Melisa tiba-tiba harus mengalami insiden buruk membuat dirinya kehilangan nyawa. Ia pikir hidupnya akan berakhir di sana tapi siapa sangka ia justru bangun dalam sebuah ruangan yang sangat kumuh.
"Ibu...ibu hiks bangun Bu hiks aku janji tidak akan menggangu ibu lagi hiks ibu..." Tangis anak kecil yang ada di sisi ranjang.
"Siapa ibumu ?" Tanya Melisa dengan bingung.
"Ibu hiks anda sudah sadar hiks..."
"Ha ? siapa yang kamu panggil ibu ?" Bingungnya.
"Ma-maaf hiks aku benar-benar minta maaf jika ibu maksudnya nyonya tidak ingin di panggil seperti itu lagi." Ujar Anak laki-laki lalu bersujud di atas lantai kayu.
"Apa yang sebenarnya terjadi ?" Bingungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman
"Kita ketempat tabib Li dulu ya untuk mengembalikan keranjang dan melihat paman yang kita tolong kemarin." Ujar Melisa.
"Iya Bu ayo." Kevin memegang erat telapak tangan sang ibu.
...****************...
Saat ini Melisa bersama dengan kevin sudah tiba di tempat tabib Li. Mereka melihat sekitar yang masih sangat sama dengan pemandangan seminggu yang lalu tapi ada satu yang beranda tempat ini tampak jauh lebih bersih dari pada sebelumnya.
"Permisi tabib Li !" Panggil Melisa tapi yang datang justru pria dengan rambut coklat dan juga warna mata yang sama.
"Oh kau..." Melisa tampak terkejut melihat pria itu tapi sejenak kemudian ia tersenyum.
"Ya saya Raymond, asisten tabib Li." Jawabnya dengan tersenyum ramah.
"Wah...aku bersyukur karena kau sudah baik-baik saja sekarang." Ujar Melisa dengan tersenyum. Ternyata pria yang ditolongnya saat itu cukup tampan. Mungkin karena kemarin tubuh pria ini tertutup dengan debu dan darah jadi aura ketampanannya tidak terasa.
"Apa anda mengenal saya ?"Tanyanya.
"Tidak." Jawab Melisa apa adanya.
"Huh..." Pria itu menghela nafas mendengar jawaban dari Melisa.
Hingga pintu kembali lagi terbuka menampilkan tabib Li yang sepertinya baru kembali dari luar.
"Oh ternyata ada nona Melisa dan tuan Kevin..." Ujarnya dengan senyuman yang di balas dengan Melisa.
"Kan saya sudah bilang tuan Li cukup panggil Melisa saja begitu pula dengan Kevin." Jelas Melisa.
"Apa anda yang bernama nona Melisa ?"Kali ini Raymond tampak terkejut tapi tiba-tiba saja ia langsung bersujud di lantai membuat Melisa benar-benar terkejut luar biasa.
"He-hei apa yang kau lakukan, jangan seperti ini."
"Saya sudah di beri tahu oleh tabib Li bahwa anda telah menyelamatkan saya. Bahkan memberikan saya uang untuk hidup. Saya benar-benar berterima kasih kepada anda dan menganggap anda seperti tuan saya sendiri." Ujar pria itu.
"Ha ?tunggu dulu kau berdiri dulu jangan seperti ini," Ujar Melisa tapi Raymond sama sekali tidak mendengarkan.
"Raymond berdiri itu adalah perintah dariku jika kamu menganggap bahwa aku tuanmu." Ujar Melisa.
Mendengar hal itu Raymond segera berdiri dengan kepala yang masih menunduk.
"Huh bukankah kamu menganggap aku sebagai tuanmu maka aku akan memerintahkan sesuatu kepadamu dan kamu harus mematuhiku bagaimana ?"Ujar Melisa. Sedangkan Kevin hanya menatap bingung padanya di tambah dengan tabib Li yang hanya diam saja menyaksikan.
'Ternyata sama saja seperti orang-orang.' Pikir Raymond. Ia benar-benar ingin menghabisi orang-orang yang berada disini tapi ia mengingat ia berutang nyawa pada orang-orang ini terutama pada Melisa.
'Suatu saat aku akan membu...'
"Perintahku adalah kau harus jadi temanku bukan bawahanku," Ujar Melisa membuat Raymond benar-benar terkejut.
"Maksudnya nyonya ?"
"Ais apa kau tidak dengar mulai sekarang kita berteman. Kau tidak boleh memanggilku nyonya cukup panggil Melisa saja. Aku juga akan memanggilmu Ray, bagaimana?" Tanya Melisa dengan ramah.
"Teman ?"
"Yup teman, oh aku lupa memperkenalkan. Ini adalah Kevin anakku. Dan Kevin ayo sapa paman Ray." Pintanya dengan senyuman.
"Perkenalkan aku Kevin paman." Ujar anak itu dengan menjulurkan tangannya.
Raymond benar-benar merasa hangat di hatinya. Ternyata Melisa benar-benar sangat berbeda dengan orang-orang yang ada di luar sana.
"Aku Raymond, kamu bisa memanggilku paman Ray." Ujar Raymond menyambut uluran tangan dari pria itu.
"Baiklah-baiklah karena kiat mendapatkan teman baru hari ini maka bukankah harus ada perayaan ?"Ujarnya.
"Perayaan ?" Tanya Raymond.
"Oh itu kebetulan aku membawa beberapa makanan yang tadi kumasak disini, ayo kita makan bersama pasti rasanya menyenangkan. Hmm tabib Li apa anda tidak masalah bukan ?"Tanya Melisa.
"Tentu saja, aku justru senang." Jawab tabib Li dengan tersenyum.
"Baiklah-baiklah aku akan memanaskan makanan ini sementara kalian bertiga bisa menunggu di meja makan saja." Ujarnya.
"Saya akan mengantar anda ke dapur nyo..Melisa." Raymond benar-benar mendapatkan tatapan tajam dari Melisa ketika ingin memanggilnya nyonya.
"Hmm baiklah."
*
*
*
Sesampainya di dapur Melisa dengan lihai memanaskan makanan yang telah ia bawa. Raymond dari tadi ingin membantu tapi gadis itu dengan cepat menolaknya.
"Kau baru saja sembuh jadi jangan terlalu banyak bergerak itu tidak baik." Ujar Melisa.
"Tapi saya ingin membantu."
"Baiklah jika kau ingin membantu maka tetap diam disana dan nanti jika selesai kau bisa membawakan makanan ini ke depan."
"Baiklah Melisa."
"Anak pintar." Puji Melisa.
wahai author yg Budiman ayo bom up yang banyak 💓💓
Waduuuh makin seru nich ceritanya..
Msh penasaran siapa ray ini,,apakah jahat atau baik..
Siapa sebenarnya ray ini knp dia bsa mnjdi monster..
Nyimak dlu y soalnya ru nemu..