Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Apa Yang Terjadi?
Bab 27
Argani dan Andhira berjalan-jalan untuk mencari oleh-oleh. Mereka akan pulang besok siang. Rencana akan pergi ke Bali harus mereka gagalkan. Papa Anwar meminta mereka untuk segera pulang.
"Sayang, sudah semua?" tanya Argani yang kedua tangannya menjinjing tas belanjaan.
"Sudah, Mas," jawab Andhira.
Pergi hanya membawa satu koper, pulang membawa tiga koper. Bagi Argani ini tidak aneh, karena Mama Aini juga begini kalau pergi liburan. Papa Anwar tidak pernah protes, justru anak-anaknya yang sering protes. Sekarang Argani paham perasaan papanya dahulu. Laki-laki itu melakukan hal yang membuat istrinya senang.
Andhira mengambil alih belanjaan yang ada di tangan kanan Argani agar mereka bisa berjalan sambil bergandengan tangan. Keduanya terlihat bahagia berjalan menelusuri jalan trotoar.
"Mas, besok kita pulang. Sebelum ke bandara aku ingin pergi ke pantai untuk melihat matahari terbit," ucap Andhira.
"Boleh, Sayang," balas Argani.
"Kita makan di mana?" tanya Andhira sambil melihat ke sekeliling, banyak rumah makan berjajar di sana.
"Aku ingin makan nasi goreng seafood. Dia warung makan sana biasanya aku dan yang lainnya makan. Memang tempatnya kecil, tapi bersih dan rasa masakannya enak," jawab Argani sambil menunjuk ke sebuah rumah makan yang ada di sebrang jalan.
"Kalau begitu, ayo, kita ke sana!"
Argani dan Andhira berjalan menyebrang jalan setelah memastikan tidak ada kendaraan yang akan lewat. Ketika keduanya berjalan di tengah-tengah terdengar suara teriakan.
"Awas!"
Andhira menoleh ke arah kiri. Terlihat ada sebuah motor berkecepatan tinggi melaju ke arah mereka. Spontan dia mendorong tubuh Argani, sehingga keduanya terjatuh ke atas aspal yang panas.
Orang-orang berteriak karena pengendara motor itu kabur. Sementara Argani langsung berbalik memeluk Andhira. Dia takut istrinya kenapa-kenapa.
"Sayang, apa kamu terluka?" tanya Argani sambil membangunkan Andhira.
Andhira mengalami luka lecet di lutut dan telapak tangan, sementara Argani mengalami luka di siku dan lututnya memar. Mereka mendapatkan perawatan di rumah sakit terdekat.
"Beruntung tidak ada luka serius," ucap perawat yang membantu mengobati luka Andhira.
"Maksud suster apa? Jelas-jelas istri saya terluka sampai berdarah begitu, disebut beruntung. Tidak ada namanya beruntung jika mendapatkan rasa sakit," balas Argani dengan ketus.
Laki-laki itu begitu posesif terhadap istrinya. Dia tidak suka melihat Andhira kesakitan apalagi sampai terluka dan mengeluarkan darah. Melihat jari wanita itu teriris pisau saja sudah membuatnya panik dan heboh, apalagi sekarang ini seperti ada orang yang sengaja ingin melukai mereka.
"Sudah, Mas. Aku tidak apa-apa. Luka seperti ini akan cepat sembuh jika dijilat," ujar Andhira mencoba menenangkan suaminya. "Apalagi jika diberi pelukan sama ciuman kamu, Mas, pasti akan cepat proses penyembuhannya."
Andhira berbisik sambil memainkan mata kepada suaminya. Dia tahu Argani akan terus ngomel jika belum puas meluapkan apa yang sedang dirasakan olehnya. Hal ini kadang ditiru oleh Arya yang suka ngomel-ngomel tidak jelas dengan menggunakan bahasa bayinya.
Sudah mendapatkan bisikan cinta dari Andhira, Argani baru bisa diam dan tenang. Setelah pulang dari rumah sakit, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di kamar. Makan pun memesan dan di kirim ke kamar.
Argani memberi kedua orang tuanya tentang kejadian siang tadi. Reaksi mereka lebih parah dari Argani. Papa Bara sampai menghubungi gubernur Nusa Tenggara Barat atas percobaan pembunuhan kepada putra dan menanyakan. Hal ini disangkut pautkan dengan kejadian kecelakaan yang menewaskan Andhika. Kalau keluargnya sedang diincar.
"Kenapa Papa malah meminta perlindungan kepada polisi untuk menjaga kita?" tanya Andhira.
"Ya, karena Papa berpikir kalau kejadian tadi siang itu adalah berencana. Aku juga sudah melakukan pelaporan kepada pihak kepolisian. Karena banyak saksi mata, jadi barang bukti juga mudah di dapat," jawab Argani.
Andhira terdiam sambil melihat ke arah langit yang berwarna orange kemerahan dan kuning keemasan. Pemandangan yang indah, tetapi memberikan kesan misterius.
"Ada apa?" tanya Argani sambil memeluk Andhira.
"Tiba-tiba saja kepala aku dipenuhi oleh potongan-potongan memori masa lalu," jawab Andhira dengan lirih.
Argani baru sadar kalau dirinya tidak tahu apa-apa tentang masa lalu Andhira. Dia sampai merutuki dirinya sendiri. Lalu, dia membalikkan badan istrinya dan menatap lekat.
"Sayang, memangnya apa yang kamu ingat? Coba ceritakan sama aku!"
Andhira terdiam. Dia bingung harus memulai dari mana dahulu. Karena begitu banyak potongan-potongan memori yang datang di waktu bersamaan.
"Mas, belakangan ini entah kenapa memori aku sewaktu kecil sampai remaja tiba-tiba muncul secara bertubi-tubi dalam waktu bersamaan. Aku sampai bingung mengurutkan waktu kejadian yang aku alami. Sebenarnya ada apa dengan diriku," ucap Andhira.
Mendengar ucapan Andhira, Argani jadi ikutan merasa aneh, tetapi juga takut sudah terjadi sesuatu yang buruk kepadanya. Dia membawa sang istri masuk ke dalam kamar. Lalu, mereka duduk di sofa saling berhadapan.
"Apa kamu memiliki trauma?" tanya Argani menebak.
Andhira terdiam. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri. "Sepertinya ada, tapi aku tidak tahu apa traumaku itu."
Air mata Andhira jatuh begitu saja di pipinya. Wanita itu sendiri tidak sadar apa yang saat ini terjadi kepadanya.
"Apa kamu mengalami amnesia? Misal karena suatu kejadian yang membuat kamu shock berat sampai membuat kamu kehilangan ingatan kamu itu," tanya Argani dengan wajah sendu.
***
Thor tampilan Dhira kayak apa penasaran aq