Please, Marry Me!

KABAR GEMBIRA UNTUK KELUARGA HARRISON

Pria tampan berkulit eksotis yang masih menutup matanya, begitu mengingat detail kejadian saat itu. Bahkan suara Leo dia acuhkan seolah budek, sampai Tiara membuka pintu dan menutupnya dengan sedikit keras, mengagetkan dua pria di dalamnya. Ya! Di dalam ruangan tadi.

“Oi, lain kali tutup dengan pelan. Kau tahu mencari lapisan kacanya itu sangat sulit.” Kesal Leo hingga Tiara terkekeh kecil sambil berjalan mendekat.

“Maaf! Aku lupa hihihi!!” pria bernama Leo itu hanya menggeleng kepala.

Bukannya membuka suara, Tiara malah diam-diaman, saling memandang ke Noah lalu Leo, seperti itu terus, karena pernikahan kontrak ini tidak boleh ada yang tahu termasuk Leo.

“Apa? Bilang saja kalau ingin mengusir ku. Merepotkan! Aku pulang dulu.” Akhirnya pria bergelar asisten pribadi itu pengertian.

Setelah kepergian Leo, barulah Tiara mulai mengeluarkan sebuah foto dari dalam tasnya.

“Tada!!” serunya saat memperlihatkan tiga foto Noah bersama Hari. Pria itu meraihnya, mengamati detail foto di sana.

“Bagaimana? Bagus' kan?!” sambil mengangkat kedua alisnya berulang-ulang naik turun cantik.

Tanpa semangat, pria itu meletakkan foto tadi tepat di samping majalah sehingga Tiara dapat melihat dan baru sadar kalau di majalah itu ada foto sahabatnya. “Aku kira kau belum tahu.” Sambil meraih majalah tersebut.

“Leo yang memberi tahu.”

“Ohh...” Tiara yang juga sahabat keduanya, pasti tahu hubungan dan cerita Noah dan Sakura di masa lalu.

Wanita itu kembali meletakkan majalah tadi di atas meja, memberikan senyuman lebar ke arah Noah.

“Jangan terlalu serius! Aku yakin semuanya sudah di takdir kan!” Ujar Tiara berharap Noah menjadi lebih baikan.

Memang benar semuanya sudah ada yang mengatur, tapi itu begitu sulit untuk di jalani. Tak lama, Tiara juga pamit pergi setelah memberikan ceramah panjang lebar, dan kini di ruangan Noah begitu hening, mengingat para karyawan juga baru saja pulang karena jam kerja selesai.

Noah melihat ke arah majalah, tak lama matanya beralih ke fotonya bersama wanita aneh yang baru-baru ini membuatnya pening. Dua wanita yang berbeda, sifat dan perilaku mereka juga sangat berbeda.

Tidak bisa di bayangkan oleh Noah saat dia akan benar-benar menikahi wanita asing itu.

“Cih, wanita aneh!” gumamnya menyeringai kecil saat melihat foto Hari. Pria itu mulai melihat ke arlojinya lalu segera beranjak dan keluar dari ruangan segera pulang.

...***...

Sementara di kediaman Harrison. Entah ada apa, yang pasti kini keluarga Noah semuanya berkumpul dengan wajah bingung seolah ada pikiran yang menggangu kepala mereka.

“Kemana bocah itu?” kesal Liam masih berjalan mondar-mandir dengan tongkat kebanggaannya.

“Kakek! Kau bisa duduk, nanti pinggang mu bisa rapuh!” titah Suzan pusing dan lelah melihat Liam terus bergerak, padahal yang lainnya duduk berjajar di sofa, hanya kakek Liam yang terus menunggu di tengah jalan.

“Mana bisa! Aku harus mendengar penjelasan detail bocah nakal itu. Beraninya dia menipu ku.” Balas tak terima kakek Liam.

“Biarkan saja Ibu! Sebentar lagi pinggangnya akan encok!” bisik Norman pelan ke telinga Suzan.

“Aku bisa mendengar mu. Bocah tua!” balas sang kakek sambil mengarahkan tongkat kayunya ke arah Norman yang kini ketakutan sambil merentangkan kedua tangannya, menyerah.

Bletakkk! Satu ketukan di kepala baru saja Amora berikan ke suami bodohnya itu.

Tak lama, sepasang kaki baru saja melangkah masuk, berhenti saat matanya melihat kehadiran sang kakek juga yang lainnya di belakang.

