Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Kabar dr. Jelita
Setengah perjalanan menuju kampus Haura, tidak ada seorangpun yang bicara di dalam mobil itu. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Haura hanya fokus dengan jalinan tangannya di atas diktat kampusnya yang berukuran persegi panjang di atas pahanya, yang hanya ia tenteng dengan tangan kosong. Tidak ada yang mau ia katakan atau tanyakan kepada Bisma, meskipun tadinya dia sudah merancang kata untuk menanyakan apakah kalungnya ada di Bisma? Haura tidak punya keberanian lagi sejak kejadian tadi malam.
"Kampus apa namanya?" celoteh Bisma tiba-tiba sembari menoleh ke samping Haura.
Haura mengangkat wajahnya, ia menjawab tanpa menoleh, "Universitas Desain Mode," jawab Haura pendek.
Bisma mengangkat bibir kanannya tipis, ia seakan tersenyum sinis dengan sikap Haura yang kaku dan dingin.
Mobil Bisma berhenti, tepat di depan Universitas Desain Mode. Haura bersiap akan turun, akan tetapi Bisma menahannya.
"Tunggu sebentar, aku ingin mengembalikan kalungmu yang tadi malam lepas. Aku minta maaf, kejadian tadi malam di luar kendaliku. Aku harap, kamu tidak mengingatnya lagi. Anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa. Dan ingat, ya, jangan kamu katakan pada siapapun, termasuk mama dan papa," ucap Bisma, diakhir kalimat ia memperingatkan Haura agar tidak memberitahu kejadian semalam pada siapapun.
Bisma menarik telapak tangan Haura dengan paksa, lalu meletakkan kalung itu di telapak tangan Haura. Bisma melipat telapak tangan itu supaya digenggam Haura. Haura menarik tangannya, lalu memasukkan kalung itu ke dalam tasnya tanpa ia lihat.
Haura tidak menyahut sepatah katapun setelahnya, dia segera membalikkan tubuhnya dengan tangan sudah akan menarik tuas pintu mobil. "Tunggu. Apakah ciuman tadi malam merupakan ciuman pertama kamu?" tanya Bisma.
Pertanyaan Bisma membuat dada Haura bergemuruh dan matanya mulai berkaca-kaca, jelas ciuman itu yang pertama baginya, sebab selama ini Haura tidak pernah pacaran. Tapi kejadian semalam, sungguh membuat hatinya hancur dan sedih, sebab tanpa seijinnya sudah ada yang berani menjamah bibirnya, dan itu dilakukan Bisma sang kakak angkat yang harusnya menjaga atau mengayominya.
"Terimakasih sudah mengantar, Kak. Dan maaf, pulangnya tidak usah dijemput, Haura akan pulang sendiri," ucap Haura seraya membuka pintu mobil dan membukanya.
"Aku akan menjemputmu. Jam berapa kamu keluar kampus?" Dengan wajah kesal, Bisma menatap Haura yang kini sudah berada di luar. Gadis itu memalingkan muka, sekilas Bisma melihat ada bening jatuh membasahi pipinya. Namun, buru-buru Haura menyekanya.
"Haura, jam berapa kamu keluar kampus?" ulang Bisma masih berharap jawaban dari Haura.
"Kakak tidak usah menjemput," sahut Haura seraya menaiki trotoar lalu memasuki gerbang kampus. Saat yang sama, seorang pria seumuran Haura berlari menghampiri Haura dan mengajaknya jalan bareng. Mereka tampak dekat, terlihat senyum mengembang di wajah keduanya.
"Ternyata dia di kampus ini dia tidak sepolos di rumah, buktinya dia happy-happy saja saat bertemu teman cowoknya. Huhhh," duga Bisma tersenyum sinis sembari melajukan kembali mobilnya menuju kediamannya yang selama ini hanya ditinggali dua ART nya sepasang suami istri.
Tiba di rumah yang berlantai dua dan berukuran sedang itu, Bisma segera memasuki rumah itu. Rumah itu cukup terawat meskipun sudah sudah berbulan-bulan tidak ia tinggali karena tugas ke luar pulau. Bisma juga tidak berniat menyewakan rumahnya, dengan alasan rumah yang dibangun dengan luas 250 meter persegi itu menyimpan banyak sejarah dalam hidup Bisma.
Rumah itu dibangun setelah Bisma pulang dari Lebanon. Ia sempat merancang masa depan bersama dr. Jelita, bahkan desain rumah itu kebanyakan ide dari dr. Jelita.
Bisma memasuki kamar utama dilantai dua, di sini kenangan itu mulai teringat kembali.
