NovelToon NovelToon
PACARKU OM OM

PACARKU OM OM

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Romansa
Popularitas:168.7k
Nilai: 5
Nama Author: HANA ADACHI

Dewasa🌶🌶🌶
"Apa? Pacaran sama Om? Nggak mau, ah! Aku sukanya sama anak Om, bukan bapaknya!"
—Violet Diyanara Shantika—

"Kalau kamu pacaran sama saya, kamu bakalan bisa dapetin anak saya juga, plus semua harta yang saya miliki,"
—William Alexander Grayson—
*
*
Niat hati kasih air jampi-jampi biar anaknya kepelet, eh malah bapaknya yang mepet!
Begitulah nasib Violet, mahasiswi yang jatuh cinta diam-diam pada Evander William Grayson, sang kakak tingkat ganteng nan populer. Setelah bertahun-tahun cintanya tak berbalas, Violet memutuskan mengambil jalan pintas, yaitu dengan membeli air jampi-jampi dari internet!

Sialnya, bukan Evan yang meminum air itu, melainkan malah bapaknya, William, si duda hot yang kaya raya!

Kini William tak hanya tergila-gila pada Violet, tapi juga ngotot menjadikannya pacar!

Violet pun dihadapkan dengan dua pilihan: Tetap berusaha mengejar cinta Evan, atau menyerah pada pesona sang duda hot?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Keren

Violet sedang fokus menggambar alisnya ketika ponselnya tiba-tiba berdering nyaring.

"Astaga!" Ia terlonjak, pensilnya mencoret keluar garis. "Hah, sial!"

Dengan kesal, ia meraih ponsel yang tergeletak di atas ranjang. Dahinya berkerut ketika melihat nama 'Om William' muncul di layar.

"Ya, Om?" tanyanya, setengah hati. Saat itu juga, matanya melirik ke jam dinding. Loh, ternyata udah jam setengah sebelas toh?!

"Kamu di mana? Saya sudah di depan," suara William terdengar dari seberang telepon.

"Hah? Cepet banget!" Violet terbelalak.

"Gimana sih, Purple? Kan janjinya memang jam segini," suara William terdengar ketus.

"Aduh, Om! Aku belum selesai dandan!" Violet buru-buru mengambil pensil alisnya lagi. "Lagian, siapa sih, Om, orang yang kalau janjian setengah sebelas, datangnya tepat setengah sebelas?!"

"Ya saya orangnya!" balas William santai. "Makanya kamu tuh jangan kebiasaan molor waktu. Kebiasaan buruk, tahu nggak?"

"Iya, iya, bentar, Om... Masih ngalis nih—"

"Nggak mau tahu. Pokoknya kamu keluar sekarang juga!"

Lalu telepon terputus begitu saja.

Violet memelototi ponselnya dengan dongkol. "Nyesel banget minta tebengan sama Om-om satu ini," gerutunya, tapi tetap saja ia buru-buru membereskan alat make-up, memasukkannya ke dalam tas, dan bergegas keluar kamar.

...----------------...

Di dalam mobil, William berpura-pura mengecek jam tangan seolah-olah dia benar-benar sibuk dan tidak punya waktu menunggu. Padahal, diam-diam dia menikmati momen ini.

"Kamu telat dua menit," ujar William dengan nada dibuat sok ketus saat Violet akhirnya masuk ke dalam mobil.

"Yaelah, Om, cuma dua menit," keluh Violet sambil memasang seatbelt.

"Dua menit itu berharga, Purple. Kamu nggak pernah dengar istilah time is money?" William meliriknya tajam. "Buat pengusaha kayak saya, setiap detiknya itu bernilai miliaran!"

"Ya ya ya," Violet mencibir malas, sama sekali tidak terkesan dengan ocehan William. Ia lalu mengeluarkan kotak make-up dari dalam tas. "Gara-gara Om nih, alisku masih botak sebelah!"

Dengan santai, ia mulai menggambar ulang alisnya.

William yang awalnya hendak membalas, justru jadi terdiam. Matanya memperhatikan wajah Violet dengan seksama. Menurutnya, gadis itu tetap terlihat cantik meskipun tanpa alis sekalipun.

Namun saat tatapannya beralih ke pakaian yang dikenakan Violet, ekspresinya langsung berubah drastis.

"Astaga, kamu kuliah pakai baju kayak gitu?"

Violet menoleh sekilas, lalu menatap dirinya sendiri sebelum kembali menatap William dengan bingung. "Emang kenapa, Om?"

"Kamu masih nanya kenapa?! Heh, mana ada orang kuliah pakai baju kekurangan bahan begini?! Pusar kamu hampir kelihatan, Purple!"

Violet berdecak sebal. "Aduh, Om, ini tuh namanya crop top! Lagi tren zaman sekarang! Fashion gitu loh! Om mana ngerti!"

"Saya belum pernah lihat fashion macam pengemis begini." komentar William tajam, membuat Violet mendelik.

"APA?! Pengemis?! Om, yang bener aja!"

"Iya kan? Kalau pengemis pakai baju kayak gini wajar, karena mereka nggak punya uang buat beli baju yang lebih layak. Lah, kamu? Mampu beli baju, tapi malah sengaja pakai baju minim bahan kayak gini?"