Noah merasa tak enak akan tatapan mereka semua. “A-ada, apa?” tanya lambat si pria julukan Rubah itu. Tentu saja semuanya mulai berjalan mendekati Noah tanpa memberikan celah.

“Ow, sekarang pura-pura tidak tahu setelah berhasil menipu kami, menipu Kakekmu ini, HUH!” gertak Liam menusuk-nusuk jari telunjuknya ke pinggang Noah hingga membuat pria itu geli sekaligus sakit bersamaan.

“Ahahahaha! Hiss. Menipu apa?” berusaha mungkin Noah menghindari tangan kakeknya.

“Sebaiknya katakan dengan jujur.” Paksa nenek Suzan terlihat tegas.

“Mengatakan apa?” geram Noah masih kebingungan.

“Cepat buka suara atau aku akan membuatmu di rawat di rumah sakit.” Ancam Amora masih melipat kedua tangannya di depan dada sambil menutup matanya sedikit menunduk.

“Apa maksud kalian? AKU TIDAK TAHU??” Noah yang bingung mulai meremas surai-nya sendiri.

“Sudah bermain berapa ronde? Dan gaya apa saja?!" tanya tak jelas dari Norman. Seketika dia mendapatkan tatapan seram dari ketiga orang di sampingnya. Bletakkk! Satu pukulan mendarat lagi di kepalanya hingga sedikit terliha merah di dahi.

Noah masih menggeleng, sampai... Dia sadar mereka adalah Harrison, pasti dengan mudanya mereka mencari informasi.

-'Apa? Tidak mungkin mereka tahu— ' Batin Noah mulai panik sendiri. Kini sudah tahu penyebabnya, Noah menatap wajah senyuman lebar dari keluarga Harrison itu.

“Sekarang kau mau mengatakannya?” kakek Liam tersenyum lebar menatap cucunya.

“Besok saja, aku lelah Kakek.” Hendak melangkah pergi, tarikan ringan di kera pakaian Noah dari belakang membuat langkahnya terhenti.

“Mau kabur?”

“HAISSHH!! BAIKLAH, BAIKLAH... ” Kesal Noah melepas paksa dan berbalik menatap mereka semua.

“AKU AKAN MENIKAH! BESOK KEKASIHKU AKAN DATANG MENEMUI KALIAN, JANGAN ADA YANG PERGI!!” penuh emosi Noah mengatakannya dengan nada tinggi jelas dan padat. Hening sejenak dan..

“Yeahhh!!! Akhirnya!!” seru bersamaan keluar dari mulut keluarga Harrison. Betapa hebohnya keluarga itu saat mendengar pernikahan Noah! Sementara pria yang akan menikah hanya diam dengan wajah bodoh- Seharusnya dia tahu sikap keluarganya.

“Aku sangat senang sekali bocah nakal!” kakeknya meraih wajah Noah dan menekan kedua pipi pria itu, lalu memberikan kecupan-kecupan di seluruh wajah cucunya.

“Kakek, hentikan! Ini sangat menjijikan.” Tolak Noah melepaskan diri dari sang kakek.

Liam tertawa terbahak-bahak karena rasa bahagianya setelah sekian lama akhirnya cucunya mau menikah juga.

“Jam berapa dia akan datang?” tanya nenek Suzan juga tak sabar.

“Apa dia wanita yang cantik?” tanya Amora.

“Sudah berapa lama kalian berpacaran?” tanya Norman.

Pertanyaan terus muncul di masing-masing mulut mereka semua. Rasanya telinga Noah seperti ingin copot mendengar itu semua.

“HAAAKU TIDAK TAHU!! BESOK TANYAKAN SENDIRI! kalian membuat ku pusing.” Pria itu melangkah pergi ke kamarnya, berharap bisa menghindari para manusia tadi.

Dari lantai atas Noah berhenti, berbalik melihat reaksi keluarganya yang masih saling berbincang bahagia, apalagi sang kakek.

Melihat betapa senangnya kakek Liam sampai menari-nari seperti orang gila membuat Noah ikut senang. Tak terasa bibir Noah melengkung kecil melihat keindahan di bawah sana.

“Kau berhasil membuat Kakekmu bahagia, Noah!” ucapnya sendiri dengan bangga dan pergi masuk ke kamar.

...🛫📍🛬...