Tragedi Kenikmatan

Fania terlihat memaksakan senyumnya agar Zigga tidak memberinya daftar hitam dalam seseorang yang bisa keluar masuk ke dalam kehidupannya. Jika Zigga sudah memblokir nama seseorang, maka akan sulit bagi orang itu untuk berkolaborasi dengan keluarga Allison.

Fania diam-diam memperhatikan bagaimana Alle menggenggam tangan Zigga dengan sangat erat seolah ia takut jika Zigga akan berpaling darinya. Pemandangan ini jelas membuat Fania merasa sangat panas sekali.

"Baiklah, aku akan membantumu untuk memberikan penjelasan yang tepat kepada keluarga kita." Tidak ada cara lain Fania harus bersikap manis.

Fania berjalan meletakan buah yang ia bawa untuk Zigga di atas meja. Fania memperhatikan sekitar dan berniat sesuatu.

Fania dengan sengaja menyenggol mangkok berisi bubur Zigga sampai jatuh.

PRANG!

Mangkok itu pun pecah dan berceceran di lantai.

"Biar aku bersihkan!" Alle melihat mangkok itu pecah pun langsung berinsiatif memunguti pecahan mangkok.

Fania yang licik berlagak bersalah dan dengan panik sengaja mundur dan menginjak kaki Alle yang sedang memunguti serpihan mangkok.

"Ahk!?" pekik Alle merasa kesakitan karena hils Fania menginjak tangannya sehingga tangannya tertancap serpihan beling.

"Maaf, maaf, aku tidak sengaja!" seru Fania.

Zigga nampak mendelik dan murka melihat tingkah Fania yang dengan sengaja membuat luka wanitanya.

Zigga langsung turun dari ranjangnya dan langsung menendang kaki Fania dari belakang dengan keras sampai Fania tersungkur dan kakinya pun tertancap serpihan beling.

"Aaaaaaaa!" teriak Fania kesakitan.

Namun Zigga tidak memperdulikan teriakan Fania, dia justru menatap cemas ke arah Alle yang menahan sakit di tangannya.

"XENIA! PANGGIL DOKTER!" teriak Zigga dengan keras membuat Sekertaris Xenia yang baru masuk karena mendengar keributan langsung putar balik untuk memanggil dokter.

Tidak ingin hanya menunggu, Zigga langsung membopong Alle seolah-olah dia adalah pasien sekarat yang membutuhkan pertolongan utama.

Fania meremas kuat rasa kebenciannya kepada Alle dan juga Zigga. Dia tidak dapat terima jika Zigga dengan tega menyakitinya hanya demi wanita seperti Allessia..

"Zigga, kamu akan menyesali perbuatan mu kepadaku!" Fania mengumpat ketika Zigga pergi begitu saja meninggalkan dirinya yang juga terluka.

Di ruangan dokter tampan Serka, terlihat Zigga terus memperhatikan cara temannya mengatasi luka Alle.

"Ahk!?" pekik Alle kesakitan ketika dokter Serka mencabut beling dari tangannya.

"Kenapa kamu tidak becus jadi dokter! Dia kesakitan tapi kamu malah membuatnya tambah sakit!" pekik Zigga kesal.

"Zigga, aku tidak apa-apa, kamu jangan marah-marah terus, ya?" Alle mencoba untuk menenangkan Zigga. Alle benar-benar tidak percaya jika Zigga akan sangat perduli kepadanya sampai segila ini.

Dokter Serka hanya menutup kedua kuping dan fokus memberi obat pada luka Alle. Dia sudah terbiasa dengan pekikan Zigga yang selalu seenak jidat mengatainya.

"Nona Alle, saya mendapatkan informasi jika tuan muda Alga sudah kembali dari sekolahnya. Saya akan menjemputnya," ucap Sekertaris Xenia memberi informasi.

Alle melihat jam di dinding menunjukkan pukul 2 siang, itu adalah jam pulang sekolah di sekolah yang ada di desanya. Alle sampai lupa karena biasanya di sekolah favorit Alga, ia akan pulang pukul 4 sore.

"Tidak perlu, aku akan menjemputnya sendiri," jawab Alle menolak halus.

"Alle, tanganmu masih terluka?" ucap Zigga khawatir.

"Zigga, ini hanyalah luka kecil di tangan, aku masih bisa berjalan," sahut Alle mulai merasa pusing dengan sikap Zigga yang sangat berlebihan padanya.

