Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.
Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Pagi ini, Kinanti terbangun lebih awal dari biasanya. Ia segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Kenzo dan Julian. Dengan cekatan, ia mengatur meja makan dan menyiapkan hidangan sederhana namun penuh kehangatan. Kenzo yang masih mengantuk perlahan turun dari kamarnya, diikuti oleh Julian yang tampak sudah rapi dengan jas kerjanya.
"Selamat pagi, Tuan Julian." Sapa Kinanti dengan lembut.
"Selamat pagi, Kinanti. Apa Kenzo sudah siap untuk sekolah?" Julian menatap putranya dengan senyum.
Kinanti mengangguk sambil menyiapkan piring untuk Kenzo. "Iya, Tuan Julian. Saya akan mengantarnya setelah sarapan."
Setelah sarapan selesai, Julian bersiap untuk pergi ke kantor. Sebelum pergi, ia berpamitan kepada ayah dan ibunya yang duduk di ruang tamu, lalu menoleh ke arah Kinanti dan Kenzo.
"Aku pergi dulu. Jaga Kenzo baik-baik ya, Kinanti."
"Baik, Tuan Julian." Jawab Kinanti sambil tersenyum, melihat Julian melangkah keluar rumah.
Kinanti kemudian mengantar Kenzo ke sekolah. Setelah memastikan Kenzo masuk ke kelasnya, ia kembali ke rumah untuk beristirahat sejenak. Namun, tak lama setelah itu, telepon rumah pun berdering. Kinanti segera mengangkat telepon itu dan ternyata itu adalah Julian yang menelepon.
"Kinanti, aku butuh bantuanmu. Ada berkas penting yang tertinggal di rumah. Bisa kamu bawa ke kantor? Aku tidak bisa menyuruh David karena dia sedang di ruang meeting bersamaku." Kata Julian dengan nada sedikit terburu-buru.
Kinanti merasa gugup, namun ia tidak bisa menolak permintaan itu. "Baik, Tuan Julian. Saya akan segera ke sana."
Setelah menemukan berkas yang dimaksud, Kinanti segera berangkat ke kantor Julian. Sesampainya di sana, ia diarahkan oleh seorang resepsionis menuju ruang meeting. Perasaan gugup mulai menyelimuti Kinanti saat ia mendekati pintu besar dengan suara diskusi yang terdengar dari dalam.
"Silakan masuk, Nona." Ujar resepsionis dengan ramah.
Kinanti membuka pintu ruang meeting dengan hati-hati. Semua mata tertuju padanya, termasuk Julian yang duduk di ujung meja panjang. Ia memberi isyarat kepada Kinanti untuk mendekat.
Sesampainya di ruang meeting, Kinanti merasa gugup namun tetap berusaha tenang. Ia membuka pintu dan melangkah masuk dengan hati-hati. Semua mata tertuju padanya, termasuk Julian yang sedang memimpin presentasi. Dengan langkah mantap, Kinanti mendekati Julian dan menyerahkan berkas yang diminta.
"Terima kasih, Kinanti." Ujar Julian sambil mengambil berkas tersebut.
Kinanti mengangguk dan melangkah mundur sedikit, namun ia tetap berdiri di dekat ruangan, memperhatikan jalannya presentasi. Saat mendengarkan penjelasan Julian, Kinanti menyadari ada satu poin penting yang belum disebutkan. Meski merasa gugup, ia memutuskan untuk mengambil inisiatif.
"Maaf, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya." Ujar Kinanti dengan suara tegas namun sopan, "Saya ingin menambahkan sedikit informasi yang mungkin relevan dengan meeting kali ini."
Seluruh perhatian kembali tertuju padanya. Julian menatap Kinanti dengan penuh perhatian, memberikan isyarat agar ia melanjutkan.
Kinanti melanjutkan, "Dalam laporan itu, terdapat data terbaru yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam efisiensi operasional setelah implementasi strategi yang sedang kita bahas. Data ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi keberhasilan proyek ini."
Para klien mendengarkan dengan seksama. Beberapa dari mereka mulai mengangguk setuju, terlihat terkesan dengan tambahan informasi yang disampaikan oleh Kinanti. Julian, yang awalnya terkejut dengan keberanian Kinanti, kini tampak tersenyum bangga.
Setelah Kinanti selesai berbicara, Julian melanjutkan, "Terima kasih, Kinanti. Informasi tambahan yang kamu berikan sangat bermanfaat dan menegaskan poin-poin yang telah kita diskusikan. Saya yakin ini akan membantu kita semua memahami potensi proyek ini dengan lebih baik."
Para klien yang masih berada di ruangan meeting mulai mendekati Kinanti. Salah satu dari mereka, seorang pria paruh baya dengan jas rapi, tersenyum ramah dan berkata, "Presentasi yang sangat informatif. Anda memiliki wawasan yang tajam, Nona."
Kinanti tersenyum sopan, menundukkan kepala sedikit sebagai tanda terima kasih. "Terima kasih atas pujiannya, Pak. Saya hanya berusaha memberikan informasi yang saya rasa dapat mendukung diskusi ini."
Klien lainnya, seorang wanita yang tampak berpengaruh, menambahkan, "Anda benar-benar membantu memperjelas beberapa poin yang sebelumnya masih samar bagi kami. Pekerjaan yang sangat baik."
"Betul." Sahut klien lainnya.
"Kami sangat terkesan dengan cara Anda menyampaikan informasi. Jika semua perusahaan memiliki karyawan seperti Anda, pertemuan bisnis akan jauh lebih efisien."
Julian, yang berdiri di sebelah Kinanti, merasa bangga. Ia tahu bahwa inisiatif dan keberanian Kinanti memberikan kesan yang sangat baik kepada para klien. "Kinanti adalah bagian dari tim kami yang sangat berharga." Ujarnya dengan nada bangga.
Setelah meeting selesai dan para klien mulai meninggalkan ruangan, Julian menghampiri Kinanti. "Kamu melakukannya dengan sangat baik. Informasi yang kamu tambahkan sangat tepat dan membantu memperkuat presentasi kita."
Kinanti tersenyum lega, merasa dihargai atas kontribusinya. "Terima kasih, Tuan Julian. Saya hanya ingin membantu sebisa saya."
Julian mengangguk, merasa semakin kagum dengan keahlian dan inisiatif Kinanti. "Kamu sangat berbakat, Kinanti. Terima kasih atas bantuanmu hari ini.
Setelah suasana di ruang meeting sedikit mereda, Kinanti memandang Julian dan David dengan senyum sopan.
"Tuan Julian, Tuan David, jika tidak ada hal lain yang perlu saya bantu, saya mohon izin untuk pulang. Saya perlu menjemput Kenzo di sekolah."
Julian mengangguk dengan ramah. "Tentu, Kinanti. Terima kasih banyak atas bantuanmu hari ini. Hati-hati di jalan."
David juga tersenyum sambil berkata, "Kamu sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa, Nona. Semoga perjalananmu lancar."
Kinanti membalas dengan senyum hangat. "Terima kasih, Tuan Julian, Tuan David. Saya akan menjemput Kenzo sekarang. Sampai jumpa."
Setelah itu, ia berpamitan dan melangkah keluar dari kantor dengan hati yang lega.