Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Kayaknya kakak Lo ga suka sama gue!", celetuk Cyara saat mereka sudah di mobil. Cyara memang mengajak Shaka pergi. Dan terpaksa Shaka memberikan kunci mobil itu pada abinya Ica.
"Kenapa Lo bisa nyimpulin kaya gitu? Miba baik sama semua orang Cya!", kata Shaka membela kakak sulungnya.
Mobil Cyara berhenti di sebuah traffic light. Tak ada sahutan apa pun dari Cyara. Gadis itu memandang sebuah masjid besar yang bersebelahan dengan tempat ibadahnya.
Shaka turut menatap ke arah sana. Entah kenapa tiba-tiba keduanya saling melempar pandangan dan menghela nafas bersamaan.
"Apa selamanya akan terus seperti ini, Cya?", tanya Shaka sambil memainkan jarinya di atas setir.
"Gue ngga tahu Ka!", jawab Cyara.
Keduanya pun kembali meneruskan perjalanan mereka menuju ke sebuah kafe yang ada di pinggiran kota. Cyara memang ingin ke sana. Mencari tempat yang nyaman untuk sekedar melepas penat.
Setibanya di kafe tersebut, keduanya memilih tempat yang cukup private. Suasana kafe cukup sepi. Mungkin karena sudah lewat jam makan siang.
"Pesan yang ini, ini, ini sama ini ya mas. Masing-masing dua porsi!", kata Cyara pada pelayan kafe itu.
"Siap kak, mohon di tunggu!", pamitnya. Tinggallah Shaka dan Cyara yang duduk di salah satu saung.
Cyara melepas sepatunya dan memasukkan kakinya ke kolam ikan koi. Shaka pun ikut duduk di samping Cyara.
Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Shaka. Kedua tangan mereka saling menggenggam seolah tak ingin di lepaskan.
"Kenapa Tuhan menghadirkan perasaan ini di antara kita jika pada akhirnya...kita tak bisa di satukan!", kata Cyara.
Shaka tak langsung menyahut. Tatapannya tertuju pada ikan-ikan yang berenang bebas di bawah sana.
Karena tak ada sahutan dari Shaka, Cyara menarik rahang Shaka hingga keduanya saling bertatap muka sangat dekat.
"Gue cinta sama Lo ,Ka! Tapi gue ngga bisa ninggalin Tuhan gue. Dan gue juga ngga bisa ngambil Lo dari Tuhan Lo!", kata Cyara sendu.
Shaka bisa melihat gadis berbulu mata lentik itu berkaca-kaca.
"Tuhan kita satu Cya, hanya kita saja yang berbeda !", kata Shaka yang berbicara di depan wajah Cyara nyaris tanpa jarak.
Entah siapa yang memulai, keduanya pun saling....tit.....sensor 😜
Aktivitas itu terhenti saat seorang pelayan mengucapkan kata permisi saat akan meletakkan pesanan Shaka dan Cyara.
Di luar sana, apa yang keduanya lakukan mungkin sudah hal biasa. Tapi tentu saja tidak di lingkungan ini.
"Ehem! Iya mas!", sahut Shaka. Ia mengajak Cyara mendekat ke meja untuk memulai makan siangnya yang cukup terlambat.
💜💜💜💜💜💜💜💜
Di kediaman Syam....
Anggota keluarga Syam dan Riang berkumpul di rumah mewah itu. Eyang dari Ica pun menghubungi sang cucu dan meminta maaf karena belum bisa pulang. Mungkin beberapa hari lagi setelah urusan di Jerman selesai, mereka baru bisa pulang.
Begitu juga dengan keluarga Shakiel. Dokter itu sedang sibuk dengan persiapan kelahiran putri keduanya. Jadi tidak memungkinkan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat.
"Kenapa tadi tante ngga ikut sekalian ke gedung!", protes Ica pada Ghalia. Padahal tantenya sudah me-make over dirinya dari subuh, eh ...malah tidak ikut ke gedung.
