Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alma Soedirman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. SMDH
Ihh gantengnya suami akuu udah mandi, peluk dulu siniii!
Kayesha merentangkan tangannya kepada Azzam yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan celana bola setengah paha, dan tidak menggunakan atasan.
Mode manja pria itu menjadi aktif ketika sudah malam hari, sebenarnya selalu manja setiap hari. Kaki Azzam berjalan menghampiri istrinya yang sedang duduk diatas kasur sambil menonton televisi. Tanpa basa-basi ia langsung memeluk Kayesha.
"Harum banget sih kamu sayang, mana ganteng," gadis itu reflek mengatakan itu.
"Mana ada ganteng, kamu tuh yang cantik," balas Azzam membuat wanitanya tersipu malu.
"Mas apa apaan sih, mana ada— Oh iya, paket kita besok udah sampai deh kayanya sayang, soalnya udah di JnT tadi, harusnya hari ini dianter tapi kayanya besok pagi ato siang."
"Baju koko mas yang kemaren sama baju baju kamu kan sayang? Itu digabung ato pisah pengantarannya?" Jujur Azzam kurang tahu mengenai berbelanja online seperti ini.
"Besok juga sayang sekalian, soalnya aku pas checkout itu tempat dom nya sama, dan pengantarannya sama, tapi gak tau ntah jam nya sama ato ngga."
"Oh gitu," Azzam ber oh ria.
Cup.
Azzam mencium bibir Kayesha tiba-tiba, tetapi tidak brutal, ia melakukannya dengan lembut. Lalu beralih lalu bibirnya mencium pipi Kayesha gemas, sambil digigitnya kecil.
Azzam menguwel uwel pipi chubby Kayesha, "kok pipi kamu bisa kaya gini sih sayang hahaha, gemes aku liatnya, cup–"
Kayesha sedikit menahan dada Azzam, "ih gak mau dicium ah! Bilang aja aku gendut kan pipinya!"
Lantas Azzam semakin bertambah jahil dan semakin menciumi pipi Kayesha, bahkan hingga ke tangan dan pundak gadis itu.
"Mana ada, orang pipinya lucu nih— lucu banget sayang kamu tuh, apa sih isinya ini," Azzam mentoel pipi Kayesha.
"Nyenyenye gak tau ah," kesal Kayesha menyilangkan tangannya di dada.
Azzam tertawa ngakak melihat ekspresi Kayesha yang sedikit ngambek kepadanya, membuat gadis itu semakin bertambah kecantikannya juga keimutannya. Azzam mengacak rambut Kayesha.
"Jangan marah sayang— oh iya, yang tadi mau kamu bilang apa? Kan kamu bilang tadi pas disekolah, ada yang mau kamu omongin."
Kayesha tepuk jidat, astaga ia hampir lupa! Malahan justru Azzam yang mengingatkannya, dasar pikun batin Kayesha merutuki dirinya sendiri.
"Eh iya ya aku lupa, sebentar aku ambil dulu paperbag nya di lemari tadi aku taroh," Azzam mengangguk.
Kayesha berjalan menuju arah lemari kamar, dibukanya lemari dibagian bawah, tangannya mengambil dan membawa sesuatu paperbag, itu adalah hoodie pemberian Dewa yang belum dia buka sama sekali.
Azzam mengubah posisinya menjadi duduk bersila. Eh tiba-tiba Kayesha menuju kasur dan duduk dipangkuannya dengan sengaja, mungkin perasaan Kayesha lagi antusias pikir Azzam.
Azzam memeluk Kayesha dari belakang, sambil menahan hasratnya untuk terjaga terus. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Kayesha, sambil mencium pundak dan punggung Kayesha.
"Itu paperbag yang kamu bawa tadi kan? Apa tuh isinya?" Kepo Azzam.
Kayesha menggeleng, "gak tau juga mas, bentar aku buka dulu ya, isinya hoodie sih tapi belum liat."
Kayesha mengeluarkan hoodie yang masih terbungkus dalam packaging plastik. Ketika ia buka dan ia keluarkan, matanya berbinar ketika melihat hoodie yang diberi Dewa itu bagus. Hoodie berwarna hijau army dengan tulisan Kayesha Adeline di sisi bagian kiri dada, apalagi hoodienya berbahan yang lembut dibagian dalam juga tebal.
"Masya Allah, bagus sayang hoodienya... ada nama kamu tuh— kamu beli hoodie ini kah sayang?"
Kayesha masih senang dan melebarkan tangannya sedikit sambil memegang hoodie untuk melihat tampilan yang lebih jelas.
"Ngga kok mas, aku dikasih— eh tapi menurut mas, ini hoodie bagus gak?"
"Coba pake dulu sayang, mas mau liat," Kayesha berdiri dan memakai hoodienya.
Tubuh mungil Kayesha sedikit tenggelam karena hoodie itu berukuran L, jadi membuatnya sedikit kebesaran tetapi bagus, ia suka dengan hoodie oversize yang ia pakai.
"Masya Allah, gemasnya istri aku... bagus sayang hoodienya, kalo kaya gini kamu jadinya lebih tertutupi, hahaha," Azzam memuji penampilan Kayesha saat ini.
Ia suka melihat istrinya memakai hoodie, menurutnya, selain simple, ini juga lebih gampang untuk menghangatkan juga menutupi bagian tubuh indah Kayesha bak gitar spanyol itu.
Kayesha berputar-putar pelan sambil melihat dirinya di pantulan kaca.
"Wih bagus ya, huhu, besok mau pake ini deh ke sekolah."
