Menikah dengan lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya adalah impian seorang Zea Shaqueena.
Namun impian tinggalah impian, lelaki yang dia impikan memutuskan untuk menikahi perempuan lain.
Pergi, menghilang, meninggalkan semua kenangan adalah jalan yang dia ambil
Waktu berlalu begitu cepat, ingatan dari masa lalu masih terus memenuhi pikirannya.
Akankah takdir membawanya pada kebahagiaan lain ataukah justru kembali dengan masa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan
Di ruangannya, varro termenung berdiri menghadap jendela kaca besar. Kedua tangannya dimasukan kedalam saku celananya.
Entah apa yang dia lihat, namun pikirannya melayang pada kejadian dua tahun yang lalu
flashback on
Hujan deras diiringi petir mengguyur ibu kota tepat saat varro memasuki pintu gerbang rumah temannya.
Varro menghentikan motornya di depan rumah itu lalu mereka turun dan berlari naik ke teras rumah
"Hujannya deras banget var. Berteduh dulu aja yuk di dalem" Ajaknya pada varro
Tak langsung menjawab, varro melihat hujan yang sangat deras dan petir yang menggelegar kencang.
Akhirnya varro mengangguk, mengikuti temannya masuk berjalan menuju sofa ruang tamu.
"Kamu duduk aja var, aku ambil minum dulu" ucapnya melenggang pergi meninggalkan varro sendiri.
Tak lama temannya datang membawakan segelas air minum hangat untuknya
"Makasi sel" varro menerima gelas tersebut lalu meminumnya.
"Sama-sama" sahutnya kemudian duduk di kursi bersebrangan dengan varro.
Lama-lama varro merasa mengantuk, dia menguap.
Matanya terasa semakin berat dan tanpa sadar dia tertidur
Keesokan harinya, varro terbangun di tempat tidur yang terasa asing baginya. Melihat ke samping kanannya
Deg
Jantungnya berdetak lebih kencang. Varro yang terkejut langsung membangunkan tubuhnya dan lebih terkejut lagi dia melihat dirinya tidak memakai pakaian bersama seorang wanita.
"Ya tuhan. Apa yang aku lakukan"
Varro turun dari tempat tidur lalu mengambil pakaiannya yang berserakan dilantai dan memakainya.
Merasa terusik, wanita itu terbangun. Membangunkan tubuhnya, merasa terkejut lalu menutupi tubuh polosnya dengan selimut.
"Varro. A..apa yang terjadi sama kita" tanya wanita itu panik
"Harusnya aku yang tanya sama kamu sel, apa yang telah kamu lakukan padaku." Sarkas varro menatap tajam sela.
Varro berbalik arah melangkah keluar dari kamar itu. Saat pintu terbuka varro terkejut melihat pria paruh baya datang menghampirinya.
"Siapa kau? apa yang kau lakukan di rumahku? tanyanya kemudian menggeser tubuh varro dan mendorong pintu lebih lebar.
Pria itu terkejut melihat putrinya di dalam kamar itu menangis dengan tubuh tertutup selimut sebatas dada.
"Sela. Apa yang terjadi" bertanya lalu menghampiri putrinya
Namun sela hanya menangis tidak menjawab pertanyaan papanya.
Papa sela berbalik kembali menghampiri varro
"Apa yang kau lakukan pada putriku?" terlihat wajahnya sudah memerah menahan amarah
"Tanyakan saja pada putri anda sendiri, apa yang telah dia lakukan padaku" ucap varro lalu melenggang pergi meninggalkan rumah itu.
"KAU!"
"SELA!" Tekan papanya namun saat dia berbalik dia mengerutkan keningnya heran melihat putrinya tersenyum.
"Apa yang kau lakukan sela. apa ini semua ulah mu?"
Sela tersenyum mendengarnya. "Semua yang aku inginkan harus aku dapatkan. Aku mau papa mendatangi varro, mintai dia bertanggung jawab untuk menikahi ku. Kalau dia tidak mau, tekan menggunakan ayahnya. Bukankah ayahnya bekerja di kantor papa?"
"Astaga kamu menjebaknya sela" mengusap wajahnya kasar.
"Papa tidak mau menuruti kemauan kamu sela"
"PA!" Teriaknya
"Pa. Aku sangat mencintai varro, aku ingin dia menjadi milik aku pa. Apa papa sudah gak sayang sama aku lagi? Kalo papa gak mau menuruti aku, lebih baik aku menyusul mama." sarkas sela mengambil gelas yang ada di nakas lalu memecahkannya. Mengarahkan pada pergelangan tangannya dan mulai menekannya.
