Dalam dunia persilatan penuh kekerasan, Fang Wei, seorang pemuda lemah, bertransformasi menjadi pendekar tangguh untuk membalas dendam atas kehancuran Sekte Vila Bambu Giok. Dengan bimbingan misterius Cheng Qing, Fang Wei menjelajahi dunia persilatan, menghadapi bahaya, dan menemukan kekuatan sejati.
INI ADALAH KISAH SETELAH RIBUAN TAHUN SETELAH KISAH XIAO CHEN (LPN)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laghrima~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Desa Guzhou
Fang Wei melirik belasan perampok yang masih terpaku, setiap dari mereka hanya pendekar kelas satu sementara pria wajah sangar itu hanyalah pendekar ahli, jelas sekali jikalau dialah pemimpinnya. Fang Wei tersenyum dingin, berfikir dirinya sedikit kejam untuk menarik pedangnya sebab bisa saja ia membunuh mereka semua tampa pedang.
Namun, Fang Wei tidak ingin berlama lama melihat orang jahat bernapas di udara yang sama dengannya. Belasan perampok itu tidak lagi menunggu lama sebelum menyerbu Fang Wei.
"Kalian pantas mati!" Gumam Fang Wei, "Seni Pedang Naga_ Kibas Naga!"
Fang Wei bergerak lincah serta permainan pedangnya begitu cepat dalam sekejap lima dari belasan perampok jatuh terbelah dua dalam beberapa detik, yang lain lambat menyadari sebelum pedang Fang Wei membelah lebih banyak tubuh dari mereka.
Setelah tersisa dua dari mereka barulah mereka sadar apa yang terjadi, kaki mereka melemas dan jatuh berlutut. Tatapan Fang Wei bertambah dingin, darah di bilah pedangnya menetes serta tubuhnya yang sudah bermandikan darah.
"Apa?!"
"Tidak mungkin!"
"Siluman, d-ia siluman!"
Perampok itu menjerit, pemimpin mereka terpaku di tempatnya. Tubuhnya bergetar hebat, ia menatap Fang Wei dengan ketakutan bahkan tak sadar tangannya sudah melepas jambakannya di rambut gadis yang sejak tadi disiksanya.
"Pendekar, sepertinya ada kesalah pahaman disini..." pemimpin perampok itu buka suara setelah sedikit menenangkan dirinya.
"Apa begitu menurutmu?" Fang Wei mengangkat alisnya, sejak awal dirinya berencana membunuh mereka semua.
Bukan tampa alasan dulu ketika Fang Wei masih kecil, Desanya juga diserang oleh perampok dan membantai seluruh Desa, bahkan sampai sekarang dirinya masih ingat jelas bagaimana kedua orang tuanya di bunuh dan kakak perempuannya di perkosa hingga mati. Baginya, membiarkan para perampok itu hidup akan menelan korban yang lebih banyak serta nasib yang sama dengannya, sebab itulah juga yang membuat Fang Wei bertekat menjadi kuat untuk membalasnya suatu hari.
Melihat tatapan Fang Wei yang semakin dingin, punggung pemimpin perampok itu basah oleh keringat. Ia mengigit bibinya sebelum berteriak kepada seluruh anak buahnya untuk menyerang Fang Wei. Sementara dirinya bergerak mundur dengan menggunakan seluruh kemampuannya untuk lari.
Fang Wei tentu tahu hal itu, Fang Wei hanya meliriknya sebentar seraya tersenyum sinis. Sudah menjadi hal yang wajar bagi orang pengecut yang menggunakan orang lain sebagai perisai daging demi kepentingan diri sendiri. Fang Wei selalu menghindari orang yang seperti itu.
"Seni Bambu Giok_ Giok Kematian!"
Pedang Fang Wei terselimuti oleh energi yang kuat, setiap ayunanya melepaskan ledakan besar. Setiap perampok yang terkena tebasan itu tubuhnya langsung meledak. Tidak ada dari satupun perampok yang bisa bertahan dari serangan pedang Fang Wei, rata rata kemampuan para perampok itu hanyalah pendekar kelas satu.
Tidak butuh waktu lama bagi Fang Wei menghabisi seluruh perampok di tempat itu, sementara pemimpin mereka sudah tidak terlihat lagi. Fang Wei tidak berniat mengejarnya, bagaimanapun pembunuhannya hari itu sudah cukup. Biar bagaimanapun dirinya berasal dari aliran putih.
Fang Wei menghela nafas pelan lalu menyarungkan pedang naga dan menyimpannya kembali ke kantong ruangnya. Fang Wei mengamati sekitarnya, selain tubuh terpotong belasan perampok sisanya hanya aliran darah bercampur daging yang hancur.
Pandangan Fang Wei kemudian jatuh ke arah gadis yang tadi disiksa oleh perampok, gadis itu balas menatap Fang Wei dengan tubuh bergetar ketakutan.
Fang Wei menghela nafas, "Aku tidak bermaksud buruk." ucapnya namun, gadis itu tetap ketakutan. Fang Wei menggaruk kepalanya canggung, biar bagaimanapun aksinya tadi keterlaluan.