"Iya tuh sayang, bagus juga kalo di pake ke sekolah. Takutnya ntar hujan atau apa, kan enak pakai hoodie."
"Hehe iya mas, tau aja deh. Yaudah ah mau aku lepas dulu, ntar bau deh kalo kelamaan dipake."
Kayesha melepaskan hoodienya, tak lupa juga merapikan hoodienya menggunakan hanger untuk langsung digantung didalam lemari, ia juga membereskan sisa paperbag juga packaging hoodie untuk disimpan, sapa tau berguna kan?
"Jadi kamu mau cerita apa nih sayang? Kamu juga belum kasih tau aku, dari siapa kamu dapet hoodienya."
Gadis itu menelan salivanya susah, ia bingung bagaimana cara menjelaskannya. Sebenarnya ia sendiri yang mau memberi tahu Azzam, takutnya ia dikira ada main belakang dengan cowok lain, tapi di satu sisi ia juga takut kalau Azzam akan memarahinya.
Bismillah.
Kayesha masih terdiam membisu, otaknya berlawanan dengan kata hati gadis itu.
"Hei— Sayang? Kenapa diem? Sini duduk lagi, ayo, ceritain sama aku ayo," dengan suara lemah lembut, pria itu menepuk pangkuannya.
Tuhkan, jadi takut, batin Kayesha.
Dengan perasaan yang campur aduk dan denial, ia naik ke kasur dan mendudukan diri tepat dipangkuan Azzam, lebih tepatnya mengenai junior suaminya itu, tapi Kayesha dengan polosnya tidak memikirkan itu.
Ah shit, jadi bangun batin Azzam.
Azzam mencoba menahan nafsunya untuk bertindak lebih lanjut, tapi disisi lain ia tidak ingin mengubah posisi. Tangan kekarnya melingkar diperut Kayesha dari belakang, ia mengendus dan menghirup wangi bayi di leher Kayesha dengan candu.
"Mau cerita apa, hm?" Azzam mencium leher Kayesha dengan lembut.
"Eum anu, tapi mas janji jangan marah dulu tapi, bener ya?"
"Iya sayang janji, ngomong aja langsung ya," pinta Azzam tak mau bertele-tele, karena ia juga penasaran.
Setelah terdiam beberapa detik, sambil menarik nafas panjang dan dalam, mulut gadis itu mulai terbuka dan mulai buka suara. "Mas aku mau ngomong, tapi kamu jangan marah ya? Kan kamu udah janji," Azzam berdehem.
Pria itu mengangkat sebelah alisnya, "apa sayang?"
"Eummm... tadi kan aku pas disekolah habis upacara, muter tuh dari toilet cewek terus mau balik ke kelas. Tiba tiba ada yang nepuk pundah aku, ternyata temen aku namanya Dewa. Ga akrab sih, cuma sapa sapa doang kadang, soalnya satu kelompok pas MPLS.— Nah terus, dia ngajak aku ngomong berdua, masih disitu juga, aku kan bareng Ocha ya, yaudah si Ocha aku suruh ke kelas dulu, soalnya Dewa bilang ada something yang pengen dia jelasin," cerita Kayesha memang belum selesai, tapi Azzam sudah paham kemana arah pembicaraan ini.
"Terus?" Kata Azzam.
"Yaa udah tu, ngomong biasa doang. Terus tiba-tiba dia nanya, aku punya pacar ato engga, aku bales iya. Gak tau nya ternyata dia sendiri bilang kalau dia suka sama aku dari awal MPLS, dan suka mantengin postingan aku di Instagram sama Instastory aku, dia juga baru tau dia bilang kalo aku punya pacar soalnya ga pernah di publish. Ujung-ujungnya dia cuma confess biasa sih, aku respon baik baik juga, terus dia ngasih aku hoodie tadi, yang barusan aku pakai, soalnya dia bilang bukanya pas dirumah aja, aku juga baru tau isinya hoodie– eummm itu aja sih mas, aku mau cerita tapi bingung, takut kamu marah."
Lelaki itu terdiam mendengar ucapan Kayesha, dan Kayesha langsung memalingkan posisinya di pangkuan Azzam menjadi hadap-hadapan, membuat Azzam semakin turn on.
"Mas maafin aku, aku ga bermaksud buat deketin cowok lain kok, aku cuma suka aja sama hoodienya, bukan Dewa nya kok sumpah. Soalnya ga enak juga kan aku nolak, aku udah kasih tau juga kalo aku punya pacar, kan gak mungkin kalo aku bilang aku udah punya suami."
Tangan Kayesha memegang tangan Azzam dengan erat, lalu menatap mata Azzam, tapi mata lelaku itu malah fokus ke arah lain sambil terdiam.
"M-mas? A-aku minta maaf..."
Matanya sudah berkaca-kaca dan siap untuk mengeluarkan tetesan air mata.
"Mas kalo mau marah sama aku gapapa, aku minta maaf ya, mas? Karena udah berani deket sama cowok lain, aku minta maaf banget ya mas."
Azzam tak menyahut, wajahnya berubah menjadi datar. Kayesha pun hanya bisa terdiam dan merutuki dirinya sendiri, mengapa ia begitu bodoh? Dan malah menceritakannya kepada Azzam.
Tik.
Pipinya mulai basah karena beberapa tetesan air mata mulai turun mengenai pipi chubbynya. Sungguh, Kayesha benar-benar bingung saat ini apa yang harus ia lakukan, ia hanya bisa menunduk sambil mencoba menahan air matanya tetapi sangat susah ditahan.
"Mas... m-maaf..." cicitnya pelan sambil menangis.