Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Setelah guru Biologi keluar kelas, Melly, Vina, dan Rita segera mengerubungi Intan. Sedari tadi pagi mereka sudah tidak sabar untuk segera menginterogasi Intan.
"Udah ngapain aja?" tanya Vina dengan bersemangat.
"Maksudnya?" tanya Intan balik seraya mengerutkan keningnya.
"Sama suami kamu!" jelas Rita yang sudah pasti tahu ke arah mana pertanyaan Vina.
"Sssssttttt! Jangan keras-keras!” ujar Intan sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.
“Nanti yang lain pada tahu. Ini hanya rahasia kita berempat, oke?" sambung Intan dengan berbisik.
Ketiga temannya pun menganggukkan kepalanya secara bersamaan lalu menyatukan jempol dan jari telunjuk mereka menandakan OK.
"Yuk ke kantin dulu. Udah lapar nih. Nanti keburu bel masuk malah nggak makan kita," ajak Melly. Yang lain pun setuju.
Sesampainya di kantin, seperti biasa Adit menghampiri Intan.
"Kamu kenapa nggak masuk tiga hari, Ntan?" tanya Adit dengan rasa khawatir. Ia mengira Intan sakit karena sebelumnya Intan juga mengeluh tidak enak badan. Apalagi Intan tidak membalas pesan dan mengangkat telepon darinya.
"Mm … aku ... aku diajak bapak menjenguk temannya yang sakit di rumah sakit luar kota, Dit," jawab Intan dengan gugup.
"Kenapa aku telepon nggak diangkat?" tanya Adit lagi.
"Ada Bapak. Aku takut dimarahi, Dit. Kamu ‘kan sudah tahu, aku dilarang Bapak pacaran selama masih sekolah," balas Intan menjelaskan kembali alasan dia tidak berani dekat dengan laki-laki manapun.
"Iya, aku paham. Aku akan tetap menunggumu, Ntan," ujar Adit dengan tersenyum.
"Dit ..., mendingan kamu jangan nunggu aku. Kamu bebas pacaran dengan yang lain," balas Intan menyarankan.
Intan tahu bahwa pernikahannya dengan Ricko berlaku hanya satu tahun saja, tapi kemarin ia juga mendengar Pak Bambang meminta Ricko berjanji untuk tidak menceraikannya. Ia tidak tahu bagaimana akhir dari pernikahannya ini.
"Tapi, aku hanya menyukaimu, Ntan. Aku akan sabar menunggumu ...," balas Adit dengan sungguh-sungguh. Ia sangat yakin sebentar lagi akan bisa segera berpacaran dengan Intan karena beberapa bulan lagi mereka akan lulus SMA. Otomatis Intan akan diizinkan berpacaran sama bapaknya, pikir Adit.
*
Siang hari, saat Intan pulang dari sekolah, ia sudah tidak menemukan Ricko di rumahnya. Ia merasa lega, akhirnya ia bisa bebas seperti biasa di rumahnya.
Bu Romlah masuk ke kamar Intan yang pintunya terbuka. Ia menghampiri Intan yang sedang berbaring di tempat tidurnya.
"Kamu kemarin ngapain aja sama Ricko, Ntan?" tanya Bu Romlah sambil duduk di tepi tempat tidur Intan.
"Nggak ngapa - ngapain, Bu. Kemarin Intan masak di rumahnya Mas Ricko. Terus ikut ke kantornya. Sorenya ke rumah sakit menjenguk Pakde Bambang terus pulang ke sini," jawab Intan jujur.
"Berarti kalian bersama terus kan, ya? Lalu kenapa nggak tukeran nomor ponsel?" tanya Bu Romlah heran dengan kedua orang ini.
"Oh iya, Intan baru ingat kalau belum punya nomor ponselnya Mas Ricko. Hahaha. Ibu kok tahu?" tanya Intan balik dengan menyelidik.
"Tadi sebelum pergi, Ricko minta nomor ponsel kamu. Oh iya, Ntan, rencananya kamu mau tinggal di sini apa pulang ke rumah Ricko?" tanya Bu Romlah ingin tahu.
"Nggak tahu, Bu. Pengennya Intan sih tetap tinggal di sini. Ada bapak sama ibu dan Johan (adiknya Intan) juga. Intan juga masih sekolah. Rumahnya Mas Ricko itu besar, Bu, tapi nggak ada penghuninya. Intan takut kalau ditinggal sendirian di rumah itu," jawab Intan.
"Ya sudah. Terserah kamu saja, Ntan. Kamu diskusikan dulu sama Ricko. Sekarang dia suami kamu. Kalau kalian mau tinggal di sini juga nggak apa-apa," pungkas Bu Romlah sambil berdiri lalu meninggalkan Intan yang beristirahat siang.
***
Visual Aditya Rizki