Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?
Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2 {Kisah masa lalu 2}
Kembali ke tahun 2024.
“Hal yang paling ku sesali adalah, seharusnya aku tetap menggenggam tangannya, dan tidak terbakar oleh emosional ku, padahal jika aku bisa menurunkan emosional ku sedikit saja, sudah jelas semua itu hanyalah jebakan.
Raut wajah nya yang tampak gelisah dan penuh keputusasaan seolah ia baru saja tersadar dalam pengaruh obat, kaki nya yang bahkan tak bisa berjalan dengan benar, terus berusaha mengejar dan menarik lenganku.
Aku hanya menepis nya dengan kasar, dan semakin larut dalam kekecewaanku ketika aku mendapati kekasih dan sahabatku menghabiskan malam panas bersama.
Bahkan disaat terakhir sebelum aku menghilang dari pandangannya, dengan sisa kekuatan yang ia miliki, ia memeluk erat kakiku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Kumohon Anna! Tolong dengarkan dulu penjelasanku, ini tidak seperti yang kau bayangkan! Hikssss! Hiksss! (pria malang itu menangis dan meraung sembari memeluk erat kaki Anna, namun dengan angkuhnya, Anna menendang dan mendorong tubuh pria lemah itu sampai menghantam lantai)
AKU TAK BISA HIDUP TANPAMU ANNA!! (teriak nya yang kembali terbangun dan bersimpuh di hadapan Anna, sembari menyatukan kedua tangannya ia terus merengek memohon ampunan kekasihnya yang tengah berada di puncak amarahnya)
AKU LEBIH BAIK MATI ANNA!” setidaknya ancaman itu berhasil menghentikan langkah Anna, ia memutar tubuhnya lalu menurunkan pandangannya untuk melihat wajah Bennedict yang memerah dan banjir air mata.
“Begitu? Lakukanlah,” timpal Anna tanpa merasa iba sedikitpun, ia menatap Bennedict dengan bingkai matanya yang merah serta deraian air mata tanpa suara. Kedua tangannya mengepal kencang seolah ingin meninju siapapun yang ada dihadapannya saat ini.
“Kenapa? Kau takut?” ejek Anna disertai senyuman mengejeknya, karena mendadak Bennedict membeku dalam keterkejutannya mendengar reaksi tak terduga kekasihnya itu.
Anna kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya meninggalkan Bennedict yang kini terduduk lemah diatas permukaan lantai marmer, sembari menyaksikan kekasih yang dicintainya itu menghilang dari lift yang ada di hadapannya.
Begitu pun dengan Anna yang membalas tatapan Bennedict dengan sorot mata tajam menusuk, sebelum akhirnya pintu lift memutus pandangan keduanya.
...****************...
“Kapan tepatnya nona Anna mengetahui jika semua itu hanyalah jebakan picik yang diciptakan oleh Felice, teman nona Anna?” tanya Kyle sembari terus menggoreskan penanya di kertas putih.
“Di malam ia terbunuh, saat itu aku mengirimkan pesan padanya, jika aku akan datang ke apartemen nya. Aku berlari sekuat tenaga setelah turun dari taxi, menuju apartemen nya yang ada dilantai 7.
Tapi aku terlambat, saat aku sampai di depan pintu, setengah tubuh Bennedict sudah terdorong ke belakang pagar, pria malang itu terjatuh ketika aku sampai di tepi pagar balkon, itulah yang menyebabkan aku berada disini sekarang,” Anna memaparkan setiap detail yang masih teringat jelas dalam memori nya.
“Bukankah dulu nona pernah memberikan info jika nona Anna sempat bertemu dengan seorang wanita petugas kebersihan di apartemen, tapi saya tidak melihat adanya catatan kesaksian dari petugas kebersihan tersebut,” Kyle kembali mengajukan pertanyaan lengkap dengan raut wajah yang mendukung kesungguhannya untuk membantu Anna terbebas dari hukuman yang tidak seharusnya ia terima.
“Mereka bilang tak bisa menemukannya, petugas itu bak hilang di telan bumi, kurasa seseorang sudah lebih dulu menemukannya, dan membuatnya pergi jauh. Sebenarnya aku pun tak berharap banyak dari persidangan ku sebelumnya, semua terasa aneh, pengacara yang disewa oleh ayahku sama sekali tidak membantu, ia lebih banyak terdiam dan terkesan menerima semua tuduhan yang dilayangkan oleh jaksa.
Bahkan, ketika jaksa meminta hukuman 10 tahun penjara, pengacaraku sama sekali tidak berniat melakukan banding, ia hanya terlihat pura-pura bersedih dibalik senyum mengerikan,” lirihnya seraya meremas kedua tangan dibawah meja untuk melampiaskan kekecewaan serta kekesalan yang menjadi satu, sementara pandangan sedihnya ia arahkan pada bolpoin sang pengacara muda tersebut.
“Maaf sebelumnya, tapi apakah hubungan nona Anna dengan keluarga tidak baik? Saya melihat disini, (ujarnya seraya membalik berkas riwayat kunjungan Anna yang dipinjamnya dari polisi yang bertugas) baik ayah maupun ibu anda tidak pernah sekalipun mengunjungi nona selama 5 tahun terakhir ini.
Dan juga sebelumnya, nona Anna menyebutkan jika kepindahan nona ke apartemen adalah untuk melepaskan diri dari keluarga. Apa yang melatarbelakangi retaknya hubungan nona dengan keluarga?” meski merasa kurang nyaman karena takut menyinggung perasaan Anna, namun Kayle tetap harus menanyakan hal tersebut sebagai bahan penunjang dalam memahami kasus yang menimpa klien nya.