"Ma-maafkan aku!"
Gadis itu menunduk, aksi Fang Wei memang membuatnya ketakutan namun tetap saja hal itu menyelamatkan Desa dan dirinya. Fang Wei tersenyum hangat lalu mengulurkan tangan membantu gadis itu berdiri.
"Apa anda seorang bar bar?" Gadis itu bertanya hati hati, takut pertanyaan itu menyinggung Fang Wei.
"Ahh, ini..." Fang Wei menggaruk pipinya, memang penampilannya sekarang mirip seperti suku barbar. Pakainnya sekarang adalah kulit siluman babi serta rambutnya yang berantakan serta wajahnya berjengkot. Dirinya sibuk berlatih tampa sempat mengurusi rambutnya.
"Maafkan saya sudah bertanya sembarangan, anda tidak perlu menjawabnya..." senyuman gadis itu kecut.
Fang Wei ingin menjelaskannya namun, sekelompok warga desa berlari ke arah mereka berdua di antara mereka ada seorang pria sepuh yang nampak di hormati, Fang Wei menebak jika itu kepala desanya.
"Mei, syukurlah kau baik baik saja!" Pemuda di antara kelompok itu berteriak kepada gadis di samping Fang Wei.
Pandangan warga desa terpaku mengamati sekitar lokasi Fang Wei, mereka lalu memandang Fang Wei sebelum memberi hormat dan berterima kasih telah menyelamatkan desa mereka dan Mei.
"Pendekar, kami sangat menghargai bantuan anda hingga kami bingung harus berterima kasih seperti apa..."
Pria sepuh itu memecah keheningan, dirinya memberanikan diri menghampiri Fang Wei setelah melihat tidak ada warga desa yang berani buka suara.
"Tidak perlu sungkan kakek." Fang Wei tersenyum hangat, melihat pria sepuh itu mengingatkannya kepada kakeknya dulu, senyumannya membuat warga desa menjadi lebih lega dan tenang. Mereka kira Fang Wei akan meminta seluruh milik mereka sebagai bayaran.
Pria tua itu kemudian menanyakan siapa sebenarnya Fang Wei sebab merasa heran karena desa mereka sangat jarang bahkan tidak ada pendekar yang pernah lewat atau sekedar mampir ke desa itu, Fang Wei hanya mengenalkan namanya saja dan mengatakan jika dirinya dari hutan berburu siluman, di perjalanan pulangnya tidak sengaja melihat desa ini jadi dirinya singgah.
Pria sepuh itu mengenalkan diri sebagai Kepala Desa serta namanya Luo Huang sementara Desa itu bernama Guzhou. Warga desa membersihkan mayat serta kekacauan disana sementara Fang Wei dibawa ke kediaman Luo Huang.
Luo Huang mengantarkan Fang Wei ke sebuah ruangan kemudian mengatakan akan menyiapkan air untuk membersihkan dirinya, Fang Wei hanya menyetujui karena memang dirinya perlu mandi dan merapikan penampilannya.
"Tuan Pendekar, apa kami boleh masuk?"
Fang Wei baru selesai membersihkan dirinya dan berganti pakaian yang sudah disediakan Luo Huang walau kualitasnya tidak terlalu bagus namun lebih baik daripada memakai kulit babi tadi.
Dua gadis memasuki ruangannya setelah Fang Wei mempersilahkannya, dua gadis itu rupanya di suruh oleh Luo Huang untuk membantu Fang Wei merapikan rambutnya. Fang Wei awalnya menolak namun kedua gadis itu bersikeras membantunya.
"Apa ada yang aneh?" tanya Fang Wei heran setelah kedua gadis itu memandangnya tampa berkedip.
"Ahh, tidak! Tuan Pendekar, anda terlihat sangat rupawan." Jawab mereka cepat seraya menunduk.
Fang Wei tersenyum canggung, dua gadis itu kemudian mengatakan jika Luo Huang sedang menunggunya di ruangan tamu. Fang Wei mengangguk lalu mengikuti dua gadis itu.
Di ruangan yang tidak terlalu besar, Luo Huang menyambut Fang Wei dengan senyum ramah serta mempersilahkannya duduk dan menyeduhkannya teh.
"Tuan Wei, anda tampak sangat rupawan." Luo Huang tersenyum ramah yang ditanggapi Fang Wei dengan canggung.
"Teh kami memang tidak sebagus teh di kota namun, kami jamin rasanya tetap enak."
Fang Wei meminum teh itu, wajahnya menjadi takjub dengan rasanya yang segar serta enak beda dari teh yang biasa ia nikmati di sektenya dulu.
"Kakek, apakah ada kota di dekat desa ini?" Tanya Fang Wei setelah puas menikmati tehnya.
"Kota?" Luo Huang berpikir sejenak, "Ah, ada. Ada sebuah kota yang lumayan jauh dari desa ini."
