NovelToon NovelToon
Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil

Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mahkota Pena

Cerita ini mengisahkan sepasang suami isteri yang sudah dua tahun lamanya menikah namun tidak kunjung diberikan momongan.
Mereka adalah Ayana dan Zulfahmi.
Namun karena desakan sang ibu yang sudah sangat mendambakan seorang cucu dari keturunan anak lelakinya, akhirnya sang ibu menyarankan untuk menjodohkan Fahmi oleh anak dari sahabat lamanya yang memiliki anak bernama Sarah agar bisa berpoligami untuk menjadi isteri keduanya
Rencana poligami menimbulkan pro dan kontra antara banyak pihak.
Terutama bagi Ayana dan Fahmi sendiri.
Ayana yang notabenenya anak yatim piatu dan tidak memiliki saudara sama sekali, harus berbesar hati dengan rencana yang mampu mengguncangkan jiwanya yang ia rasakan seorang diri.
Bagaimanakah kelanjutan kisah Ayana dan Fahmi?
Apakah Ayana akan menerima dipoligami dan menerima dengan ikhlas karena di madu dan tinggal bersama madunya?
Ikuti kisahnya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjenguk Umi

"Hari ini? Tapi, tugas sedang banyak-banyaknya, Difa. Bagaimana dong?" Jawab Kamal.

"Ih, sebentar saja kok. Tidak enak lah, masa kita sebagai karyawannya, tidak langsung menjenguk. Tidak akan makan waktu banyak juga, yang penting kita sudah hadir menjenguk, pasti Umi akan senang melihat kedatangan kita." Difa sedang membujuk dan sedikit mencoba memberikan penjelasan kepada Kamal.

Kamal tampak berpikir sejenak.

"Ya sudah deh, nanti aku bilang sama yang lain. Nanti sore saja ya menjenguknya." Jawab Kamal

"Baiklah, Kamal. Terima kasih, aku lanjut mengajar ya." Sahut Difa dengan melangkahkan kakinya menuju madrasah para santriwati.

"Iya, Difa." Kamal yang hendak melanjutkan pekerjaannya, mengurungkan niatnya ketika tiba-tiba ada seorang perempuan berpakaian syar'i datang berkunjung ke Pesantrennya.

"Assalamu'alaikum, betulkah ini Pesantren Ar-Rahman yang di asuh oleh Kyai Zidan Amar, anak dari Ibu Fatimah?"

Kamal berdiri dan menyambutnya.

"Wa'alaikumsalam, betul. Mohon maaf Ukhti, dengan siapa ya? Apakah ingin bertemu dengan Kyai atau bagaimana?" Tanya Kamal.

Kamal sedikit terpesona akan keanggunan dari wanita yang ada di hadapannya.

"Saya Sarah Adilla Hasan, anak dari Kyai Hasan." Jawab wanita yang bernama Sarah.

"Oh, ada perlu apa ukhti datang kemari?" Kamal penasaran dengan kedatangan Sarah.

Seorang anak Kyai bernama Kyai Haji Hasan Rahman. Pemilik Pondok Pesantren di wilayah Jawa Barat.

"Ini saya datang diutus oleh Abi untuk mengantarkan undangan antar pengasuh Pesantren untuk bersilahturahim seluruh Pesantren Jawa Barat dan Jakarta." Sarah menyodorkan sebuah undangan klasik kepada Kamal.

Kamal mengangguk tanda mengerti.

"Syukron, Ukhti. Tapi, sebelumnya mohon maaf, Kyai Zidan sedang tidak berada ditempat. Nanti, undangan ini akan saya sampaikan ke beliau." Ucap Kamal.

Sarah tersenyum manis.

"Baik, tidak apa-apa. Kalau begitu, saya izin pamit ya. Assalamu'alaikum." Jawab Sarah hendak pergi meninggalkan Kamal.

Kamal tampak memperhatikan Sarah dari atas hingga bawah yang menurutnya begitu perfect untuk menjadi seorang ukhti-ukhti berkelas.

Sarah berjalan menuju parkiran mobil dan masuk kedalam mobil dengan pintu sliding.

Disana, telah ada seorang supir pribadi yang nampaknya sedang menunggunya.

"Bidadari turun dari mana itu ya? Anggun sekali." Gumam Kamal begitu terpesona kepada Sarah.

***

"Za, sekarang kamu makan ya!" Perintah Zidan hendak menyuapi Ayana untuk makan.

Ayana yang baru saja bangun dari tidur menggelengkan kepalanya.

"Tidak mau, aku belum lapar." Jawab Ayana.

Zidan menarik nafas panjangnya.

"Oke, aku akan segera menghubungi Fahmi kalau isteri yang sangat ia sayangi tidak mau makan." Ancam Zidan kepada Ayana.

Dengan cepat Ayana menarik tangan Zidan yang hendak meraih ponselnya diatas nakas.

"Eh, jangan, Kak. Iya aku makan sekarang!" Jawab Ayana.

