Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Zara menggeliat saat merasakan sinar matahari yang mengenai matanya. Dia merasa tubuhnya begitu lemas dan tak bertenaga. Ketika dia mulai membuka matanya. Zara terkesiap karena dia berada di tempat yang begitu asing untuknya.
"Dimana aku..." ucapnya sambil meraba-raba tempat tidur yang begitu asing.
Zara mencoba untuk duduk dan dia mendapati bahwa dirinya telah berganti pakaian. Zara mencoba mengingat kalau dia semalam setelah mengetahui apa yang dilakukan oleh Azka. Dia pulang di tengah guyuran air hujan. Dia merasakan kepalanya berat kemudian pingsan.
Tetapi ini kamar tidur siapa? Kenapa juga dia memakai kemeja dan tampaknya ini milik seorang pria. Zara mencoba mengingat-ingat apa yang semalam terjadi kepadanya sebelum pingsan. Apakah dia ditemukan oleh pria hidung belang seperti cerita - cerita di sebuah novel. Atau ketua geng mafia yang sedang menculiknya.
"Astaga, kenapa aku jadi berpikiran sejauh itu sih," keluh Zara kesal dan ketika dia hendak turun dari ranjang. Dia mendapati sebuah infus yang tersambung dengan lengannya.
Kalau aku sedang diobati seperti ini, kemungkinan kecil untuk dia berani macam-macam dengan tubuhku semalam.
Ceklek.
Ketika Zara hendak turun dari ranjang dia mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Dan ketika dia menoleh, dia melihat begitu terkejut oleh karena itulah dia....
"Aaaaaaarrrrrrkkkkkkhhhhhh!!!"
Zara berteriak karena baru kali ini dia melihat tubuh langsung seorang pria yang terpahat dengan begitu sempurna. Astaga miskah! mimpi apa Zara semalam sehingga dia bisa melihat roti sobek yang selama ini hanya ada dalam khayalannya saat membaca sebuah novel.
"Zara! Hei kamu kenapa!" aven segera berlari mendekati Zara yang masih menutup wajahnya meski teriakan itu sudah tidak lagi terdengar.
Ceklek.
""Zar apa yang terja.... astaghfirullah! Aven!"
Teriakan mama Alin seketika membuat Aven menoleh ke arah pintu. Dia jadi ikut bingung dengan sentakan dari sang mama. Memang apa yang salah dari dirinya?
"Lepasin anak gadis mama, cepat kamu ganti baju sekarang juga," ucap sang mama menarik tangan Aven untuk segera pergi ke walk on closed.
"Iya iya ma," ujar Aven sambil mengerutkan dahinya. Memang apa yang salah dari dirinya sih. Dia kan hanya mandi saja. Apa itu salah di mata para wanita ini?
"Astaga anak itu? Sudah menjadi duda juga kagak ngerti aturannya. Masak di depan gadis bertingkah kayak begitu habis mandi. Anak gadis mana coba yang tidak kaget kalau liat model tubuhnya kek begitu," gerutu mama Alin kemudian dia beralih melihat ke arah zara yang masih menelungkupkan kepalanya di bawah bantal.
"Zara, sayang...ini bibi, nak," mendengar suara sang bibi Alin. Tentu saja Zara segera mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah sumber suara.
Dan benar saja dia mendapati bibi Alin telah berada di sana.
"Bibi...." Zara langsung nemplok memeluk wanita yang sudah dia anggap seperti bundanya sendiri.
Wanita yang begitu menyayangi dia selama dia berada di kota metropolitan ini. Meninggalkan keluarganya yang ada di Surabaya sana. Zara begitu mencintai sang bibi, Alin Maheswara.
Alin melihat pakaian yang dikenakan oleh Zara. Kenapa menggunakan kemeja dari Aven? Lalu siapa yang menggantikan bajunya?
"Sayang kamu kenapa? katanya kamu sakit?" tanya mama Alin dengan lembut sambil ikut duduk di ranjang milik sang putra.
Diem-diem alin jadi berpikir. Kenapa pula di tempatkan di kamarnya. Padahal dibawah juga ada sebuah kamar. Kenapa Zara tidak di tidurkan di kamar di bawah saja. Sepertinya alin harus mengorek perasaan sang putra kepada anak gadis sahabatnya tersebut.
"Aku pingsan di tengah hujan bibi," jawab Zara dan langsung membuat Alin terkejut.
"Ya ampun zara kamu kenapa bisa begitu? Kamu kalau merasa tidak enak badan kenapa nekat hujan-hujanan seperti itu sih?" gerutu bibi Alin sambil mengelus pipi Zara dengan sayang. Dia menyibakkan rambut zara ke belakang telinganya.
"Kata Aven kamu semalam demam dan dia membawamu kemari. Bibi buru-buru datang ke sini begitu mendengar cerita darinya. Kalau kamu kurang enak badan. Ijin kerja saja nggak apa-apa. Jangan memaksakan diri jadinya sampai kayak gini kan. Bibi ini pengganti orang tua kamu Ra selama kamu berasa di sini. Bagaimana nanti tanggapan Nia kalau tahu kamu seperti ini di sini nak?" ujar Alin yang juga merasa cemas akan kondisi Zara.
"Maaf Tante, ke depannya aku akan lebih menjaga kondisi tubuhku," jawab Zara sambil menundukkan kepalanya.
"Jangan di marahi Zara nya ma, ajak sarapan dulu," tegur Aven yang sudah memakai baju santainya. Dengan celana selutut berwarna hitam dan kaos berwarna putih.
"Oya sayang, bibi bawakan kamu makanan yang enak. Setelah ini kita sarapan bersama ya. Kamu mau sarapan di sini sajakah? Bibi akan antarkan makanannya ke atas," tanya mama Alin menatap Zara.
"Eh, tidak usah bi, kita sarapan di bawah saja," tolak Zara karena merasa nggak enak sudah banyak merepotkan.
"Tapi kamu yakin bisa berjalan ke bawah?" tanya mama Alin kembali kepada Zara.
"Nanti aku gendong ke bawah," jawaban itu berasa dari Aven yang seketika membuat Mama Alin terkejut mendengarnya. Begitupun dengan Zara yang langsung menolak tawaran dari Aven tersebut.
"Eh, tidak perlu bang, aku bisa berjalan sendiri," balas Zara karena dia merasa tidak enak harus digendong oleh Aven. Apa-apaan ini? Apalagi di hadapan mama Alin. Betapa malunya Zara nanti kalau sampai itu terjadi.
Astaga kutub selatan ini sejak kapan bisa bersikap seromantis ini? batin mama Alin setelah mendengar pernyataan Aven yang ingin menggendong Zara ke bawah untuk sarapan.
❤️❤️❤️
TBC