"Tidak bisa, aku tidak bisa membiarkan Raja Rimba itu melihat mu datang sendiri dengan luka ini. Aku tidak ingin di cap pria yang tidak bisa menjaga wanitanya dengan benar." ujar Zigga merasa keberatan. Ia takut jika anak pintar itu akan mengolok dirinya habis-habisan.

"Zigga, kamu tahu dari mana kalo anakku adalah Raja Rimba?" tanya Alle merasa curiga.

Zigga pun langsung terlihat kikuk. Dia lupa jika Alle belum mengetahui jika malam kala itu dirinya sebenarnya sudah berbicara panjang lebar dengan anaknya yang tertulis dengan nama Raja Rimba di ponsel Alle.

"Oh itu, aku lihat foto yang kamu tunjukkan padaku tadi, di foto tertulis nama Raja Rimba, menurutku itu julukan yang sangat cocok dengannya," jelas Zigga menghela nafas karena kepintaran dan daya ingatnya menyelamatkan dirinya kali ini.

Alle mengangguk mengerti, memang benar, foto yang ditunjukkan terdapat tulisan Raja Rimba yang ia tulis untuk anaknya.

"Iya, aku menjulukinya Raja Rimba karena Alga sangat pandai dan kuat dalam banyak hal," jelas Alle merasa bangga.

"Anakku jelas menuruni gen dariku, dia pasti tidak kalah jauh pintarnya denganku. Jika kita hidup bersama, aku akan mengajarinya banyak hal tentang dunia," sahut Zigga merasa sangat berbangga diri.

Alle hanya bisa mengangguk pelan dan tersenyum malu. Kejadian diantara mereka terjadi begitu cepat, perubahan sikap Zigga yang tiba-tiba menjadi sangat hangat dan manis ini membuatnya salting parah dan tidak dapat ia mengerti bagaimana bisa seperti ini.

Padahal, waktu mereka pertama bertemu kembali di jamuan pertemuan di bar, Zigga masih nampak dingin terhadapnya. Bahkan Zigga bersikap seolah-olah mereka tidak saling kenal. Sesekali, bahkan tatapan Zigga yang tajam membuat Alle merasa seperti hatinya terkebas oleh pisau, itulah mengapa malam itu Alle bisa minum sampai hampir w botol.

"Nona, perban anda telah selesai." ujar Dokter Serka membuyarkan lamunan Alle.

"Terima kasih, Dok." ucap Alle.

"Sama-sama kakak ipar. Lain kali jika butuh sesuatu silahkan kabari aku. Aku sekarang sedang akan melakukan operasi, aku tinggal dulu ya." dokter Serka pun berpamitan.

Alle hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kita akan pulang, dan biarkan sekertaris Xenia menjemput Raja Rimba kita dari sekolah. Rumah yang harus kita tinggali sudah aku siapkan," ucap Zigga bersungguh-sungguh akan bertanggung jawab kepada Alle dan juga anaknya.

Allessia terlihat bingung, dia benar-benar tidak dapat membayangkan begitu cepatnya Zigga mengambil keputusannya. Tetapi, entah kenapa Alle tidak dapat menolaknya meskipun hatinya sedikit ragu. Alle ragu apakah keluarga Zigga akan menerima dirinya secepat Zigga. Alle bingung bagaimana dia bisa menghadapi Prilliya yang sedari awal sudah merusak nama baiknya dan bahkan berani mendzaliminya.

Sekertaris Xenia bergegas untuk menjemput Alga. Sedangkan Zigga, dia benar-benar memperlakukan Alle sebagai ratu utama. Hanya luka kecil di tangan, Zigga tidak membiarkan Alle berjalan. Zigga dengan sigap membopong tubuh mungil Alle.

"Zigga, aku bisa jalan, aku tidak lumpuh, tolong turunkan aku!?" Alle merangkul Zigga dan menyembunyikan wajahnya di dada Zigga. Dia sangat malu karena akan menjadi pusat perhatian orang-orang di rumah sakit.

Zigga tidak berkata apapun dan terus membawa Alle keluar dari rumah sakit. Bahkan rasa nyeri akibat luka gigitan ular yang masih ada tidak Zigga hiraukan.

Dokter Serka hanya menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar sudah sangat faham akan sikap Zigga yang selalu molah-malih semaunya dan sekarepnya.

Tapi yang Dokter Serka tidak percaya satu hal, ia tidak menduga jika Zigga akan mengorbankan nyawanya hanya demi untuk seorang wanita. Padahal selama ini mereka tahu jika Zigga sama sekali tidak dapat di sentuh oleh seorang wanita. Tapi, di depan Alle, Zigga bisa berprilaku layaknya pangeran

.....