Zidan melirik kearah tangannya yang telah disentuh oleh Ayana. Ayana pun mengalihkan pandangannya kearah tangannya yang masih saja memegang tangan Zidan.

"Eh, Maaf. Aku tidak sengaja." Ucap Ayana kemudian.

"Sengaja juga tidak apa-apa." Sahut Zidan mulai menggoda Ayana.

"Ih. Jangan kepedean!"

Zidan kemudian mulai menyendokkan nasi dengan lauk pauknya pada sendok yang hendak ia berikan ke mulut Ayana.

Ayana kemudian mulai membuka mulutnya dan menerima suapan demi suapan dari Zidan.

"Bagaimana hasil dari pemeriksaan kamu dan Fahmi? Apakah hasilnya bagus?" Zidan mulai membuka perbincangan agar tidak terlalu canggung.

Sembari makan, Ayana menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari Zidan yang terus menyuapinya.

"Alhamdulillah, bagus Kak. Aku dan Mas Fahmi sama-sama sehat, tidak ada kendala apapun. Tapi, mengapa aku juga belum hamil ya, Kak?" Jawab Ayana dengan mengerutkan dahinya.

"Mungkin memang belum saatnya." Ucap Zidan.

"Padahal, aku dan Mas Fahmi sudah sangat menginginkan memiliki anak." Ucap lirih Ayana.

Zidan menarik nafasnya.

"Mungkin, kamu akan bisa hamil dengan yang lain, bukan dengan Fahmi." Ucapan Zidan mulai tidak dapat dimengerti oleh Ayana.

Ayana menyipitkan kedua bola matanya.

"Maksudnya?" Tanya Ayana penasaran.

"Tidak perlu aku jelaskan, kamu pasti sudah dapat mencerna sendiri." Jawaban Zidan membuat Ayana semakin bingung.

Ayana masih mencerna ucapan Zidan.

(Apa sih yang dimaksud dengan Kak Zidan?)

Batin Ayana.

"Tubuh kamu bagaimana? Kira-kira sudah ada perkembangan belum?" Tanya Zidan kembali.

"Masih ada rasa ngilu dan sakit dibagian luka, namun kalau untuk lemasnya, insya Allah sudah tidak." Jawab Ayana.

Zidan mengangguk perlahan.

"Nanti sore, kamu coba jalan-jalan perlahan. Supaya tubuh kamu tidak kaku." Perintah Zidan.

"Iya, Kak. Aku sudah kenyang." Ucap Ayana.

"Ini belum habis!" Sahut Zidan.

"Iya, tapi aku sudah kenyang. Nanti kalau muntah bagaimana?"

"Ya, jadi mubadzir. Ya sudah kalau begitu, kamu istirahat lagi. Sekalian sholat sambil berbaring saja. Aku izin ke masjid dulu tidak apa-apa, kan?" Ucap Zidan.

Ayana mengangguk.

"Iya, Kak."

***

"Assalamu'alaikum, Umi." Ucap salam Difa kepada Ayana.

Ayana yang sedang terbaring masih dalam keadaan lemah, langsung mencari sumber suara tersebut.

Difa melemparkan senyumannya kepada Ayana.

Ayana terkejut dengan kedatangan Difa.

"Wa'alaikumsalam. Eh, Difa?" Jawab salam Ayana.

Difa memasuki ruangan kemudian disusul lah beberapa rekannya. Yaitu Kamal, Agata dan Amir.

"Assalamu'alaikum, Umi Ayana yang cantik jelita." Ucap salam Kamal yang menggoda Ayana agar Ayana sedikit terhibur.

"Wa'alaikumsalam, hehehe Kamal." Jawab Ayana.

"Jangan begitu, nanti kedengaran Kyai, kita kena hukuman." Ucap Agata yang menyusul masuk bersama Amir

"Ya kan mumpung Kyai tidak ada, makanya bisa menggombal sedikit dengan Umi, tidak apa-apa kan, Umi?" Sahut Kamal.

Ayana terkekeh.

"Tidak boleh begitu, Mal. Tidak baik menggoda Umi. Pamali." Imbuh Amir.

"Ih, kalian kenapa sih?" Sungut Kamal.

"Sudah, sudah. Eh, kalian datang kesini sudah bilang ke Kyai?" Tanya Ayana.

Kamal, Agata dan Amir duduk di sofa dengan sedikit menjauh, sedangkan Difa duduk dikursi samping ranjang Ayana.

"Belum sih, Umi. Tadi, Difa yang chat ke Kyai untuk minta share lokasi dan menanyakan Umi ada diruangan apa." Sahut Kamal.

Ayana mengangguk dengan melirik kearah Difa, Difa pun membalas senyuman Ayana.

