mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anger issue
Jacob berada di kamarnya bersama sang istri, dia tengah memikirkan bagaimana dirinya bertindak ke depannya.
"Sayang, sini." Jacob memanggil istrinya untuk duduk di sampingnya.
Adinda pun menurut, dia duduk di samping sang suami dan fokus pada wajahnya.
"Ehm begini, beberapa kali abang lihat kalau Aaron memang tidak suka dengan Zeva. Kita juga tidak bisa mengganti pengasuh, kamu tau kan bagaimana sulitnya kita dulu mendapatkan pengasuh yang cocok untuk si kembar?"
"Ya, aku tahu bang," ujar Adinda.
"Jadi, abang berniat membawa kalian pindah dari sini." Putus JAcob.
"Apa? bagaimana dengan mommy dan daddy? mereka pasti sedih," ujar Adinda.
Jacob menghela nafas pelan, kedua orang tuanya sedang pergi perjalanan bisnis. Besok mereka akan pulang, dan di saat itu Jacob akan meminta izin pada orang tuanya.
"Untuk sementara, Aaron benar-benar sudah lepas kendali. Tadi siang, Zeva selamat. Tidak tau lain kali, kondisi mental Aaron tidak baik-baik saja. Dia sendiri pun tidak mau sembuh," ujar Jacob menghela nafas kasar.
"Apa Anger issue Aaron semakin parah bang?"
Anger issue, merupakan sebuah masalah yang dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah marah, entah itu kepada orang lain ataupun diri sendiri. Jika gangguan tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan berpotensi menyebabkan penderitanya melakukan berbagai tindakan kekerasan, baik dalam bentuk fisik ataupun verbal.
"Bisa, hanya saja Aaron yang menolak dirinya sembuh. Dia merasa baik-baik saja, tapi kondisi saat ini bisa di katakan semakin parah. Dia sudah tidak bisa menahan emosinya, bahkan dia berniat mencelakai Zeva. Itu sudah keterlaluan." Geram Jacob.
4 tahun lalu, perubahan emosi Aaron begitu mencolok. Dia sering memarahi karyawannya dan juga orang yang sudah mencari masalah buatnya. Emosinya tak terkontrol, bahkan dia akan menyerang orang itu tak peduli dengan kelemahannya.
Jacob merasa ada yang tidak beres, dia pun meminta temannya yang seorang dokter psikiater untuk mengobati Aaron.
"Dokter Yunita berkata, jika penyakit Aaron karena rasa marah dan kecewa yang terbenam di hatinya. Pemicunya karena stress, sampai sekarang abang tidak tahu penyebab Aaron seperti itu. Apakah karena perceraian orang tuanya, ataukah masalah percintaan. Kita gak tau, apalagi mommy dan ayahnya bercerai saat dirinya masih belasan tahun,"
Adinda mengusap bahu suaminya, dia tahu perasaan Jacob. Walaupun Aaron bukanlah adik kandung Jacob, tapi Jacob sendiri sudah menganggap Aaron adalah adiknya.
"Dia hanya kekurangan kasih sayang, dia merasa di dunia ini tidak ada orang yang mencintainya. Setelah menikah, aku yakin dia akan bahagia," ujar Adinda.
"Justru itu yabg aku takutkan, aku takut setelah menikah dia kasar pada istrinya. Aku selalu membujuknya untuk ke psikiater agar dia sembuh, tapi dia selalu merasa dirinya baik-baik saja." Lirih Jacob.
"Abang sudah melakukan yang terbaik, aku yakin dengan cinta Aaron bisa sembuh." Adinda memeluk Jacob, dan pelukan itu di balas oleh suaminya
***
Pagi hari, Jacob menjalankan rencananya. Dia membereskan baju-baju dan du masukkannya ke dalam koper.
"Sayang, bilang pada Zeva untuk mengemasi baju si kembar." Pinta Jacob pada istrinya yang sedang menyisir.
"Baiklah," ujar Adinda.
Adinda pun pergi ke kamar si kembar, di lihatnya si kembar tengah bermain bersama Zeva di karpet.
"Zeva, kamu tolong bantu bereskan baju si kembar yah. Masukin ke dalam koper," ujar Adinda.
"Kita mau pergi kak?" Tanya Zeva.
"Iya, sementara kita tinggal di rumah orang tuaku dulu. Ayo Azka, Ariel. Bantu bibi siapkan bereskan barang kalian."
Ada rasa lega di hati Zeva, dengan begitu dirinya tidak lagi bertemu Aaron. Jujur saja, dia takut. Takut kalau Aaron menyakitinya, apalagi melihat kemarahan Aaron kemarin.
"Dengan begitu, aku hanya bertemu mas Aaron di persidangan saja." Batin Zeva.
Setelah membereskan barang bawaan, mereka pun turun ke lantai bawah.
"Kalian mau kemana?" Tanya Raihan yang baru saja pulang dari jogingnya.
"Kamu mau tinggal di rumah orang tua kakak iparmu dulu," ujar Jacob.
Raihan mengerutkan keningnya, netranya beralih menatap Aaron yang baru saja turun dari kamarnya dan berjalan menghampiri mereka.
