Mars Untuk Kejora

Dila yang sedari tadi diam, kini menatap pada Kejora. Ia harus memastikan sesuatu, sebelum mengambil keputusan.

"Sayang, apa kau menerima permintaan Mars. Untuk jadi pendamping hidupnya?" tanya Dila, matanya menatap intens pada Kejora.

"Tentu saja tidak -- " Perkataan Kejora, terhenti saat mulutnya di bungkam oleh tangan seseorang.

"Mars, lepaskan tanganmu!" Ucap Dila, dengan tegas.

"Mom, Dad. Aku ingin berbicara dengannya dulu." Mars langsung menarik tangan Kejora, dan membawanya keluar dari ruangan.

"Tuan Aiden, bagiamana dengan putriku?" tanya Tuan Dwinata, yang sedari tadi hanya diam mendengarkan penolakan dari putra tuan Aiden.

"Tuan Dwinata, kita tunggu putraku dulu! Setelah itu, aku akan membuat keputusan." Jawab Aiden, dengan perasaan tidak enak hati.

"Baiklah, kami akan menunggu." Dwinata membawa anak, dan istrinya untuk duduk di kursi yang ada di ruang tersebut.

***

Di sebuah ruangan yang lainnya, tampak Kejora dan Mars saling menatap dengan tajam.

"Kau hanya perlu menjawab bersedia menikah denganku." Ucap Mars.

"Tapi aku tidak mau!" Sahut Kejora, dengan ketus. "Lagi pula, di mana calon istrimu? Kenapa dia membiarkan calon suaminya, ingin menikah dengan wanita lain?"

"Calon istriku kabur." Jawab Mars, dengan dingin.

"Apa? Kabur?" Kejora hampir tertawa, saat mengetahui kalau calon istri tuan Mars pergi dihari pernikahan mereka. "Kenapa bisa kabur? Kenapa -- "

"Aku tidak ingin membahasnya! Dan aku ingin, kau yang menggantikannya menikah denganku."

"Tuan Mars, aku sudah mengatakan aku tidak mau." Jawab Kejora dengan tegas.

"Berani kau membantah perintah atasanmu!" Geram Mars.

"Tentu saja aku berani. Lagi pula aku berniat mengundurkan diri dari perusahaan anda."

"Kau ...! Sekali kau keluar dari perusahaan aku, maka aku pastikan namamu akan di blacklist dari semua perusahaan yang ada di Indonesia. Dan kau pasti tahu apa artinya?" seringai licik tercetak jelas dibibir Mars.

"Aku tidak takut! Karena Aunty Dila, sudah berjanji akan mencarikan pekerjaan untuk aku di perusahaan tuan Aiden."

"Cih, kau pikir mom Dila akan memberikan pekerjaan pada seorang wanita yang sudah menolak putranya."

"Gleg ..." Kejora menelan Saliva nya dengan susah.

"Jadi, menikahlah denganku?" Ucap Mars.

"Kenapa harus aku?" Kejora menatap pada tuan Mars, yang terlihat mengalihkan pandangan matanya.

"Karena kau satu-satunya wanita, yang tidak akan pernah bisa membuatku jatuh cinta."

"Ya ampun, tuan Mars. Aku sangat terharu mendengar alasanmu." Seloroh Kejora, dengan tersenyum sinis. Betapa malang nasibnya ini, di saat pria lain mengajak wanitanya untuk menikah karena saling mencintai. Tapi Kejora di ajak menikah, karena sang pria sudah memastikan tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya. "Terima kasih atas ajakan menikahnya, dan dengan senang hati aku menolaknya." Kejora hendak pergi dari tempat tersebut.

"Berapa?" tanya Mars, dengan aura dinginnya. "Berapa yang harus aku bayar agar kita menikah?"

"Tuan, kau anggap aku apa? Kau kira aku ini -- " perkataan Kejora langsung terhenti, saat menatap sosok yang dibencinya. Sosok yang sempat ia lihat di dalam ruangan VVIP.

"Mars, kau tidak bisa menikah dengan wanita ini! Dan juga wanita yang lainnya. Bagaimana dengan Monica? Bukankah kau sangat mencintai putriku?" Veronica yang dari tadi hanya diam di dalam ruangan, langsung menyusul Mars. Veronica tidak mau jika calon menantu kayanya, menikah dengan wanita lain.

"Putri? Jadi nenek sihir ini punya seorang putri? Dan Monica, kekasih tuan Mars adalah putrinya?" Gumam Kejora, dengan wajah yang terkejut. Ia baru mengetahui, kalau mantan ibu tirinya punya seorang putri.

"Nyonya Veronica, aku tidak mau membahas masalah ini. Jadi silahkan anda pergi! Dan cari putrimu itu sampai ketemu." Mars menyuruh anak buahnya, untuk membawa nyonya Veronica.

Nyonya Veronica yang tidak terima, langsung menatap tajam kearah wanita yang dipilih oleh Mars sebagai calon istrinya.

"Kau jangan bahagia dulu! Putriku Monica, akan kembali. Dan akan merebut apa yang seharusnya jadi miliknya." Ucap Veronica, dengan tajam. Sebelum dibawa pergi oleh para pengawal Mars.

Kejora hanya terdiam mendengarkan perkataan nenek sihir itu, ia merasa sangat miris mendapati kenyataan. Bahwa wanita yang sudah membuat hidup keluarganya hancur, wanita yang sudah membuatnya mengalami trauma yang berkepanjangan. Bahkan wanita itu yang hampir membuatnya mati kelaparan. Justru tidak mengingat dirinya sedikitpun.

"Tuan Mars, aku bersedia menikah denganmu." Ucap Kejora, dengan senyum penuh arti.