NovelToon NovelToon
Mawar Kuning Berdarah

Mawar Kuning Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Dokter Genius / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Psikopat itu cintaku
Popularitas:745
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Arka, detektif yang di pindah tugaskan di desa terpencil karena skandalnya, harus menyelesaikan teka-teki tentang pembunuhan berantai dan seikat mawar kuning yang di letakkan pelaku di dekat tubuh korbannya. Di bantu dengan Kirana, seorang dokter forensik yang mengungkap kematian korban. Akankah Arka dan Kirana menangkap pelaku pembunuhan berantai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apakah sudah berakhir?

Ketegangan mencapai puncaknya saat Riko, dengan mata penuh kebencian, mengangkat senjatanya dan menembakkannya ke arah Arka dan timnya. Arka dengan cepat berguling ke samping, menghindari tembakan, dan membalas dengan tembakan tepat ke arah Riko, tetapi Riko berlindung di balik salah satu meja.

"Bayu, jaga Kirana!" seru Arka sambil berlindung di balik tumpukan kotak. Bayu segera menarik Kirana ke belakang, memastikan dia aman dari tembakan.

Pertempuran berlangsung sengit. Suara tembakan menggema di seluruh ruangan bawah tanah, memantulkan suara dari dinding beton. Arka fokus pada pergerakan Riko, mencari celah untuk melumpuhkan pemimpin kelompok itu. Sementara itu, Bayu menahan beberapa preman yang mencoba mendekat dengan tembakan yang terarah dan presisi.

Arka berhasil melumpuhkan salah satu preman dengan tembakan ke bahu, membuatnya terjatuh dan melepaskan senjatanya. Namun, Riko terus bergerak cepat, menembakkan senjatanya ke arah Arka dengan agresif. Arka menyadari bahwa Riko tidak akan menyerah tanpa perlawanan sengit.

Bayu, yang bersembunyi di belakang mesin tua, berhasil mengenai kaki salah satu preman, membuatnya terjatuh. "Pak Arka, aku akan melindungimu!" teriak Bayu sambil menembakkan peluru ke arah Riko untuk memberikan Arka waktu bergerak.

Dengan perlindungan dari Bayu, Arka merayap di sepanjang dinding, mendekati posisi Riko. Dia tahu bahwa jika dia bisa mendekati Riko cukup dekat, dia bisa melumpuhkannya tanpa harus membunuhnya. Arka tidak ingin ada yang mati malam itu, termasuk Riko.

Saat Riko sibuk menembak ke arah Bayu, Arka dengan cepat melompat dari sisi meja, menabrak Riko dan menjatuhkan senjatanya. Mereka bergulat di lantai, berjuang untuk mendapatkan kendali. Arka menggunakan kekuatannya untuk menekan Riko, mencoba memborgol tangannya.

Riko melawan dengan keras, tapi Arka berhasil menahannya dan memborgol tangannya di belakang punggungnya. "Kau sudah selesai, Riko," kata Arka dengan suara tegas.

Bayu segera membantu mengamankan area tersebut, memastikan semua preman lainnya telah dilumpuhkan. Dalam beberapa menit, suara sirene polisi terdengar mendekat, membawa bala bantuan yang mereka butuhkan.

Ketika polisi masuk dan mengambil alih situasi, Arka berdiri, menarik napas dalam-dalam. Kirana berjalan mendekat, memastikan bahwa Arka baik-baik saja. "Kamu terluka?" tanyanya cemas.

Arka menggeleng, meskipun peluh menetes di dahinya. "Aku baik-baik saja."

"Kerja bagus, Bayu. Akhirnya, kita menangkap pelaku pembunuhan berantai."

Saat Riko hendak dimasukkan ke dalam mobil polisi, suasana yang sebelumnya mulai tenang tiba-tiba berubah mencekam. Dalam sekejap, Riko berhasil meraih senjata dari pinggang salah satu detektif yang mengawalnya. Dengan gerakan cepat, dia mengarahkan senjata itu ke Arka yang berdiri beberapa meter di depannya.