"STOP SELA APA YANG KAMU LAKUKAN?" Papanya terkejut dengan tindakan bodoh sela
"Lebih baik aku bersama mama, disini papa sudah tidak menginginkan aku" dengan air mata yang keluar dari kedua matanya.
"OKE! OKE PAPA IKUTI KEMAUAN KAMU. Sudah lepaskan sayang" pintanya perlahan menghampiri sela lalu memeluknya setelah mengambil dan membuang pecahan gelas dari tangan sela.
Dalam pelukan papanya, sela tersenyum penuh kemenangan.
.
.
Satu minggu setelah kejadian itu. Di rumah varro melihat papanya sudah pulang dari kantor padahal masih siang, namun kali ini papanya pulang lebih awal dan terlihat sangat lesu.
"Papa kenapa?"
"Papa terkena masalah di kantor var" ucapnya lirih
"Loh, papa sudah pulang?" tanya mama varro saat melihat suaminya duduk di kursi ruang tamu bersama sang anak.
"Kenapa pa?" kembali bertanya lalu menghampiri suaminya yang terlihat tidak bersemangat.
"Papa dituduh menggelapkan uang perusahaan ma"
"APA" Pekiknya terkejut
"Papa harus mengganti kerugiannya"
"Berapa pa?" tanya varro
"5 M var, papa di beri waktu satu minggu untuk menggantinya." sahut papa varro menyandarkan punggungnya di kursi.
"Ya tuhan. Pa uang sebesar itu kita dapat dari mana. Bahkan untuk menutupi setengahnya saja uang tabungan kita tidak akan cukup."
Varro memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa sakit tiba-tiba.
Walaupun bukan orang tidak mampu namun mereka juga bukan orang dari kalangan atas. Papa nya hanya seorang manager keuangan di sebuah perusahaan.
"Nanti varro bantu usahakan pa" ucapnya demikian
"Mau nyari kemana var, kamu belum dapat pekerjaan bahkan kamu baru lulus kuliah."
Varro tidak menjawabnya, dia beranjak menuju kamarnya.
"Mau kemana kamu var?" tanya mamanya saat melihat varro melangkah ke luar rumah.
"Keluar dulu ma" ucapnya kemudian melenggang pergi menggunakan motornya.
Varro mengemudikan motornya tanpa tujuan. Pikirannya berkecamuk, bagaimana caranya dia mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.
Varro mencoba meminjam pada teman-temannya, namun tidak ada yang memberikannya pinjaman uang dengan nominal besar.
"Zea" varro teringat dengan kekasihnya. Dia sangat tahu orang tua zea. Mereka mungkin saja meminjamkan uang padanya.
"Astaga apa yang aku pikirkan" varro menggelengkan kepala. Dia terlalu malu untuk itu, mau disimpan dimana wajahnya.
Tak ada cara lain, dia akan coba mendatangi atasan papanya. Siang itu varro melajukan motornya menuju perusahaan tempat papanya bekerja.
"Permisi. Mbak saya ingin bertemu dengan atasan kalian. Apa beliau ada?" varro bertanya pada resepsionis setelah sampai disana.
"Dengan siapa? apa sudah membuat janji sebelumnya?"
"Katakan saja saya alvarro putra pak abi"
Resepsionis itu cukup terkejut, mereka sangat tahu dengan pak abi, orang manager keuangan yang tadi pagi tersebar berita telat menggelapkan dana perusahaan
"Baiklah, tunggu sebentar" ucapnya kemudian menelpon sekertaris atasannya.
"Maaf pak, ada yang mau bertemu dengan tuan handoko" ucapnya pada orang dia telpon
"Namanya avarro mbak"
"Iya baik. Makasi"
Setelah menutup sambungan telponnya, resepsionis itu kembali menatap varro.
"Silahkan langsung naik saja ke lantai 15. Nanti di sebelah kiri ruangannya"
"Makasi mbak." Setelah mengucapkan itu varro bergegas menuju lift yang akan mengantarkannya naik ke lantai yang dia tuju.
ting
Keluar dari lift varro melihat ruangan disana cukup sepi, sesuai perkataan resepsionis di bawah dia melangkah ke arah kiri.
Tak jauh, terlihat seorang wanita dibalik meja kerjanya yang terletak di depan ruangan yang bertuliskan CEO.
"Permisi" ucapannya mampu mengalihkan pandangan wanita tersebut
"Alvarro?" tanyanya
"Iya mbak"
"Silahkan masuk, sudah ditunggu di dalam" ucapnya mempersilahkan. Varro hanya mengangguk.
Varro mengetuk pintu terlebih dahulu. setelah mendengar perintah masuk, dia lekas mendorong pintu itu masuk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...