"Enak ya ruangan Umi, dingin ada ACnya. Lebih privasi, bisa menampung bebas tamu yang datang. Tidak seperti dikelas umum, mana gerah, panas, dalam satu ruangan bisa ada beberapa pasien. Tamu berkunjung juga dibatasi." Imbuh Amir yang mengedarkan pandangan dari sudut kesudut.

"Namanya juga ruangan VIP, Mir. Ya pasti enaklah." Sahut Agata.

Semuanya terkekeh.

"Oh iya, Umi bagaimana keadaannya? Apakah sudah sehat?" Tanya Difa kemudian.

"Masih belum stabil, Difa. Badan masih terasa ngilu dan sakit. Tapi kalau untuk lemasnya sudah tidak. Karena, sudah diberikan vitamin serta infused. Jadi, sedikit lebih segar." Jawab Ayana menjelaskan.

Kamal, Agata dan Amir tampak menyimak.

"Semoga segera pulih ya, Mi. Anak-anak sudah menanyakan, Umi. Katanya mereka semua rindu dengan Umi yang cantik dan baik hati." Imbuh Kamal.

"Mulai lagi deh menggombal." Sahut Agata.

Kamal menutup mulutnya menggunakan tangannya dengan menahan tawanya.

Ayana kembali menyeringai dengan ulah Kamal.

"Do'a kan saja ya, semoga aku lekas sembuh. Dan bisa berkumpul kembali seperti semula." Jawab Ayana.

"Aamiiiiin yaa robbal'alamin." Sahut semuanya.

"Oh iya, Mi. Kyai kemana? Kok tidak ada?" Tanya Kamal kembali.

"Kyai sedang ke kantin sepertinya. Tadi pamitan ingin mencari kopi." Jawab Ayana.

"Oh begitu, lalu yang lainnya kemana, Mi? Apakah Umi hanya berdua dengan Kyai saja?" Tanya Kamal kembali dengan disimak oleh yang lainnya.

"Iya, hanya berdua. Suamiku masih bertugas, sedangkan Ibu istirahat dirumah. Kasihan, Ibu butuh istirahat yang cukup. Kesehatannya sedang baik turun. Makanya, Kyai yang bersedia menjagaku." Jelas Ayana kepada semuanya.

Ceklek..!!!

"Lho? Ada kalian? Dari kapan?" Zidan masuk kedalam ruangan Ayana dan begitu terkejutnya ketika masuk ruangan sudah banyak pegawainya.

"Eh, Kyai. Assalamu'alaikum. Maaf, Kyai. Kita lupa memberikan info kalau kita akan menjenguk Umi." Ucap Difa dengan segera menjelaskan.

Zidan mengangguk.

"Wa'alaikumsalam. Tidak apa-apa." Jawab Zidan.

"Kyai habis dari mana? Masa Umi ditinggal sendirian? Kalau ada yang culik bagaimana?" Ledek Kamal kepada Kyai.

Zidan menarik nafas dan meletakkan belanjaannya dimeja kaca yang terdapat sofa di sekelilingnya.

Ia pun bergabung dengan Kamal, Agata dan Amir.

"Tidak akan ada yang menculik. Rugi menculik Umi. Makannya banyak dan pilih-pilih. Hahaha." Zidan turut meledek Ayana.

Ayana menyipitkan matanya dengan menatap kearah Zidan. Begitu juga Zidan yang langsung melirik kearah Ayana.

Aktifitas mereka terpantau oleh Kamal.

Kamalpun menahan tawanya.

"Eh, ini aku habis membeli gorengan dan cemilan. Dibuka, Mal. Mumpung masih panas." Perintah Zidan kepada Kamal.

"Siap, Kyai." Sahut Kamal.

Semuanya tampak berbincang-bincang dan asyik dalam obrolannya.

Ayana menjadi terhibur dan tidak jenuh lagi ketika di Rumah Sakit.

"Kak, aku mau dong! Sepertinya enak."

1
Tika Kar Tika
alahhhhhh jadi cinta kan kamu fahmi sama
sarahh
udahh lepasin ayana kasian dia
Mahkota Pena: Hehehe, jangan dilepas dong Ayana nya 🤭
total 1 replies
Tika Kar Tika
geramm banget sama sarah dan ibunya sarahhhh huhhhhhhh panaass
Mahkota Pena: hihihi thank you ya kak sudah mampir 🙏

aduh jangan panas" atuh, dinginin pakai es teh kak biar adem 🤭
total 1 replies
Tika Kartika
udah aja ayana cerai sama fahmi, terus nikah sama zidan, katanya orang ngerti agama kurang pantas aja gitu sering berduaan
Mahkota Pena: hihihi, sabar ya Bun. ayo lanjutkan membaca, terima kasih sudah mampir ☺🙏
total 1 replies
♡Ñùř♡
kmu kurang garcep sih,mk nya keduluan fahmi😁
Mahkota Pena: hihihi iya nih 😁
total 1 replies
♡Ñùř♡
aku mampir thor...
Mahkota Pena: thank you yaa.. semoga terhibur dengan alur ceritanya ☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!