Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAJA AMPAT 2
Pagi menjelang, semua perusuh tak sabar menuju pantai. Mereka menaiki mobil listrik macam kereta untuk diajak berkeliling terlebih dahulu.
"Ini spot-spot terbaik kami. Anda bisa memanjakan mata anda dan mengabadikan kenangan di sini!" tunjuk pemandu wisata.
Sebuah bukit buatan dengan pemandangan luar biasa indah. Semua anak ingin turun dan berfoto.
"Jangan merusak tanaman ya!" peringat Rahma.
"Iya Umi!" seru semua anak menurut.
"Kami tau jika orang-orang suka berfoto di tengah-tengah kebun bunga. Makanya kami menyediakan jalan kecil dan tempat selfie yang baik di tengah," jelas pemandu itu lagi.
Kaila menjadikan juru kamera. Gadis itu tentu sangat mahir dengan kamera yang dibelikan ayahnya. Dewa membantu Kaila.
"Mas kita foto di sini ya!" ajak Adiba pada suaminya.
Sepasang suami istri baru beberapa bulan itu sangat mesra berfoto. Tak ada yang protes, bahkan para kurcaci sibuk sendiri.
"Tinti Sosa!" pekik Fael kesal.
Rosa masih kurang fit. Tapi tugasnya adalah mengawal anak-anak dan dia tak mau melewatkan sedikitpun momen itu.
"Ini Tinti foto baby!" sahut gadis itu membidik kameranya.
Rosa juga pandai memakai tustel digital itu. Banyak gaya dan foto-foto lucu para bayi yang belum lancar berjalan diabadikan di sana.
"Kamu masih pucat Rosa. Istirahat lah!" perintah Virgou.
"Saya masih bisa Tuan!" ujar gadis itu keras kepala.
"Aku memerintahkanmu Rosa!" tekan Virgou tegas.
Rosa sedikit cemberut, ia tak mau meninggalkan anak-anak yang membuatnya lupa akan sakitnya.
"Dian, Sukma, Tiana!" tiga gadis datang membungkuk hormat.
"Gantikan Rosa!" suruh pria itu lagi.
Rosa tak bisa mengelak, ia harus menurut.
"Tapi biarkan saya di sini tuan!" pinta gadis itu.
"Istirahat Rosa!" bentak Virgou pelan.
Rosa menunduk, ia harus kembali ke kamarnya jika ada tidak ingin Virgou mengembalikannya pada satuan di markas.
"Tinti bawu teumana!" pekik Arsyad.
"Tintin biar istirahat dulu ya baby," ujar Dian lalu menggendong Arsyad.
Dian juga sangat dekat dengan para bayi karena ia bertugas di rumah Terra di mana semua bayi dititipkan. Sedang Sukma adalah pengawal yang baru bergabung. Tiana sudah lumayan lama tapi ia hanya bertugas mengawal Dewi.
"Baby sini sama Tinti Sukma," ajak Sukma yang berusaha akrab.
"Janan estaesde!" sungut Angel ketus.
Sukma mengerutkan keningnya. Ia tentu belum mengerti bahasa bayi.
"Baby nggak boleh gitu!" peringat Della.
Della sudah lancar bahasa dewasa di bandung, Lilo, Seno, Ari dan Aminah.
"Kenalkan dirimu dulu pada mereka Sukma!" perintah Budiman yang juga ada di sana.
"Halo semua kenalkan nama saya adalah Anak Agung Sukma Prajna, Babies boleh panggil dengan Tinti Sukma!"
"Nanat dadun?" semua bayi tertarik dengan nama unik itu.
Anak Agung Sukma Prajna, 19 tahun.
Gadis asli dari pulau eksotik di Indonesia, Bali. Sukma merupakan anak dari seorang bangsawan di Bali. Ayahnya juga seorang pengusaha tenun ternama. Memilih jadi bodyguard karena memang dia tomboy dan sangat menyukai tantangan.
"Nanat dadun, papa pama mamana spasa?" tanya Fael mulai tertarik.
Semua bayi mengerumuni gadis cantik itu. Sukma tentu terkaget-kaget dengan bahasa bayi. Ia sudah belajar dan harus melewati ujian itu jika ingin masuk keluarga Dougher Young.
"Euumm ...," Sukma tak bisa menjawab pertanyaan para perusuh yang masih menggunakan dengkulnya untuk berjalan.
"Babies bertanya siapa nama ayah dan ibumu Sukma!" jelas Dian.
Dian sudah hampir dua tahun bekerja di rumah Terra. Bahasa bayi adalah makanannya setiap hari karena memang ia berhadapan dengan perusuh-perusuh yang tak kenal lelah mengerjainya itu.
"Oh ... nama ayah Tinti adalah Anak Agung Satria Saloka, sedang ibu Tinti adalah I Gusti Dewi Sekarsadji," jawab Sukma lagi.
"Kita ke gazebo yuk! Sudah mulai panas!' ajak Tiana.
