Greyna Joivandex, gadis berusia 18 tahun, dipaksa menikah dengan Sebastian Ferederick, direktur kaya berusia 28 tahun, oleh ibunya. Pernikahan yang terpaksa ini membawa Greyna ke dalam dunia yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang melimpah, Sebastian tampaknya memiliki segalanya, tetapi di balik penampilannya yang sempurna, terdapat rahasia dan konflik yang dapat menghancurkan pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ameliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kritis
Kin yang ikut didalam ambulan mengenggam tangan Grey dengan berlumuran darah. "Cepat pak! Greyy bertahan tolong," kata Kin dengan suara yang terguncang dan penuh kekhawatiran.
Sopir ambulan menatap Kin melalui cermin dan mengangguk. "Jangan khawatir, kita akan segera tiba di rumah sakit," kata sopir ambulans dengan suara yang tenang.
Dibelakang ambulans, diikuti 10 motor yang dikendarai oleh teman-teman mereka. Mereka semua memiliki wajah yang khawatir dan takut, tapi mereka tidak ingin meninggalkan Grey sendirian dalam situasi seperti ini.
Stella, yang mengendarai motor di belakang ambulan, menatap ke depan dengan mata yang tergenang air. "Tolong, Grey... bertahanlah," kata Stella dalam hati, merasa takut kehilangan temannya.
Sesampainya dirumah sakit, mereka buru-buru mendorong Grey masuk kedalam dengan tandu rumah sakit. "Pasien gawat darurat, mohon beri jalan!" ucap perawat dengan suara yang cepat dan tegas, sambil membuka jalan untuk tandu yang membawa Grey.
Kin dan teman-teman lainnya mengikuti di belakang tandu, dengan wajah yang khawatir dan takut. Mereka semua berharap bahwa Grey akan segera mendapatkan pertolongan yang tepat dan dapat disembuhkan.
Saat tandu memasuki ruang gawat darurat, dokter dan perawat lainnya sudah menunggu untuk memberikan pertolongan. "Kondisi pasien?" tanya dokter dengan suara yang cepat.
"Kecelakaan motor, cedera kepala dan tubuh," jawab perawat yang membawa tandu.
Dokter mengangguk dan segera memulai pemeriksaan. "Kita harus segera melakukan CT scan dan pemeriksaan lainnya untuk mengetahui kondisi pasien," kata dokter kepada perawat.
Dokter segera memulai pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kondisi Grey. "Kita harus segera melakukan CT scan untuk mengetahui apakah ada cedera pada otak atau tidak," kata dokter kepada perawat.
Perawat segera mempersiapkan Grey untuk melakukan CT scan. Mereka membaringkan Grey di atas meja CT scan dan memasang peralatan yang diperlukan.
Sementara itu, Kin dan teman-teman lainnya menunggu di ruang tunggu dengan hati yang berdebar.
Setelah beberapa menit, dokter keluar dari ruang CT scan dan menuju ke ruang tunggu. "Kondisi Grey cukup parah," kata dokter dengan suara yang serius. "Dia mengalami cedera kepala yang cukup berat dan harus menjalani operasi segera."
Kin dan teman-teman lainnya terkejut mendengar berita tersebut. Mereka semua berharap bahwa cederanya tidak cukup parah, tapi kenyataannya jauh lebih parah dari yang mereka bayangkan.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Kin dengan suara yang khawatir.
"Kita harus menunggu hasil operasi," jawab dokter. "Saya akan memantau kondisi Grey dan memberikan informasi lebih lanjut setelah operasi selesai."
Kin dan teman-teman lainnya hanya bisa menunggu dengan hati yang berdebar, berharap bahwa Grey akan segera sadar.
Kin mengambil ponselnya dan menelepon Aresa. "Assalamualaikum, Tan," ucap Kin dengan suara yang khawatir.
"Waalaikumussalam, Nak Kinan, ada apa?" jawab Aresa dengan suara yang tenang.
"Maaf, tante, ganggu malam-malam, Greyna kecelakaan," kata Kin dengan suara yang terguncang.
Detik itu juga, ponsel yang Aresa pegang jatuh seketika ke lantai. Kin yang mendengar ponselnya terjatuh langsung memanggil Aresa. "Tante, tante, tante Aresa, tante enggak papa!"
Aresa mengambil napas dalam-dalam dan berusaha untuk tenang. "D-dimana rumah sakit mana?" ucap Aresa dengan terbata-bata, suaranya terdengar khawatir dan takut.