"Ini kamar utama, kita nanti akan tidur bersama di kamar ini," celoteh dr. Jelita setahun lalu dengan muka yang bahagia.
Bahkan interior di dalam kamar itu, dr. Jelita sendiri yang menentukan dan merias sendiri.
"Aku mau kamar mandinya yang lengkap, ada bathtub, shower air panas, kamar ganti," idenya lagi kala itu. Semua sudah Bisma penuhi tinggal menempati.
Bisma menatap kamar utama itu dengan miris, ketika kini impian itu hanya tinggal kenangan. Bukan kenangan manis, melainkan kenangan pahit jika harus diingat.
"Pak Muklis, tolong semua interior di dalam kamar utama diganti dengan yang lain. Lalu foto di dinding itu, dilepas dan dibakar saja. Dan kamar mandi juga, interiornya buang. Kamar mandi polos saja tidak perlu ada interior apapun." Bisma memanggil seorang desain interior ruangan untuk kamar utamanya, dia tidak mau ada kenangan yang mengingatkan kembali pada dr. Jelita.
"Lalu interiornya mau diganti dengan yang bagaimana, Pak?" tanya Pak Muklis.
"Kirim saja via email, saya nanti pilih yang mana, sekarang saya buru-buru, masih ada perlu di tempat lain." Bisma kembali menuruni tangga dan keluar rumah, di sana ia bertemu Mang Danu dan Bi Reni, ART yang menjaga dan mengurus rumahnya selama ini.
"Mang Danu, beberapa hari lagi rumah akan saya tempati. Akan ada beberapa pekerja untuk memperbaiki interior rumah, Mang Danu dan Bi Reni awasi mereka," titah Bisma seraya berbalik menuju mobilnya. Sebelum pergi, Bisma memberikan sekantong kresek makanan dan kopi instan di dalamnya untuk Mang Danu dan Bi Reni, dari dalam mobilnya.
"Terimakasih, Den." Mang Danu menerima kantong kresek itu dengan bahagia. Bisma kembali menuju mobilnya. Kini tujuannya ke rumah salah satu teman leting yang kemarin sama-sama ditugaskan di wilayah timur Indonesia.
"Pot, kamu di mana?" Bisma mengirimkan sebuah pesan WA pada teman satu letingnya sebelum dia menemuinya.
"Aku di rumah. Datanglah, Bro. Aku ada kabar buatmu," balas teman leting Bisma.
Bisma segera menyudahi chatnya, dia sedikit penasaran dengan pesan balasan yang diberikan teman satu letingnya itu.
Tiba di rumah teman satu leting, Bisma disambut bahagia. "Gimana Bro, jadi nikah tahun ini?" tanya teman leting Bisma yang bernama Rudy itu.
Bisma menggeleng, perubahan wajahnya sangat kentara. Bisma terlihat sedih. Rudy menatap dengan mimik muka heran.
"Lantas, kabar apa yang mau kamu sampaikan tadi Bro? Apakah itu sangat penting bagiku?" Bisma penasaran.
"Sebetulnya ini ada hubungannya dengan dr. Jelita. Benar kamu tidak jadi menikah dengan dr. Jelita?" Rudy mencoba meyakinkan kembali sebelum ia memberi kabar yang tadi sempat ia akan ceritakan pada Bisma.
"Benar. Jelita memutuskan hubungan pertunangan kemarin siang, dengan alasan ingin melanjutkan studi. Kali ini dia tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun, dia ingin fokus dengan studinya, untuk meraih gelar dokter spesialis," terang Bisma sedih.
"Yang benar? Yakin itu alasan dari dr. Jelita?"
"Setidaknya itu yang keluar dari mulutnya Jelita. Benar atau tidak aku belum tahu. Aku pikir itu hanya alasan yang tidak masuk akal. Aku harus cari tahu, apa sebenarnya alasan dia memutuskan hubungan."
"Aku rasa kamu tidak perlu cari tahu lagi apa alasannya, Pot?" cegah Rudy membuat Bisma heran.
"Kenapa?"
"Tadi pagi, aku melihat dr. Jelita jalan berdua dengan Danki," berita Rudy terlihat serius.
"Serius? Lalu kabar yang tadi mau kamu sampaikan itu apa, Bro?" Bisma penasaran, wajahnya mulai terlihat menegang.
"Kabarnya yang barusan aku sampaikan, Bro," ujar Rudy benar-benar membuat Bisma tidak percaya.
"*Danki dan Jelita? Ada hubungan apa*?" batin Bisma kalut.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...