Virgou sudah berlalu dari sana. Semua anak kembali menaiki mobil listrik dan menuju pantai. Para perusuh dewasa menuju banana boat dan sebagian menaiki paralayang.
"Sky mau paralayang!' pekik bocah itu.
"Sama Kakak Baby!" ajak Calvin.
Sky mengangguk antusias. Calvin tentu bisa mengendalikan salah satu alat olahraga ekstrim itu. Bahkan pemuda itu memiliki sertifikat internasional paralayang dan bisa menjadi instruktur.
"Satu ... dua ... tiga, lari!" teriak petugas setelah memasang pengaman pada Calvin.
"Huuwaaa!" teriak Sky kegirangan.
"Kakak tinggi banget!" lanjutnya berteriak.
"Jangan buka mulut lebar-lebar Baby!" peringat Cal.
"Kenapa kak!"
"Perutmu bisa kembung kebanyakan masuk angin!" kekeh Calvin.
Sky naik paralayang, Bomesh dan Arfhan tentu tak mau kalah. Dua bocah itu sama pemberaninya.
Exel menatap Dewi yang mengenakan pelampung. Gadis berambut pendek itu memilih banana boat bersama beberapa saudaranya.
"Hati-hati sayang!" peringat Bart kepada semua anak angkatnya.
"Iya Papa!" sahut empat puluh enam anak.
Empat anak angkat Bart sudah menikah. Tentu mereka tidak ikut. Bram menenangkan pria itu.
"Mereka sudah besar Dad,"
Bart menghela napas besar. Anggi adalah anak gadisnya yang paling besar di antara semuanya. Gadis itu sebentar lagi akan jadi dokter gigi.
"Mereka sudah besar dan aku sudah tua," ujarnya haru.
"Dad," peringat Bram tak menyukai perkataan pria gaek itu.
"Sudah ... jangan ingat umur, yang penting kita bahagia sekarang!" lanjut Bart lagi.
Sementara di gazebo. Para perusuh yang memang belum boleh naik banana boat dan para layang masih mengintrogasi Sukma.
Gadis cantik itu seperti tersangka duduk di pojok gazebo dengan para bayi yang menatapnya dengan keingintahuan yang tinggi.
"Oh sadhi Papa Tintin nanat dadun judha?" tanya Zora sok tau.
"Iya Baby," jawab Sukma yang akhirnya mengerti bahasa bayi.
"Teunapa mama Tintin butan nanat dadun judha?" tanya Zizam ingin tahu.
"Karena papa tinti cinta sama mama Tinti jadi mereka menikah," jawab Sukma.
"Oh beudithu!" angguk semua bayi sok tau.
"Ah ... pa'a nanat dadun pisa beunitah pama nanat sisilan?" tanya Izzat.
Sukma tentu tidak tau istilah nanat sisilan. Ia mengerutkan kening dalam-dalam. Dian hanya bisa menahan senyum. Tentu ia tak mau mengartikan apa nanat sisilan itu pada rekannya.
"Apaw pisa beunitah sama nanat fifiya!" sahut Xierra.
"Talo peutitu, atuh Pisa meunitah pama Tinti Susma," ujar Meghan mengedipkan matanya genit.
Andai Dahlan tau tingkah putranya. Ia pasti shock berat. Bahkan bayi tampan itu merayu gadis cantik yang terbengong-bengong dengan bahasa bayinya.
"Pahai Tinti yan syantit seulita, pahu tah empau peuldebaan ...."
"Peulpedaan Paypi!" ralat Maryam.
"Biyah matsutna ipu," sahut Meghan
"Ah ... atuh pupa tan bawu momon pa'a!" lanjutnya protes.
"Baaf Paypi. Soba lulani ladhi!" ujar Maryam menyesal.
"Tinti pahu tah empau peulpedaan buna pan pumban?" tanya Meghan mengulang.
Dian sudah merekam aksi menggombal Meghan. Ia akan mengirimkannya pada sang ibu Rahma atau ketuanya, Dahlan.
"Tinti tidak mengerti apa yang kau bicarakan baby," keluh Sukma tapi bibirnya menghias senyum lebar.
"Peulpedaanna apalah ... buna ipu Tinti pan atuh pumpan yan sisap madu," lanjut Meghan menggombal.
"Atuh sudha pisa!" sahut El Bara menyela.
"Tinti pahu tah euntau peulpedaan batahali pan pulan?" tanya bayi itu.
Sukma menggeleng, ia seperti mau menangis karena ia benar-benar tak mengerti bahasa bayi itu.
"Atuh atalah batahalimu sedan tamuh atalah pulan yan atuh telani patai sahaya tuh!" sambung El Bara.
"Wah ... inti waluwalu!" ujar Faza melihat titik bening jatuh di pelupuk mata gadis itu.
Bersambung.
Abi Dahlan ... Papa Dem ... anakmu membuat gadis waluwalu!
next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...