
"Berarti makanan yang dipesan, semuanya dibayar dengan uang rakyat?" tanya Yani mendadak memelintir masalah menjadi ke arah lain.
"Kalau itu aku tidak tahu" jawab atasan Ratna lalu pura-pura tidak pernah bercerita.
"Bagaimana bisa seorang anak anggota dewan bisa berbuat sesukanya? Dengan uang pajak yang rakyat kumpulkan? Sungguh anak yang menyebalkan" ujar rekan kerja Ratna lainnya.
"Benar. Kalau begini, aku malas bayar pajak. Hanya dihabiskan untuk membiayai gaya hidup Borjuis anak anggota dewan. Cih"
Ternyata, tanpa Ratna harus bicara. Kesan anak itu di depan banyak orang memang tercela.
Dan semua itu membuat Ratna semakin yakin untuk menyingkirkan anak biadab itu. Yang perlu dia lakukan adalah mencari cara yang tepat untuk mengurangi penghuni jahat di dunia ini.
Ketika pesanan di meja Ratna datang, anak anggota dewan itu melenggang pergi begitu saja. Mata Ratna mengikuti tiap langkah anak itu sampai keluar dari restoran. Lalu mengawasi semua pergerakan pelayan yang membereskan peralatan makan setelah dipakai oleh anak biadab itu.
Ratna juga memperhatikan semua hal detail di restoran ini. Semua sisi ruangan dan detail hiasan. Dengan berdalih pergi ke kamar mandi. Ratna melewati dapur dan memperhatikan semua yang ada disana.
"Ibu mau ke dapur?" tanya pelayan yang memergokinya.
Ratna terkejut tapi bisa menguasai situasi.
"Saya penasaran sama dapur restoran mewah seperti ini. Pasti bersih sekali ya" jawabnya tidak menimbulkan kecurigaan. Dia hanya berperan sebagai ibu-ibu yang selalu penasaran pada semua hal.
"Selain pegawai tidak boleh masuk ke dalam dapur Bu. Untuk menjaga kebersihan makanan yang akan disajikan. Chef kami berasal dari Jepang asli. Jadi sangat memperhatikan kebersihan" jelas pelayan.
"Pekerja restoran ini banyak juga ya" kata Ratna mencoba mendapatkan informasi lebih banyak.
"Iya, benar. Pekerja di restoran ini cukup banyak. Ada bagian dapur dan pelayanan. Ibu ingin pergi kemana?" tanya pelayan itu merubah arah pembicaraan.
"Saya mau ke kamar mandi. Dimana ya?" kata Ratna malu-malu, seolah tidak bisa membaca arah.
"Silahkan, toilet ada disana" jawab pelayan menunjuk toilet yang berada tepat di depan pintu dapur. Ratna mulai tersenyum saat masuk ke dalam toilet. Sepertinya ada sesuatu yang bisa dia lakukan di restoran ini. Untuk menghukum pelaku kedua kejahatan pada putrinya.