Wildan harus bekerja serabutan demi bisa terus mencukupi kebutuhan ibu dan dua adiknya, mengingat dirinya merupakan tulang punggung keluarga. Semuanya berubah saat Wildan mendapatkan job tak terduga dari seorang selebriti terkenal. Dia bahkan dibayar dengan mahal hanya untuk pekerjaan itu. Namun siapa yang menyangka? Wildan tergoda untuk terus melakukannya. Kira-kira job apa yang dilakukan Wildan? Karena pekerjaan itu pula dirinya banyak bertemu wanita cantik. Wildan bahkan bertemu dengan supermodel idolanya!
Inilah cerita tentang sisi gelap seorang fotografer, serta kehidupannya yang penuh lika-liku dan pengalaman unik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2 - Tentang Jajan
Setelah mandi, Wildan sepenuhnya siap pergi kuliah. Dia tak pernah lupa membawa kamera merek Canon Eos 60D miliknya.
"Bang!" Tini adik keduanya Wildan muncul dari balik pintu.
"Kenapa, Kartini Eva Lestari?" balas Wildan.
"Gimana, Bang? Sudah ada uang untuk bayar spp ku? Aku ditagihin terus loh sama Bu Darlin," ungkap Tini.
"Tunggu." Wildan berjalan ke belakang pintu. Di sana tergantung beberapa celananya yang belum di cuci. Wildan periksa satu per satu saku celana yang tergantung di sana. Dirinya mendapat beberapa lembar uang.
Selanjutnya, Wildan kumpulkan uang hasil dari semua kantong celananya. Lalu dia berikan pada Tini.
"Nih! Kalau masih kurang, bilang sama Bu Darlin akan dibayar minggu depan," kata Wildan.
Tini mengangguk. Namun dia tidak pergi dan mematung menatap sang kakak.
"Kenapa lagi? Pasti mau minta uang jajan kan?" tebak Wildan.
Tini cengengesan. "Iya dong, Bang. Dua ribu pun nggak apa-apa. Bisa dipakai beli es sekoteng sama Bang Mail," ucapnya.
"Terserah deh. Nih!" Wildan memberikan uang lima ribu rupiah untuk jajan Tini.
"Yeay! Dikasih goceng! Makasih ya, Bang! Semoga Bang Wildan sehat terus dan jadi orang kaya," seru Tini kesenangan. Dia sampai melakukan pose doa untuk Wildan. Baginya jarang-jarang kakaknya memberi uang jajan lima ribu. Karena biasanya pasti dikasih dua ribu atau seribu.
Memang sesulit itulah kehidupan ekonomi Wildan dan keluarganya. Bisa jajan saja Tini sudah bersyukur.
Wildan hanya terkekeh mendengar ocehan Tini. Dia segera berangkat kuliah setelah mencium tangan sang ibu.
Wildan selalu pergi kemana-mana dengan motor matik yang tampak usang. Kini dia hendak beranjak dengan motor tersebut. Namun bersamaan dengan itu, Arman yang tak lain adalah adik pertama Wildan muncul.
Arman sendiri sudah berusia 16 tahun. Dia sekarang sudah SMA. Beda sekitar lima tahun dari usia Wildan.
Arman sengaja menghalangi jalan Wildan. Dia berkata, "Eh tunggu dulu, Bang! Punya uang nggak? Aku minta lima puluh ribu dong!"
"Arman! Abangmu udah kasih kau jajan tadi pagi loh. Kok ini minta lagi. Udahlah, Dan! Kamu sebaiknya cepat-cepat pergi! Biar Ibu yang ngurus adikmu satu ini!" seru Nia.
"Lah, Ibu. Cuman sepuluh ribu mana cukup!" sahut Arman. Dia lantas memegangi lengan Wildan dan memasang raut wajah memelas. "Ayolah, Bang. Sekali ini aja. Aku mau kerja kelompok. Ada projek sains. Itu butuh biaya loh. Aku malu nggak bisa patungan," mohonnya.
Wildan mendengus kasar. Meskipun begitu, dia memilih tetap memberi uang pada Arman. Ia berikan uang lima puluh ribu yang merupakan hasil dari kerja kerasnya di pasar tadi.
"Wah! Makasih, Bang!" Arman langsung menyambar uang pemberian Wildan.
"Sekolah yang benar! Kalau macam-macam, awas saja!" omel Wildan.
"Siap, Bos!" Arman melakukan pose hormat.
Wildan kali ini benar-benar beranjak. Dia tiba di kampus tepat waktu.
...***...
Di kampus, Wildan mempunyai tiga teman dekat. Mereka adalah Egy, Yoga, dan Jaka. Kedatangan Wildan langsung disambut oleh mereka.
"Kau itu, Dan! Wajah gantengmu kelihatan capek terus tahu nggak. Sekali-kali istirahatlah. Kalau perlu, pakai skincare aja sekalian," tukas Yoga.
"Gimana mau mikirin skincare. Cari duit buat jajan sendiri aja susah," sahut Wildan. Jujur saja, dia sekarang tidak memiliki uang lagi. Karena gaji lima puluh ribunya telah diberikan pada Arman.
Memang Wildan seringkali begitu. Dia rela tidak makan atau jajan, karena lebih mementingkan ibu dan kedua adiknya.
"Ya elah. Tenang aja kali. Ada Yoga!" kata Egy. Kebetulan di antara teman Wildan yang lain, Yoga adalah yang paling kaya.
"Aku tahu. Makanya aku pede datang ke kampus dengan dompet kosong!" balas Wildan.
"Sialan!" rutuk Yoga sembari menghisap vapenya. Dia, Wildan dan yang lain lantas terbahak.
Tak jarang Wildan mengandalkan teman-temannya. Namun dia tahu, dirinya tidak bisa begitu selamanya. Makanya Wildan mencoba memikirkan cara untuk memulai jasa fotografer.
"Guys! Aku mau buka jasa fotografer. Kalian punya masukan nggak?" cetus Wildan. Membuat ketiga temannya otomatis menatap ke arahnya.
kira-kira glenda tau nggak ya... secara dia kan punya kenalan makhluk halus ...
bakal perang nggak ya....
ke cililitan lewat dewi sartika
Natasha memang cantik jelita
tapi wildan lebih cints sama Glenda
ke cililitan lewat dewi sartika
Nathasya memang wanita jelita
tapi sayang wildan suka sama GLENDA
awas Dan jgn macem macem ,mata mata Glenda tak terlihat olehmu ,lebih cepat pula 🤣🤣🤣