Violet mendengus keras. "Terserah Om aja deh!"

William menghela napas panjang. Gadis ini benar-benar menguji kesabarannya. Dia tidak tahu betapa panasnya William sekarang. Bukan karena cuaca, tapi karena membayangkan pandangan para pria lain yang mungkin akan menatap tubuh Violet dengan bebas.

Sial. Itu tidak boleh terjadi.

Tanpa banyak bicara, William tiba-tiba turun dari mobil.

Violet mengernyit heran. "Om? Mau ke mana?"

William tidak menjawab. Ia berjalan ke bagasi, membuka tas cadangan yang selalu ia bawa kemana-mana, lalu mengambil salah satu kemejanya.

Begitu kembali masuk mobil, ia langsung menyerahkan kemeja itu ke Violet.

"Kamu pakai ini."

"Hah? Buat apa?" Violet menatap kemeja itu dengan bingung. "Panas, tauk!"

"Pakai," kata William tegas.

Violet merengut. "Om lebay banget, deh! Kayak papa aku aja!"

"Terserah kamu mau bilang apa. Tapi kalau papa kamu beneran ada di sini, dia pasti juga bakal melakukan hal yang sama kaya saya!"

Violet memelototi William, tapi akhirnya ia mengambil kemeja itu juga dan mengenakannya sebagai outer.

"Udah, kan?" gumamnya kesal.

William menatapnya dari ujung kepala sampai kaki. Menghela napas lega, karena setidaknya, sekarang penampilan gadis itu lebih tertutup.

"Bagus," Ujarnya singkat. "Awas kalau dilepas," ancamnya kemudian.

Violet hanya bisa mendengus. "Iya, iya, Om rese."

William menyunggingkan senyum puas.

...----------------...

Mobil William berhenti di depan gedung kampus.

"Makasih ya, Om," kata Violet sambil bersiap membuka pintu.

"Tunggu," William menahan tangan Violet sebelum gadis itu sempat keluar.

Violet menoleh bingung. "Kenapa, Om?"

"Nanti kamu pulang jam berapa?"

"Hm..." Violet berpikir sejenak. "Sekitar jam tiga-an, kenapa?"

William tersenyum tipis. "Kebetulan, jam segitu saya juga udah perjalanan pulang dari kantor. Mau saya jemput sekalian?"

Violet mengangkat alis. Rasanya agak aneh. Kenapa bisa kebetulan jadwal kerja William pas banget dengan jadwal kelasnya?

"Ya saya sih cuma nawarin aja," William buru-buru berkilah. "Kalau nggak mau, ya nggak apa-apa. Saya cuma kasihan aja kalau duit kamu habis buat bayar taksi mulu."

Violet terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk. "Ya udah deh, nanti jemput aku ya, Om."

"Oke." William menjawab dengan nada santai, tapi dalam hati dia sudah bersorak kesenangan.

Violet membuka pintu mobil, bersiap turun, tapi tepat saat itu sebuah suara nyaring meneriakkan namanya.

"Violet!"

Violet sontak terbelalak dan mendapati Dito berlari ke arahnya. Sial! Baru juga sampai kampus, udah ketemu dia aja!

Refleks, Violet berusaha menutupi wajahnya dengan tas, meskipun tahu itu percuma.

Bukan hanya Violet yang merasa terganggu. William yang tadinya sudah siap pergi, mengurungkan niatnya saat melihat ada pria yang mendekati Violet.

"Udah lama gue nggak lihat lo, Vi! Lo ke mana aja sih?" Dito, kakak tingkat yang terkenal gigih mengejar Violet, langsung menghujaninya dengan pertanyaan. "Kenapa lo nggak pernah angkat telepon gue? Lo nggak blokir nomor gue, kan?"

Violet menahan napas. Dia memang sudah lama memblokir nomor cowok ini.

Sementara itu, William keluar dari mobilnya, ekspresinya langsung berubah dingin.

Dito, yang baru menyadari keberadaan William, langsung mengangguk sopan. "Oh, lo lagi sama bokap lo ya, Vi? Halo, Om."

Bokap? Enak aja. William melirik tajam ke arah pemuda itu.

"Siapa kamu?" tanyanya, suaranya terdengar dalam dan tegas.

Dito tampak sedikit kaget, tapi tetap berusaha ramah. "Saya Dito, Om. Kakak tingkatnya Violet." Dito memamerkan senyuman semanis mungkin sambil mengulurkan tangan.

Alih-alih menyambut uluran tangan Dito, William justru melipat tangannya di depan dada. "Jurusan apa kamu?"

"Eh? Teknik om," Jawab Dito sambil menggaruk kepalanya canggung.

"Semester berapa?"

"Semester...tiga belas Om," Jawab Dito sambil nyengir kuda.

"Oh, donatur kampus toh," Ujar William dengan nada mengejek.

Dito tertawa. "Haha... bisa dibilang gitu, Om."

"Sudah ACC skripsi?"

Dito menggaruk belakang kepalanya lagi. "Belum, Om."

