NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Lily

Rumah Untuk Lily

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Egha sari

Rumah sudah kokoh berdiri, kendaraan terparkir rapi, tabungan yang cukup. Setelah kehidupan mereka menjadi mapan, Arya justru meminta izin untuk menikah lagi. Istri mana yang akan terima?
Raya memilih bercerai dan berjuang untuk kehidupan barunya bersama sang putri.
Mampukah, Raya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya? Apalagi, sang mantan suami hadir seperti teror untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Rahasia kecil Tari

Berbeda dengan Raya, yang setiap hari bekerja, meski hari libur. Minggu sore, Arya dengan setelan kemeja polos putih, bersama sang ibu, berkunjung di rumah orang tua Tari. Tentu saja, dengan maksud untuk melamar, sebagai bentuk pertanggung jawaban.

"Silahkan masuk." Sambut ibu Tari, yang tersenyum lebar dengan kedatangan calon menantu dan besannya.

Arya dan ibu, duduk berdekatan. Di seberang meja, ada ayah dan ibu Tari. Sementara, sang calon pengantin wanita, berada di dapur membuat teh hangat.

"Jadi, maksud kedatangan kami, .... "

"Tunggu!" potong ayah Tari, dengan cepat. Tatapannya kurang bersahabat, sejak kedatangan kedua tamunya. "Saya ingin bertanya, pada Nak Arya!"

"Iya, Om. Ada apa?" Arya sedikit gugup, ia tidak mampu membalas tatapan sang calon ayah mertua.

"Apa benar kau pernah menikah sebelumnya?"

"Pernah, Om. Tapi, saya sudah, .... "

"Kau bertemu putriku, apa sudah bercerai atau belum?" Sela Ayah Tari, dengan tatapan tanpa berkedip, seolah mencari sesuatu dari raut wajah calon menantunya.

Arya dan ibunya, saling bertukar pandangan. "Su ... sudah, Om."

"Baguslah. Saya lega mendengarnya. Karena status kalian sama-sama pernah me .... "

"Ayah," tegur Tari, dengan nada sedikit meninggi. Ia langsung meletakkan cangkir dan sepiring kue diatas meja.

Tari duduk disofa single. Ia menyapa ibu Arya dengan senyuman dan sedikit membungkukkan badan, sebagai tanda hormat.

"Jadi, kapan kalian akan menikah?" lanjut ayah Tari.

"Secepatnya, Om. Sebelum, perut Tari semakin besar."

Tari menahan napas dan menatap Arya tajam. Ia lupa memberitahu, tentang orang tuanya yang tidak tahu akan kehamilannya.

"Maksud, kamu?" tanya Ayah, lalu bergantian menatap putrinya, "Kamu hamil?" tanya Ayah, dengan suara naik satu oktaf.

"Iya, Pa."

Orang tuanya shock. Sementara, ibu dan Arya saling berpandangan. Mereka kini tahu, sedang menghadapi situasi seperti apa.

"Pak, Bu. Kami kemari untuk melamar Tari. Jadi, kalian tidak perlu khawatir," ujar ibu Arya. Namun, tidak mendapat respon dari kedua orang tua Tari.

"Tari. Ikut, Papa!"

Arya dan Ibu, menjadi cemas. Suasana yang seharusnya bahagia, mendadak suram. Apalagi, wajah Ayah Tari seperti memendam kemarahan.

"Berapa bulan?" tanya ayah, setelah berada dalam kamar putrinya.

"Baru dua minggu, Pa." Tari menjawab dengan tegas, seolah tak takut dengan tatapan sang ayah.

"Jangan bohongi, Papa. Ini bukan pertama kalinya, kamu mengaku seperti sekarang. Kamu mau sampai kapan mempermalukan kami, hah?"

"Aku tidak bohong, Pa. Aku sudah pernah bilang. Arya adalah mantan pacarku, saat kuliah. Kami kerja di perusahaan yang sama dan dia sudah lama bercerai."