"Jangan ada yang bergerak!" teriak Riko, matanya liar dan penuh amarah. Semua orang di sekitar terdiam, tegang, dengan tangan mereka perlahan terangkat.

Arka, yang berdiri tegak di hadapan Riko, tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang. "Riko, letakkan senjatanya," katanya dengan suara tenang namun tegas. "Kau tidak perlu melakukan ini. Semuanya sudah berakhir."

Riko tertawa sinis, matanya tetap terfokus pada Arka. "Kau pikir aku akan menyerah begitu saja? Aku lebih baik mati daripada dipenjara."

Kirana, yang berdiri tidak jauh dari Arka, melangkah perlahan ke samping, mencoba mencari posisi yang lebih baik. Bayu, yang berada di dekat kendaraan, juga mulai bergerak perlahan, siap melindungi Arka jika sesuatu terjadi.

"Riko, pikirkan baik-baik," lanjut Arka, mencoba menenangkan situasi. "Jika kau menembak, itu hanya akan memperburuk keadaanmu. Tidak ada yang perlu mati malam ini."

Riko mengencangkan cengkeramannya pada senjata, wajahnya menunjukkan kebimbangan. Tapi sebelum dia bisa mengambil keputusan, Bayu dengan cepat bergerak. Dalam satu gerakan cepat, dia melompat ke arah Riko, menendang lengan yang memegang senjata. Senjata itu terlempar dari tangan Riko dan jatuh ke tanah.

Dalam kekacauan itu, Arka dengan sigap menerjang Riko, menjatuhkannya ke tanah. Mereka bergulat sejenak, tetapi Arka berhasil memborgol Riko kembali, menekannya dengan keras ke tanah.

Polisi lain segera mengamankan Riko, memastikan dia tidak bisa membuat gerakan berbahaya lagi. Arka berdiri, napasnya berat, menatap Riko yang kini terbaring tak berdaya.

"Sudah cukup, Riko," kata Arka, suaranya tegas. "Ini berakhir sekarang."

Riko tersenyum tipis, meski wajahnya penuh dengan kekecewaan. "Kau pikir ini sudah berakhir?" gumamnya pelan, namun cukup jelas untuk didengar Arka. "Ini belum sepenuhnya berakhir. Kalian tidak tahu apa yang menanti."

Arka menatap Riko dengan tajam, membaca ancaman yang tersirat dalam ucapannya. "Apa maksudmu, Riko?"

Riko tidak menjawab lagi, hanya menatap Arka dengan tatapan penuh misteri sebelum dibawa masuk ke dalam mobil polisi.

Kirana mendekat, menatap Arka dengan kekhawatiran. "Kau baik-baik saja?"

Arka mengangguk, meski keringat masih membasahi wajahnya. "Aku baik-baik saja. Tapi kita harus waspada. Dia masih menyembunyikan sesuatu."

Bayu, yang masih menjaga jarak, mengangguk dengan senyum tipis. "Kita semua harus saling menjaga."

Malam itu, meski penuh ketegangan, Arka, Kirana, dan Bayu tahu bahwa mereka telah berhasil melewati salah satu rintangan terbesar. Namun, ancaman yang tersisa dari Riko membuat mereka sadar bahwa pertempuran mereka belum sepenuhnya usai.Arka menatap mobil polisi yang membawa Riko menjauh, pikirannya dipenuhi pertanyaan. Ancaman Riko yang terakhir terngiang-ngiang di telinganya. "Ini belum sepenuhnya berakhir." Apa yang dimaksud Riko? Apa lagi yang belum mereka ketahui?

Kirana, yang masih berdiri di samping Arka, menyentuh lengannya dengan lembut. "Kau pikir dia serius dengan ucapannya?"

Arka menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. "Aku tidak tahu, tapi kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan itu. Kita harus menggali lebih dalam, mencari tahu apa yang sebenarnya dia rencanakan."

