Suamiku Bukan Sampah

Viona melihat suaminya tersebut menghabiskan sarapannya secepat kilat. Piringnya langsung bersih mengkilat tidak tersisa makanan sedikitpun.

Bernard meminum jus nya dalam sekali teguk, gelasnya langsung kosong.

Viona hanya termangu melihat Bernard, suaminya tersebut seperti orang yang tidak pernah menikmati makanan enak.

Viona sedikitpun belum mencicipi sarapannya, sementara Bernard sudah selesai sarapan.

Bernard memandang Viona yang belum mencicipi sarapannya, matanya tajam melihat sarapan Viona.

Bernard merasa seumur hidupnya baru pagi ini merasakan makanan yang begitu sangat enak.

Viona melihat tatapan Bernard pada sarapannya, dia merasa kalau Bernard masih belum kenyang.

Bukannya tadi dikatakannya sudah kenyang? pikir Viona.

"Apakah suamiku mau lagi?" tanya Viona seraya mendorong piring sarapannya kedepan.

Bernard menatap Viona, setiap Viona memanggilnya 'suamiku' entah kenapa ada sebersit perasaan yang dia tidak tahu membentur hatinya.

"Tidak, makan saja!" dia menggeleng.

"Aku akan makan sedikit saja, lebihnya buat suamiku saja" kata Viona, dia memakan seperempat sarapannya.

Lalu Viona kemudian memberikan yang belum disentuhnya pada Bernard.

Bernard sedikit ragu untuk menerima sarapan Viona, dia melihat Viona dengan gerakan tangan menyuruhnya untuk memakan sisa sarapan yang belum disentuhnya tersebut.

Dalam sekejap sarapan yang disodorkan Viona itu pun habis mengkilat.

Ini sangat enak, pikir Bernard merasa sangat beruntung bisa mencicipi makanan yang dia rasa sangat istimewa.

Tiba-tiba dari pintu dapur terdengar suara adik Bernard berseru lantang, membuat Viona kaget.

"Keterlaluan..kalian mencuri makanan didapur ya..makanan dirumah ini tidak gratis , semua dibeli dengan uang..kerja dong, jangan hanya makan enak tapi tidak mau kerja!"

Viona memandang adik iparnya tersebut dengan pandangan tidak suka, dia merasa adik iparnya tersebut memang tidak ada menunjukan rasa sopan sedikitpun pada Bernard.

"Apa lihat!" adik iparnya tersebut mendongakkan dagunya angkuh pada Viona.

"Sebagai adik kamu tidak punya sopan santun pada kakakmu!" kata Viona tajam.

"Kakak? dia bukan kakakku, dia anak selingkuhan Papaku..dia hanya anak haram yang tidak diinginkan dirumah ini..kakakku hanya kak Morgan dan kak Andreas!" kata adik ipar Viona dengan acuh tak acuh.

"Kalau begitu jangan ganggu suamiku, kalau kamu tidak merasa dia sebagai kakakmu!" kata Viona tak mau kalah acuh tak acuhnya pada adik iparnya tersebut.

"Apa kamu rabun ya..dia itu sampah, laki-laki tidak berguna..untuk apa kamu nikahi dia!" ujar adik ipar Viona dengan ketus nya.

Plakkk!!

Satu tamparan yang cukup keras melayang ke pipi adik ipar Viona. Dan membuat pipi adik ipar Viona bercap telapak tangan Viona.

"Suamiku bukan sampah!!" kata Viona sangat tajam dengan tatapan mata yang marah.

Suara tamparan tangan Viona membuat Bernard pun terkejut. Dia bangkit berdiri melihat Viona dengan wajah yang marah melotot pada adik tirinya.

"Kamu..!" adik tiri Bernard terkejut memegang pipinya yang terasa sakit ditampar Viona, dia tidak menduga kakak ipar tirinya tersebut berani menampar nya.

"Katakan lagi suamiku sampah, kurobek mulutmu!" kata Viona lantang, dia tidak senang Bernard ditindas adik tirinya. Sungguh lancang.

"Ada apa ini!!" Ibu tiri Bernard tergesa-gesa memasuki dapur.

"Dia menampar ku Ma..!" adu adik ipar Viona sambil menunjuk Viona.

"Kenapa kamu tampar dia..dia seorang model, wajahnya sangat berharga..tidak boleh ada luka sedikitpun!" sahut Mertua tiri Viona marah.

Kakak ipar Viona yang lain mendengar ribut-ribut didapur, mereka pun datang melihat apa yang sebenarnya terjadi di dapur.

Bersambung.....