"Tari. Papa, sudah tidak memiliki kepercayaan kepadamu. Saat minta bercerai, kamu bilang bahwa suami kamu pemabuk, KDRT. Nyatanya, kamu membohongi kami."

"Lalu, apa aku harus hidup dengan laki-laki pengangguran?" balas Tari, "aku muak melihatnya terus berada di rumah, tanpa melakukan apa-apa."

"Apa Papa yang memilih pria itu untukmu? Kamu sendiri!" teriak ayah dan menuding jidat putrinya, "kamu yang terobsesi dengan pria berdasi, bahkan memutuskan menikah, sebelum kuliah kamu selesai. Ingat, Tari. Ini yang terakhir. Jangan pernah kembali ke rumah ini, jika pernikahan ini gagal."

Tari tidak menjawab. Ia hanya menatap sang ayah, yang berjalan keluar kamar. Namun diambang pintu, ayah kembali menoleh dan berkata, "sebaiknya, kamu benar-benar hamil!"

Di ruang tamu, ibu Tari duduk tanpa mengajak bicara Arya dan ibunya. Ia gelisah dan terus menengok kebelakang.

"Maaf, jeng. Apa kalian tidak tahu, kalau nak Tari hamil?"

"Maaf. Jika kalian merasa tidak nyaman, dengan situasi sekarang." Bukannya menjawab, ibu Tari malah mengatakan hal lain.

Dari ruang tengah, Tari muncul dengan wajah masih mempertahankan senyumannya. Berbeda dengan sang ayah, yang hanya berwajah datar.

"Om. Saya minta maaf, jika berbuat hal jauh terhadap Tari. Saya akan tanggung jawab dan menjadi suami yang baik untuknya," ujar Arya, tiba-tiba memecah suasana.

"Baiklah. Pernikahan kalian sendiri yang tentukan seperti apa dan kapan. Kami orang tua akan mengikut dan membantu."

"Kami akan menyerahkannya kepada Tari. Bagaimana, Nak?" tanya ibu Arya.

"Saya hanya ingin pernikahan sederhana, tidak perlu mengundang kerabat jauh atau teman. Keluarga inti, sudah cukup."

Sang ayah mendelik. Dulu, putrinya menuntut pernikahan mewah. Bahkan saat itu dilaksanakan, di sebuah gedung, karena undangan yang terlalu banyak. Sekarang, kenapa ia merasa aneh mendengar ucapan "pernikahan sederhana". Seperti ada sesuatu, yang ingin disembunyikan oleh anak perempuannya.

"Kalau begitu, kami mengikut saja."

"Karena sederhana dan hanya ada keluarga inti, maka tidak perlu menunda terlalu lama. Minggu depan, kalian bisa datang. Kami akan persiapkan semuanya. Tapi sebelum itu, harap Nak Arya membawa dokumen untuk pengurusan surat nikah."

"Baik, Om. Besok akan saya berikan pada Tari."

Arya dan sang ibu berpamitan, setelah berdiskusi cukup lama tentang biaya pernikahan. Setelah keduanya pulang, keluarga Tari masih duduk di ruang tamu.

"Tari. Papa, harap ini pernikahan terakhirmu."

"Arya, pria baik dan sudah mapan. Ia sudah memiliki rumah. Aku bisa hidup dengan tenang."

"Anakku, bukan hanya Arya yang perlu dituntut baik dalam berumah tangga. Kamu juga harus melakukan tugasmu sebagai istri. Jadikan, pernikahanmu sebelumnya, sebagai pengalaman."

"Iya, Ma. Jangan khawatir. Sebelumnya, aku sudah berusaha jadi istri yang baik."

Sang Ayah, langsung bangkit meninggalkan mereka. Sementara, sang ibu merapatkan tubuhnya kepada Tari.

"Nak. Apa kamu benar-benar hamil?" bisik ibu, sembari menoleh memperhatikan suaminya yang sudah menjauh.