Bayu bergabung dengan mereka, memasukkan senjatanya ke sarung. "Aku setuju. Riko bukan tipe orang yang berbicara tanpa alasan. Jika dia mengatakan sesuatu masih akan terjadi, kita harus bersiap."

Arka mengangguk, mengalihkan pandangannya kembali ke Kirana. "Kirana, hubungi tim intelijen. Minta mereka untuk memeriksa semua informasi yang bisa kita dapatkan tentang Riko dan kelompoknya. Cek juga aktivitas terbaru mereka yang mungkin terlewatkan."

Kirana langsung mengeluarkan ponselnya, mulai mengetik pesan dengan cepat. "Akan aku urus sekarang juga."

Bayu menambahkan, "Kita juga harus memeriksa semua lokasi yang pernah mereka gunakan sebelumnya. Mungkin ada jejak yang belum kita temukan."

Arka setuju. "Ya, kita harus periksa semua tempat yang mungkin. Kita tidak bisa membiarkan mereka bergerak bebas lagi."

Malam itu, tim mereka bekerja tanpa henti. Mereka memeriksa ulang semua data yang mereka miliki, mencari petunjuk yang mungkin bisa menjelaskan ucapan Riko. Setiap sudut dipelajari, setiap informasi diperiksa ulang. Arka tahu bahwa mereka tidak bisa membiarkan apa pun terlewat.

Beberapa jam kemudian, Kirana kembali dengan laporan dari tim intelijen. "Arka, ada sesuatu yang menarik. Salah satu gudang yang kita periksa sebelumnya, ternyata terhubung dengan sebuah jaringan bawah tanah. Tim forensik menemukan peta jalur bawah tanah yang mungkin digunakan sebagai rute pelarian."

Arka langsung berdiri dari kursinya. "Kita harus periksa itu. Jika mereka berencana menggunakan jalur bawah tanah, kita mungkin masih bisa menghentikan mereka sebelum terlambat."

Bayu menyiapkan peralatan mereka. "Aku akan memimpin tim ke sana. Kita akan menyusuri jalur bawah tanah itu."

Arka menatap Bayu sejenak, lalu mengangguk. "Aku akan ikut. Ini bisa jadi kesempatan terakhir kita untuk menghentikan mereka."

Kirana, meski terlihat cemas, tahu bahwa Arka dan Bayu harus pergi. "Hati-hati. Jika ada tanda bahaya, segera laporkan."

Dengan persiapan matang, Arka, Bayu, dan tim mereka menuju lokasi yang disebutkan. Saat mereka tiba di sana, malam telah semakin larut, namun semangat mereka tetap membara.

Mereka menemukan pintu masuk ke jalur bawah tanah tersembunyi di balik tumpukan barang-barang usang. Setelah membuka jalan masuk, mereka mulai menyusuri jalur yang gelap dan penuh dengan bau lembap. Cahaya senter mereka memantul di dinding-dinding sempit, memberikan pandangan terbatas ke depan.

Setelah beberapa menit berjalan, mereka mendengar suara langkah kaki yang datang dari depan. Arka mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk berhenti. Semua orang menahan napas, mendengarkan dengan seksama.

To be continued ...

1
Puspa Indah
Mungkin akan lebih seru kalau Arkan karakternya dibuat lebih spesifik. Contohnya seperti Sherlock Holmes yang punya kelainan kepribadian yang membuat dirinya berpikir dengan cara berbeda dibanding orang lain. Hercule Poirot yang sangat fokus dan inderanya selalu dia aktifkan untuk menangkap petunjuk apapun. Atau kayak di film Kabut Berduri dimana karakter yang diperankan Putri Marino memiliki beban untuk membuktikan integritas dan profesionalitas bahwa ia memang detektif yang handal, meski tanpa bayang-bayang nama besar ayahnya. Sekedar saran ya Thor.. Sukses selalu...
Puspa Indah
Lingkungan jalan kecil di desa yang jarang di lalui, ada CCTV?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!