"Tante kan juga punya kewajiban ngurus om kamu ini ,Ca?!", kata Ghalia. Ia memeluk sang suami yang duduk di sebelahnya.
"Om Diaz kan bisa makan sendiri ,mandi sendiri ...ngurusin apaan coba??!", celetuk Ica.
"A ,nikahin aja nih anak aa! Biar tahu kaya apa tuh ngurusin suami!", kata Ghalia pada Abi nya Ica.
"Dih...Ica mah masih mau berkarir Tante. Emang tante, lulus SMA merit...walau pun habis itu lanjut sih."
"Apa yang salah sama nikah muda, Ca? Dengan nikah, kita bisa menghindari zinah!"
Obrolan Tante dan keponakan itu seakan tak ada habisnya. Apalagi, Shakilla putri dari Ghalia sedang berada di pondok pesantren. Tentu Ghalia ingin punya teman ngobrol yang satu server seperti Ica ini.
Acara tasyakuran pun selesai. Hanya tersisa keluarga ini Syam di rumah itu.
"Umi!", panggil Tata.
"Kenapa Ta?", tanya Umi.
"Kalo temen Tata main ke sini, boleh ngga?", tanya Tata. Riang mengernyitkan alisnya.
"Temen yang mana? Main ya tinggal main, kan?", tanya Riang balik.
Tata menggaruk lehernya. Gadis itu nampak salting.
"Temen apa temen? Pacar Tata kali, Mi!", ledek Ica. Tata memanyunkan bibirnya.
"Pacar?", abinya yang justru bertanya.
"Jangan marah dong Bi. Tata punya pacar tuh biar semangat ke sekolahnya! Ngga yang aneh-aneh kok. Kan Abi tau sendiri kalo jadwalnya pulang, Tata pulang tepat waktu. Ya kan Mi???", Tata memeluk uminya dari samping.
Abinya menggeleng pelan.
"Tata mah wadul, Bi! Tong percaya!", kata Ica.
"Ckkkk...kak Ica tuh, yang tadi habis di tembak sama siapa tadi...mas Galang...eh...Gilang? Yang mana sih? Ah ...pokokna mah kembarannya mba Gendhis! Mana pake acara minta waktu lagi!", celetuk Tata yang balas dendam.
Ica menganga tak percaya. Ia pikir tak ada yang mendengarnya selain ia dan Galang tadi.
"Yang ngasih hadiah buku itu?", tanya Abi. Ica yang tak bisa berbohong pada abinya hanya meringis.
"Tuh kan, Bi....???!", Tata merasa menang. Ica memanyunkan bibirnya. Ia kesal adiknya terlalu lemes.
"Eum...keliatannya Galang dewasa, padahal kalian seumuran ya?!", tanya Syam. Ica memicingkan salah satu matanya.
"Dia udah lulus kuliah juga? Apa udah kerja?",tanya Syam.
"Kok Abi mau tahu sih?", tanya Ica sedikit terdengar manja. Syam merangkul bahu putri sulungnya.
"Dia kerja dimana?", tanya Syam. Ica menenggelamkan kepalanya di pelukan abinya.
"Supir Bi!", jawab Ica. Syam mengernyitkan alisnya.
"Supir kereta heheheh!", lanjut Ica. Syam menggeleng pelan.
"Cuma emang dia telat kuliahnya, sibuk sama karir dan masa depannya dulu!", kata Ica.
"Tahu banget sih....??", ledek Tata.
"Sssttt...Tata!", umi memperingatkan si bungsu.
Ica menceritakan sedikit yang ia tahu tentang Galang. Tentu ia tahu dari kembaran Galang sendiri, Gendhis dan Gilang.
Mungkin terkesan salah, sebagai orang tua mereka membiarkan anak-anaknya berpacaran. Tapi selama mereka bisa menjaga diri, ya ...entah lah!
"Lalu kenapa Kak Ica ngga langsung jawab iya aja? Dia ngajak serius lho, kak!", kata Tata biang kompor.