"Iya, Ma. Aku hamil. Kenapa kalian tidak percaya?"

"Bukan tidak percaya, Nak. Waktu kamu menikah dulu, kamu juga bilang hamil. Tapi, tiba-tiba bilang keguguran, saat pernikahan kamu baru satu bulan. Anakku, Mama dan papa masih bisa memenuhi kebutuhanmu. Apalagi, sekarang kamu sudah bekerja. Mama bingung, sebenarnya kamu mencari apa?"

"Aku mencari tempat bersandar, Ma. Dan, Arya adalah pria yang tepat. Tolong, kali ini. Percaya sama aku, Ma."

"Kalau begitu, jujur sama Mama. Apa Arya sudah tahu, kamu pernah menikah sebelumnya?"

"Tentu saja, Ma."

"Lalu, bagaimana dengan ibunya? Apa dia sudah tahu?"

"Mama, apaan sih. Anaknya duda, untuk apa dia menuntut menikahi seorang gadis. Apalagi, Arya sudah punya anak."

"Apa?" ibu tersentak, "terus dimana, anaknya?"

"Sama mantan istrinya, Ma. Anak sekecil itu, harus bersama ibunya. Lagian, Tari tidak mau mengasuhnya."

Tari segera bangkit, sebelum sang ibu bertanya terlalu banyak dan sebelum ia keceplosan menjawab.

"Bagaimana Tari?" tanya Ayah, setelah sang istri masuk ke dalam kamar.

"Ternyata, Arya sudah punya anak, Pa." Ibu duduk dengan lesu, ditepi ranjang. "Aku jadi berpikiran aneh-aneh. Sepertinya, ada yang tidak beres."

"Maksud, Mama?"

"Bagaimana jika putri kita, merusak rumah tangga orang lain? Tari tidak pernah menceritakan Arya. Tapi, tiba-tiba tiga hari lalu, bilang pria itu akan datang melamar. Terlalu, mendadak."

"Tidak mungkin, Ma. Tari, mungkin pernah membohongi kita. Tapi, Papa yakin, dia tidak mungkin berbuat sejauh itu."

🍁🍁🍁

1
🌻Nie Surtian🌻
seenaknya saja suruh orang keluar kerja...😡
Rini Susanti
aku suka gaya penulisannya.aku tunggu kelanjutannya ka
retiijmg retiijmg
knp adrian lemah?
tidak mau memperjuangkan raya
retiijmg retiijmg: syukurlah klo arland
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: soalnya jodohnya bukan adrian, tapi aland...
total 2 replies
Tini Laesabtini
lanjut....
Tini Laesabtini
mencaci ,mengumpat dilarang tp buat pelakor aku sgt setuju ,lanjutkan....👍
Tini Laesabtini
cerita yg bagus kenapa yg like dikit
Tini Laesabtini
novel yg bagus ,alur yg menarik sekelas dg penulis yg udh tetnama
Tini Laesabtini
dua ceritamu sudah aku lalui ini yg ke 3, penasaran coba baca yg on going,awal yg bagus cerita yg menarik 👍👍👍👍👍
🌻Nie Surtian🌻
Nach begitu Raya...baru keren...jangan mau di tindas terus..
Amie Layli
bagus raya,jangan pernah takut sama orang2 yg sudah menyakitimu.
retiijmg retiijmg
ayo raya lawan jgn mau dihina,direndahkan & diinjak2 harga diri km.
bntar lg km ketemu sm laki2 yg tulus yg mampu bahagiakan km.
plg suka crita klo perempuannya tangguh & kuat
Amie Layli
semangat raya,buktikan ke arya kalau kamu bisa sukses,bisa memberi kehidupan yg layak untuk lily tanpa bantuan si arya
🌻Nie Surtian🌻
Tetap semangat Raya...💪💪💪 Demi Lily, ibu dan adikmu...
irma hidayat
yang kuat raya Tuhan lagi menguji kesabaranmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!