Luo Huang mengatakan jika sepuluh kilometer dari Desa Guzhou ada sebuah Kota bernama Nanjing. Warga Desa sering kesana menjual hasil kebun, serta herba dari hutan.
"Kota Nanjing? Apa ini Kekaisaran Tang?" tanya Fang Wei seraya mengerutkan dahinya, setahunya tidak ada Kota bernama Nanjing di Kekaisaran Han.
"Benar, ini adalah Kekaisaran Tang. Apa anda bukan dari Kekaisaran Tang?" giliran Luo Huang yang kebingungan.
"Tang bukan Han?" tanya Fang Wei lagi memastikan tidak salah dengar, Luo Huang mengangguk.
Fang Wei memegangi kepalanya yang mendadak terasa sakit, ia memang kelua dari hutan tampa matahari itu namun tidak menyangka akan tiba di Kekaisaran Tang.
Sudah dua setengah tahun ia tinggal di hutan tampa matahari, sekarang jika ingin ke kembali ke Han maka dipastikan akan menghabiskan lebih banyak waktunya. Hal itu bisa saja membuat Kekaisaran Han semakin kacau serta balas dendamnya nanti semakin sulit jika tiba disana pastinya mempunyai banyak musuh.
Walaupun ia sekarang mampu terbang sekalipun, bukan waktu sedikit jika ingin kembali. Apalagi Kekaisaran Tang terkenal dengan banyaknya pendekar bebas serta siluman yang kadang menyerang. Bukan hanya itu, disana ada aturan keras jika yang lemah akan dimangsa yang kuat, walaupun sekarang Fang Wei sudah kuat namun bukan tidak mungkin ada lawan yang sekuat dirinya atau bahkan melebihinya nantinya.
"Apa anda baik baik saja?" Luo Huang menjadi heran melihat tingkah Fang Wei.
"Ah, tidak Kake-"
Ucapan Fang Wei terputus, bersamaan dengan hal itu seorang pemuda yang dilihat Fang Wei sebelumnya masuk dengan wajah ketakutan.
"Ming, apa yang terjadi?" Luo Huang menghampiri pemuda itu.
"Ketua perampok Taring Harimau, kembali bersama puluhan anggotanya!"
Luo Huang menjadi pucat, tubuhnya terasa lemas dan hampir jatuh. Fang Wei menopang tubuh Luo Huang lalu memandang Ming yang masih ketakutan.
"Perampok, lagi?" Fang Wei bertanya heran, Ming kemudian menjelaskan jika perampok yang menyerang desa tadi merupakan kelompok yang sama, terlebih lagi Ketua mereka merupakan Pendekar Suci yang sangat kejam.
Fang Wei menghela nafas panjang, tidak menyangka perampok yang dilepaskannya tadi bukannya takut malah kembali lagi membawa Ketuanya untuk balas dendam.
"Tidak perlu khawatir, aku akan mengurusnya." Fang Wei benyerahkan Luo Huang kepada Ming.
Fang Wei keluar lalu melesat ke udara menuju arah gerbang Desa setelah Ming mengatakan jika Ketua Taring Harimau baru saja memasuki Desa.
"Aku sudah berbaik hati tapi kalian malah minta dikasari." Ucap Fang Wei setelah mendarat turun di dekat warga Desa yang sudah terlihat pasrah.
☆☆☆
Ada berapa tingkatan bela diri di LPPN...
Pedekar Suci dibagi dari delapan gerbang dan gerbang kedelapan merupakan gerbang kematian serta merupakan puncak pendekar suci terkuat.
Pendekar Raja sebagai tingkat sebelum mencapai pendekar Suci. Dibawahnya ada Pendekar Bergelar, Pendekar Ahli, Pendekar kelas satu, dua dan paling terendah adalah tiga. Kemampuan Pendekar kelas tiga hanya sedikit lebih kuat dari manusia awam.
☆☆☆
Hai, terima kasih untuk like dan komentarmu. Itu sangat berharga :) Terima kasih juga untukmu yang sudah setia hingga kini, terima kasih juga untuk saran saranmu yang berharga...
semangat
menurut yg saya fahami iyalah dunia luas yg di gambarkan kak Ron seperti tata Surya pada kehidupan nyata,ada bumi,mars Jupiter DLL,bedanya setiap dunia yg di gambarkan kak Ron ini memiliki kehidupan, misalkan fang Wei di bumi di huni manusia biasa-pendekar,nah di mars di huni oleh para kultivator, kemudian di Jupiter atau Venus di huni para demon (bangsa ye Wang,chi Yue,long nue DLL).
jaga kesehatan
tetaplah berkarya namun dengan catatan tidak mengabaikan kesehatan yg menurun...
kesehatan lebih penting Thor!
dan untuk batuk darah,saya pernah mengalaminya beberapa tahun lalu, mungkin kita berbeda kasus meskipun sama2 batuk darah, Karena penyebab batuk darah saya dulu adalah,saya perokok yg tidak pandang bulu dlm menghisap rokok brand apa saja sedangkan fisik saya tergolong lemah.