"Sidang proposal?"

Dito menggeleng.

William menatapnya lama, lalu menghela napas dan menggelengkan kepala. "Terus, kegiatan kamu selama ini apa?"

"Ya kaya biasanya sih Om. Ngampus, kumpul sama teman-teman organisasi, nongkrong di kafe... diskusi soal kehidupan," jawab Dito penuh percaya diri.

William menyeringai tipis. "Fix, pengangguran."

Ia lalu melirik ke arah violet. Dari tatapan gadis itu, William bisa menangkap kalau Violet tampaknya risih dengan kehadiran Dito.

William kembali menatap Dito, lalu berkata. "Hei, Dito, boleh saya kasih saran buat kamu?"

Meskipun agak heran, Dito mengangguk. "Boleh Om,"

"Sini, sini," William melambaikan tangan, menyuruh Dito mendekat.

Dito mendekat dengan ragu dan William mencondongkan tubuh, berbisik di telinga pemuda itu. "Saran saya, dibanding ngejar Violet, lebih baik kamu ngejar dosen pembimbing dulu. Cewek itu butuh kepastian. Masa depan kamu aja masih belum pasti, yakin bisa kasih kepastian ke orang lain?"

Wajah Dito sontak memerah. Ucapan tajam William benar-benar menusuk ke dalam jantungnya. Pria itu sempat menoleh ke arah Violet lebih dulu, sebelum kemudian buru-buru pergi tanpa berkata apa-apa.

Violet terheran-heran. "Eh? Kok dia pergi?" Dia menoleh curiga ke arah William. "Om ngomong apa tadi sama Kak Dito?"

William memasukkan tangannya ke dalam saku, tersenyum penuh kemenangan. "Cuma ngasih saran yang baik dan membangun kok."

Violet masih curiga, tapi melihat Dito akhirnya pergi membuatnya merasa lega.

Tepat sebelum masuk mobil, William tiba-tiba mengusap kepala Violet dengan lembut.

"Kalau ada cowok yang menyebalkan lagi, bilang ke saya. Biar saya yang urus."

Violet terpaku di tempatnya, menatap William yang kini melajukan mobilnya pergi.

Perlahan, pipinya terasa panas.

Kenapa tiba-tiba Om William kelihatan keren banget, sih?

1
mery harwati
Evan bikin papamu cemburu akut padamu ya 😄
Azahra Rahma
Evan jangan ambil kesempatan dalam kesempitan ya,,ingat itu balon mama tirimu
HANA
Minal Aidzin Wal Faidzin, ya, untuk semua pembacaku! Mohon maaf jika selama ini Author pernah melakukan kesalahan. Semoga di bulan yang penuh berkah ini, kita semua diberikan kelimpahan pahala dan rezeki. Aamiin.
Susanti: sama thor minal aidzin wal faidzin
Azahra Rahma: takobalohu Mina wa minkum
total 4 replies
Azzani Siti
😭😆😆😆🤣🤣🤣
ngakak brutal ya allah
Azzani Siti
judulnya mau apa nih readers?
"mertuaku, mantan musuh bebuyutan ku..
atau
"mertuaku, besty SMA ku?
Azzani Siti
belum tau aja si bapak, bibir si purple udah gak perawan di buat si om😭🤣🤣😆😆
kalau sempat tau, habis kau om jadi dendeng balado..🤣🤣🤣
D_wiwied
uhuuyy pelet sudah bereaksi.. awas Will ntar kamu bisa ter ungu ungu 😆😆
D_wiwied
wkwkwk ternyata cuman mimpi toh /Facepalm//Facepalm/
Aam Amalia
Luar biasa
HANA: thankyou akak🥰🥰
total 1 replies
mery harwati
Hadeuh mantu, kamu nekat banget cari masalah sama mertua laki²mu, ta SIM (Surat Ijin Menikah) dicabut calon mertuamu, kejang² nanti kau mantu 🤣
Azzani Siti
jokes bapak bapak😭🤣🤣😆😆
Azzani Siti
🤣🤣😆😆😆 NYI roro kidulnya disuruh Potong bawang om...😭🤣🤣😆😆
Azzani Siti
nyawanya banyak...😭😭😭
dia jujur gak tu depan bapak nya si cowok..😭😭
D_wiwied
ya ampun jujur banget sih vi /Facepalm//Facepalm/
Azahra Rahma
awas om takut kebablasan,,jangan terlalu sering berduaan di kamar ya
Erni Erni
🥰 wah ikutan happy ya terlope2 jg sama om will
Lauren Florin Lesusien
𝚕𝚞𝚌𝚞 𝚜𝚊𝚙𝚊𝚖 𝚢𝚐 𝚗𝚐𝚊𝚠𝚊𝚜𝚒𝚗 𝚐𝚊𝚖𝚙𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚜𝚘𝚐𝚘𝚔😍😍😍😍😍
Susanti
pinter banget om will /Facepalm/
Azahra Rahma
haduhhhhh papa Ardiyan satpamnya gampang di sogok nih,,,,cuma di kasih ps5 dah kicep
Eva Diana
waduh om Will 🤦🤦
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!