"Apa karena soal kemarin?" Tebak Raihan.
Jacob melirik Aaron yang kini menatap Zeva, dia perhatikan tatapan Aaron pada Seva. Sementara Zeva, dia sibuk menggendong Ariel yang tak mau di turunkan.
"Abang dan keluarga abang akan berada di sana sampai, dia bisa menjaga emosinya." Sindir Jacob pada Aaron.
Aaron menatap balik Jacob dengan tatapan dingin, tak sedikitpun dia berniat untuk menjawab.
"Ayo Zeva, bawa si kembar ke mobil." Pinta Jacob.
"Bang, mommy sama daddy belum pulang. Aoa gak tunggu mereka aja?" Cegat Raihan.
Jacob menggeleng. "Malam nanti abang kembali kesini untuk membicarakan hak ini, dan mommy pasti akan mengerti," ujar Jacob.
Saat Zeva akan pergi, Aaron memegang tangannya. Adinda yang melihat itu seketika menepis tangan Aaron.
"Mau apa lagi kamu Aar!" Sentak Adinda.
"Aku ingin berbicara sama dia kak," ujar Aaron melirik Zeva yang beringsut mundur.
"Jangan vari masalah baru kamu! Ayo Zeva, kita masuk ke mobil. Gak usah pikirin dia," ujar Adinda dan segera merangkul Zeva pergi.
Jacob akan menyusul, sebelum itu dia memperingati adiknya.
"Apa hubunganmu dengan Zeva?" Tanya Jacob.
"Dia wanita yang tidak baik," ujar Aaron.
"Apa maksudmu? dia wanita yang baik, selama ini dia tidak melalukan hal yang aneh-aneh. Dia hanya bekerja sebagai pengasuh si kembar, dia menyayangi si kembar dengan tulus," ujar Jacob.
"Ubahlah pandanganmu pada wanita Aar, jangan kamu membenci semua wanita seperti itu. Jika kamu kecewa terhadap seorang wanita, kenapa harus wanita lain yang kena imbas nya?"
Setelah mengatakan itu, Jacob pergi dari sana. Aaron dan Raihan hanya menatap kepergian mobil Jacob dari ambang pintu utama.
"Jangan bohongin diri lo sendiri bang, gue udah bilang kan. Lo selalu membuka pintu masalah di hidup Lo. Lo terima pertunangan dengan putri Keluarga Rafassyah sementara hati lo untuk yang lain. Pesan gue, jangan sampai menyesal."
Raihan pun beranjak dari sana, Aaron hanya terdiam di tempat tanpa bisa berkata apapun.
***
Ting! Tong!
Cklek!
"Oh, Raihan?"
Ayla membuka pintu apartemennya, seseorang berdiri di depan apartemennya sambil memegang sebuah boneka besar.
"Gesel! gesel! gesel!!" Marsya menggeser kaki Ayla, dia penasaran siapa yang datang ke apartemen.
"Aa Lai!!" Seru Marsha.
Raihan menggeser sedikit boneka itu dan menatap Marsha dengan senyum mengembang.
"Hai cantik!" Seru Raihan.
"WOAAAHH!! BONEKANA BECAAALL KALII!!!"
Raihan tersenyum, dia menatap Ayla yang tengah menunduk sembari mengusap rambut Marsha.
"Boleh aku masuk?" Tanya Raihan.
"Oh, silahkan." Sambut Ayla.
Raihan pun masuk dengan membawa boneka itu, Marsha tidak sabaran meminta boneka yang ada di pelukan Raihan.
"Belikan belikan!! belikan ke Malcha!!" Rengek Marsha.
"Memangnya ini buat Marsha?" Iseng Raihan.
"Buat capa lagi? Aa nda boleh main boneka, nanti kaya popo belbi."
"Hahaha, yasudah. Ini, boneka yang cantik untuk anak yang cantik."
Raihan memberikan boneka itu pada Marsha, bocah itu menggendong boneka besar tersebut.
"Ma-lchaa ... bi ... iiicaaa koookk eeunghh!!"
Raihan khawatir saat Marsha membawa boneka itu, pasalnya wajah keponakannya itu seperti orang yang tengah mengejan.
"Kalau berat, biar Aa yang bawa sini." Linta Raihan.
"Ennnhh daaaa!! Maaallchaaa biiicaaa!!"
Akhirnya MArsha bisa membawa boneka itu menjauh dari ruang tamu, Raihan dan Ayka hanya bisa terkekeh dengan tingkah lucu keponakan mereka.
"Lucu yah," ujar Raihan.
"Uya, dia sangat menggemaskan." Sahut Ayla.
"Anak kita pasti bakalan lucu juga,"
"Haha iya. EH?!"
Keduanya saling menatap dengan keterkejutan, rasanya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.
"Ehm ... ehm maksudnya bu-bukan ...,"
"AAAAA!! INI MATANA NAPA COPOT?!!! BELUM MALCHA COLOK MATANA INI LOOOHH!!"
*****
Jangan lupa like, dan komennya🥰🥰🥰
lucu banget daah...
syedih nih kayanya..
perlu bawa kanebo kering gak yaaaah
K E R E N !!!!