“Sejak ibu kandungku meninggal 20 tahun yang lalu, dan ayahku menikah lagi dengan sahabat ibuku, sikap ayah mulai berubah dari hari ke hari, ayah sudah tidak terlalu perduli dengan kehadiranku di rumah. Bahkan saat aku pulang larut malam setelah menyelesaikan bermacam les akademik, ia sama sekali tak bertanya, apakah aku sudah makan? Ataukah lelah.
Setidaknya pertanyaan sederhana itu sudah cukup membuat hatiku merasa bahagia,” ungkap Anna yang terlihat berusaha menahan emosional nya dalam kedua mata yang berkaca-kaca.
Raut wajahnya saat ini jelas sekali menggambarkan rasa rindu nya terhadap sosok ayah yang pernah mencintainya sepenuh hati, sebelum akhirnya momen bahagia itu dihancurkan oleh hadirnya sang ibu tiri yang kerap kali mendominasi perhatian ayahnya.
“Apa ibu tirimu pernah memukulmu atau semacamnya?” lanjut Kayle.
“Tidak, dia tidak pernah melakukan kekerasan fisik terhadapku, tapi entah kenapa kehadirannya selalu bisa menarik semua perhatian ayah, sehingga mata ayah hanya tertuju padanya. Aku seolah-olah hanya butiran debu halus yang tak pernah terlihat,” lirih Anna.
...****************...
Flashback 19 tahun yang lalu, sepeninggalnya ibu kandung Anna. Garendra ayah kandung dari Anna langsung menggelar pernikahan keduanya dengan sahabat dari Clarissa ibu kandung Anna, yakni Claudine.
Dan kini Claudine pun tengah mengandung putra pertama mereka, hanya tinggal menunggu hari saja sampai saat nya Claudine melahirkan.
Anna kecil yang baru saja menuruni tangga pun lantas bergegas bergabung di ruang makan keluarga bersama dengan kedua orang tuanya yang ternyata sudah lebih dulu menyantap sarapan pagi nya tanpa menunggu kehadiran Anna.
Pada awalnya Anna pernah melakukan aksi protes, meminta mereka untuk setidaknya menunggu agar bisa menyantap sarapan pagi bersama. Keluhannya itu memang di sikapi penuh kelembutan oleh ibu tirinya, ia meminta maaf dan akan mencoba menuruti keinginan putri tirinya itu.
Namun semua ucapan manisnya hanyalah omong kosong belaka, keesokan harinya mereka kembali mendahului Anna, bahkan kali ini mereka bangun cukup pagi, ketika Anna sampai di ruang makan kedua orang tuanya telah menyelesaikan sarapan paginya dan dengan acuhnya meninggalkan Anna sendirian di ruang makan.
Ketika Anna kembali mengeluh dan meminta penjelasan, ibu tirinya berdalih jika ayahnya memiliki rapat penting di pagi hari bersama dengan klien nya di luar kota, itulah yang membuat keduanya memajukan jadwal sarapan pagi mereka.
Bukan hanya itu, sekarang-sekarang ini ayah nya terasa sangat sulit di dekati, untuk meminta bantuan menyelesaikan soal sekolahnya pun ia selalu menolaknya dengan berdalih ia memiliki banyak pekerjaan kantor, bahkan di hari liburnya ia selalu berada di ruang kerjanya.
Anna kecil mulai merasa sangat kesal dengan pengabaian ayahnya, ia pun memutuskan untuk bertindak dengan caranya sendiri, agar ayahnya kembali memperhatikan dan menyayanginya seperti dahulu.
Pada dasarnya Anna memang sudah pintar, ia selalu mendapat nilai tertinggi sekalipun tidak belajar.
Namun kali ini ia memutuskan untuk menjawab semua soal dengan jawaban yang salah, dengan begitu pihak sekolah pasti akan memanggil kedua orang tuanya, dan membicarakan masalah yang terjadi sehingga nilai Anna bisa turun secara drastis.
Di ruang tamu, terlihat Anna sedang terduduk di sofa dengan perasaan harap-harap cemas nya selagi menunggu kepulangan kedua orang tuanya dari sekolah.
Mungkin ini terdengar aneh, tapi sungguh reaksi itulah yang di harapkan oleh Anna kecil yang malang, ia ingin ayahnya mengamuk dan memarahinya habis-habisan karena kini nilai sekolahnya benar-benar anjlok.
Di tambah beberapa hari sebelumnya Anna juga sempat terlibat perkelahian dengan teman sebangkunya, sampai teman sebangkunya mendapat luka goresan di sikutnya karena di dorong kasar oleh Anna.
Namun sebuah harapan yang dapat memperbaiki hubungannya kembali dengan ayahnya itu pupus, ketika sang ayah hanya …
“Ibumu akan mendaftarkanmu les di berbagai mata pelajaran, dan untuk teman sebangkumu, kedua orang tuanya sudah sepakat untuk tidak mempermasalahkannya lebih lanjut, kau bisa kembali ke sekolah setelah 1 minggu di skors,” begitulah katanya, dengan pembawaannya yang cukup tenang dan terkesan tidak terlalu mempermasalahkan nya.
Ayah dan ibunya berlalu begitu saja masuk ke dalam kamar, meninggalkan Anna kecil yang kini menundukan kepalanya, seraya meremas kedua tangan untuk melampiaskan kekesalannya.
“Hiksss!! Hikksss!!” Gadis kecil itu hanya bisa menangis sejadi-jadinya membiarkan sisi lemahnya menguasai dirinya saat ini.
Bersambung***