Jangan lupa Follow IG mommy ya sayang 😘
@Mommy_Ar29 😘🤗
Rehan Arya Pranata seorang pengusaha muda dan sukses yang memiliki paras tampan dan menawan namun terkesan angkuh dan dingin. Dia harus menanggung malu saat di hari pernikahanya ia mendapati sang kekasih malah tengah bercumbu mesra dengan sahabatnya.
Jenar gadis cantik nan periang, namun harus menjalani hari-hari yang begitu berat setelah kematian sang ayah, Jenar harus bertahan meski ia selalu di siksa dan dijadikan pembantu oleh sang ibu tiri dan kedua saudaranya.
Demi melarikan diri dari pengejarnya, Jenar masuk ke sebuah rumah besar dan menjadi pembantu tuan tampan.
Apa yang menantinya? Akankah kehidupan menyedihkannya berakhir atau cinta majikannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
Pagi hari ini tidak sepergi pagi biasanya, seluruh badan Jenar menggigil kedinginan mungkin karena efek kemarin pulang sekolah hujan hujanan terlalu lama. Sebenernya Jenar memiliki kondisi yang tidak terlalu kuat bila terlalu lama terkena air hujan. Bila dulu ada sang Bunda yang selalu mengomeli nya saat dia hujan hujanan dan merawatnya dengan Sayang, kini tak ada lagi yang peduli dengan nya. Ibu tirinya malah marah marah melihat Jenar yang lemas tak berdaya dan tetap memaksa Jenar untuk melakukan perkerjaan rumahnya serta memasak. Jenar tak punya pilihan lain, dengan kondisi yang sangat Jenar memaksa untuk bangun dan mulai memasak.
"Heh bangun, enak banget ya jam segini masih tidur. Gak lihat kamu matahari udah setinggi apaan? Apa kamu Fikir bahan bahan masakan itu bisa matang sendiri bila kamu hanya bermalas malasan disini hah!" Teriak Arini seraya menyiramkan segelas air ke wajah Jenar.
"Maaf Bu, ta tapi memang a aku lagi gak enak ba badan Bu, tolong Jenar sekali ini aja." Ucap Jenar lirih sambil menggigil.
"Hah, kamu fikir aku peduli hah! mau mati sekalian nyusul orang tua kamu itu malah lebih bagus," pekik Arini begitu menusuk di relung hati Jenar, kemana perginya sosok Ibu yang begitu lembut dan penyayang ini dulu, kenapa secepat itu ia berubah.
"Cepat bangun dan bereskan rumah, serta memasak. Aku ada urusan keluar sebentar, bila aku kembali dan kamu masih bermalas malasan, hemm siap siap kamu terima hukuman nya." Ucap Arini lalu pergi, ia tak betah berlama lama berada di kamar sumpek dan kumel milik Jenar, euhhh sungguh menjijikan' Batin Arini.
Jenar pun perlahan mulai beranjak dari tidur nya dan mulai membereskan rumah. Meskipun berkali kali ia harus berhenti dan istirahat serta menahan dingin di sekujur tubuhnya dan pusing yang melanda di kepalanya, namun ia berusaha sekuat mungkin untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sekuat kuat nya Jenar setangguh tangguh nya Jenar, ia tidak berani melawan ibu tiri nya itu, bukan tidak berani namun Belum berani.
Jenar bersumpah suatu saat nanti ia akan mengambil semua aset milik keluarganya dan mendepak Arini serta kedua saudara dari rumah ini. Namun kapan entahlah Jenar belum tau, yang ia tau saat ini Jenar harus berusaha menjadi orang sukses dulu baru ia bisa menyingkirkan Arini dan kedua anaknya.
Setelah perkejaan nya selesai Jenar kembali merebahkan tubuhnya dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal karena ia merasa semakin kedinginan. Baru ia mencoba memejamkan matanya sebuah teriakan dan sebuah benda melayang cantik tepat di wajahnya, Jenar pun membuka matanya dan melihat setumpuk baju di lemparkan kepadanya.
"Setrika sekarang karena gue mau pergi." Ucap Keysa ketus.
"Tapi kak, badan aku lagi sakit, aku lagi sakit, aku lelah kak." Kat Jenar memelas kepada Keysha.
"Lo pikir gue peduli hah! Gue gak mau tau lo setrika baju gue sekarang atau gue aduin ke Ibu kalau lo sekarang jadi pembangkang." Setelah mengucapkan itu Keysha pergi dari kamar Jenar.
"Ya Allah, mau sampai kapan semua ini akan berakhir hiks hiks, Ayah, Bunda Jenar kangen. Kenapa kalian tega ninggalin Jenar sendirian. Kenapa kalian tidak mengajak Jenar ikut bersama kalian hiks hiks." Jenar menangis sesegukan sambil menyetrika baju Keysa dengan badan yang bergetar menahan dingin dan pusing.
Karena tak kuat berdiri lama lama disaat kondisi seperti itu akhirnya Jenar jatuh pingsan di tempat dengan posisi setrika masih menempel pada Baju Keysa.
"ASTAGAAAA!" Pekik Khanza saat melihat kepulan asap di ruang setrika. "Ibuuuuuuu Kakaaaaaaa," teriaknya lagi kepada ibu dan kakak nya yang tengah menikmati makananya.
"Ada apa sih teriak teriak hem," ucap Arini lembut kepada Khanza.
"Itu lihat, Jenar mau bakar rumah ini," kata Khanza seketika Arini dan Keysa melihat ke arah aetrikaan yang sudah gosong dan hampir terbakar.
"Astaga! Dasar anak pemalas tak berguna, sialan, kamu mau ngebakar rumah ini hah!" Pekik Arini seraya menndang tubuh Jenar yang trlah tergeletak di lantai.
"Ibu baju aku gosongg, padahal mau aku pake untuk kuliah," kata Keysa mengadu kepada ibunya lantaran bajunya kini tengah hangus di tengah tengah.
Arini geram, ia segera melangkah kedapur mengambil air dan kembali menyiramkan tepat di wajah Jenar sehingga membuat Jenar kelabakan dan tersadar dengan kondisi semakin memprihatinkan.
"I Ibu," lirih jenar begitu lemah.
"Bangun kamu! Bangun! cuma di suruh nyetrika baju aja kamu gak pecus ya hah, dasar sampah tak berguna." Pekik Arini seraya terus menendangi tubuh Jenar. "Siapa suruh kamu merusak baju anak saya hah, dasar tak berguna."
"Ampun Bu, ampun hiks hiks Jenar tidak sengaja Bu, kepala Jenar pusing maafin Jenar Bu," ucap Jenar memohon dengan tangis.
"Kamu fikir aku peduli hah! dasar tidak berguna ayo pergi Sayang, kita tinggalin sampah itu," ucap Arini kepada kedua anak nya untuk pergi dari sana meninggalkan Jenar yang tengah menangis dengan pakaian badah kuyup.
"Mamp*s," kata Keysa sambil senyum mengejek.
"Huu emang enak di marahin Ibu wlee." Khanza juga ikut mengejek Jenar.
Seperginya Arini dan kedua anaknya, tangis Jenar semakin pecah. Ia sudah lelah dengan semua ini. Tapi bagaimana lagi bila ia menyerah sekarang, sama aja ia menyerahkan semua hasil kerja keras ayahnya ke tangan Iblis.
Jenar mulai membereskan tempat setrika itu lalu kembali ke kamar nya dan menangis lagi.
***Hidup itu berat, namun jangan jadikan beban,***
Bersambung lagi yaaa 😍💃💃