"Rumah Sakit Zero, tan," jawab Kin dengan suara yang cepat.
Buru-buru Aresa mengambil kunci mobil dan pergi, meninggalkan rumahnya dalam keadaan yang tidak teratur. Ia hanya memikirkan tentang Greyna dan keadaannya yang saat ini.
Saat Aresa tiba di Rumah Sakit Zero, ia langsung menuju ke ruang ICU tempat Greyna dirawat. Ia melihat Kin dan teman-teman lainnya yang sudah menunggu di luar ruangan.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Aresa dengan suara yang khawatir.
"Belum ada tahu tante, Grey sedang dioperasi" jawab Kin dengan suara yang sedih.
Aresa merasa sedih dan khawatir mendengar berita tersebut. Ia meminta Kin untuk menjelaskan lebih lanjut tentang keadaan Grey.
"Apa yang terjadi, Kin? Bagaimana Grey bisa mengalami kecelakaan?" tanya Aresa dengan suara yang khawatir.
Kin mengambil napas dalam-dalam dan menjelaskan tentang kecelakaan yang terjadi. "Grey sedang mengikuti balapan motor, tante. Ia mengalami kecelakaan dan terjatuh dari motor. Kami langsung membawanya ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa ia harus dioperasi segera."
Aresa merasa sedih dan khawatir mendengar berita tersebut. Ia meminta Kin untuk membawanya ke ruang operasi agar ia bisa menunggu di sana.
Kin mengangguk dan membawa Aresa ke ruang operasi. Mereka menunggu di luar ruangan operasi, berharap bahwa operasi Grey akan berjalan lancar dan ia akan segera sadar.
Setelah beberapa jam menjalani operasi, kini dokter keluar sambil menghela nafas. Aresa dan yang lain berdiri mengerumuni dokter, berharap untuk mendengar kabar baik tentang kondisi Grey.
"Bagaimana kondisi anak saya, dokter?" tanya Aresa dengan suara yang khawatir.
Dokter mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Operasi berjalan lancar, tapi kondisi Grey masih sangat kritis. Ia mengalami cedera otak yang cukup parah dan memerlukan perawatan intensif.
"Apakah ada harapan untuk Grey sembuh?" tanya Aresa dengan suara yang bergetar.
Dokter mengangguk. "Ya, ada harapan. Tapi kita harus bersabar dan berdoa. Kondisi Grey masih sangat tidak stabil dan memerlukan perawatan yang sangat intensif."
Aresa mengangguk, berharap bahwa Grey akan segera sadar dan dapat kembali seperti semula. Ia meminta dokter untuk membiarkannya melihat Grey, dan dokter mengangguk.
Aresa memasuki ruangan ICU dan melihat Grey yang terbaring di tempat tidur. Ia merasa sedih dan khawatir melihat keadaan Grey, tapi ia juga berharap bahwa Grey akan membuka matanya dan berbicara padanya.
Haga yang mendengarkan kabar bahwa kakaknya mengalami kecelakaan langsung mencari penerbangan tercepat bersama sang nenek, Hanne. Mereka berdua berangkat ke tempat Grey dirawat, dengan hati yang berdebar kencang.
"Haga, bagaimana keadaan kakak kamu?" ucap Hanne sang nenek, sedang mengenggam tangan Haga di dalam pesawat.
Haga mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku tidak tahu, Nek. Aku hanya mendengar bahwa kakakku mengalami kecelakaan dan harus dioperasi."
Hanne mengangguk dan memeluk Haga. "Jangan khawatir, Haga. Kita akan segera sampai di sana dan melihat keadaan kakakmu. Semoga dia segera sadar."
Haga mengangguk dan memeluk Hanne kembali. Mereka berdua berdoa dan berharap bahwa Grey akan segera sadar.
Setelah beberapa jam, pesawat mendarat di bandara, Haga dan Hanne langsung menuju ke rumah sakit.
Saat mereka tiba di rumah sakit, mereka langsung menuju ke ruang ICU tempat Grey dirawat. Mereka berdua melihat Aresa yang sedang menunggu di luar ruangan ICU, dengan wajah yang khawatir dan sedih.
"Aresa, bagaimana keadaan Grey?" tanya Hanne dengan suara yang khawatir.
Aresa mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Ia masih kritis, Ma. Tapi kita harus berharap dan berdoa bahwa dia akan segera sadar."
semangat
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