"Apaan sih Ta. Udah ah...ngga usah bahas mas Galang terus! Ica mau istirahat deh, dah Abi! Umi!", kata Ica yang langsung berlari ke menaiki tangga.
"Kamu juga istirahat sana Ta!", pinta uminya.
"Tapi umi sama Abi belom jawab. Boleh ngga kalo temen Tata main?"
"Gimana Bi?", tanya Riang berpura-pura meminta persetujuan.
"Ngga!", jawab Abinya singkat.
"Owhh...ya udah deh!", kata Tata lesu.
"Ngga apa-apa maksudnya!", kata Syam. Tata seketika bersemangat menghambur ke abinya.
"Makasih Abi ku nu kasep tea...You are the best Abi in the world!", kata Tata girang. Abi dan uminya hanya mengangguk-angguk. Tata pun pamit ke atas untuk menyusul Ica beristirahat.
"Resiko jadi paling tampan di antara kalian bertiga ya Mi!", kata Syam narsis. Uminya hanya mengedikan bahunya.
"Yah...kok gitu sih ,Mi? Benar kan Abi yang paling tampan di keluarga kita???", tanya Syam. Tapi Riang justru menggeleng pelan.
"Ingat umur Bi, udah banyak! Ngga usah narsis!", kata Riang meninggalkan Syam lalu berjalan menuju ke kamarnya.
Bukannya marah, Syam justru terkekeh mendengar istrinya berbicara seperti itu.
💜💜💜💜💜💜💜
Shaka baru tiba di rumah saat semua penghuni rumah itu terbuai dalam mimpi. Tersisa Syam yang sedang menonton siaran boa di televisi.
Shaka cukup terkejut melihat kakak iparnya yang masih terjaga padahal hari sudah sangat larut.
"Assalamualaikum ,Abi!", sapa Shaka.
"Walaikumsalam!", jawab Syam tanpa menoleh pada adik iparnya tersebut.
Dengan perasaan tak enak hati, Shaka duduk di sofa single di samping Syam. Syam nampak acuh dengan kehadiran Shaka.
Shaka sadar, mungkin dirinya yang tak tahu diri. Sudah menumpang, tapi tidak mengikuti aturan.
"Eum...tadi Shaka habis pergi sama Cyara. Terus....?!''
Syam mengangkat tangannya agar Shaka tak melanjutkan ceritanya.
"Kamu sudah dewasa Ka. Bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Mana yang pantas dan tidak pantas. Abi tidak berhak mengatur-ngatur kehidupan kamu. Apalagi kamu laki-laki yang sudah dewasa."
Shaka menunduk dalam.
"Abi hanya berpesan. Akidah yang selama ini di ajarkan padamu, tolong jaga baik-baik!", kata Syam berdiri lalu menepuk bahu Shaka. Setelah itu melewati pemuda tersebut.
Tapi Syam menghentikan langkahnya sebelum benar-benar menuju ke kamarnya.
"Bagi yang masih hidup, akhirat hanya cerita. Dan bagi yang sudah mati dunia tinggal cerita! Semoga iman mu tidak goyah ,Shaka."
Shaka masih setia menunduk. Apa yang kakak iparnya katakan memang benar.
'Gue cinta sama Lo, Ka. Tapi gue ngga bisa ninggalin Tuhan gue. Dan gue juga ngga bisa ngambil Lo dari Tuhan Lo!'
Shaka mengusap kasar wajahnya. Setelah itu ia pun menuju ke kamar Ica yang ia huni saat ini.
Setelah membersihkan diri, ia pun melakukan kewajibannya yang mungkin sedikit terlambat karena malam sudah sangat larut. Tapi sebelum azan subuh berkumandang ,masih boleh kan???
💜💜💜💜💜💜💜
pengen bikin visual nya Ica, Shaka, Cyara, sama Habibah tapi belom nemu 😜😜😜
terimakasih 🙏🙏🙏🙏✌️✌️✌️☺️
kasian deh lo dianggap besti... 🤣🤣🤣🤣🤣
gilang said kena deh gue sama emak emak julid...
..