NovelToon NovelToon
Sekretaris "Ngegas"

Sekretaris "Ngegas"

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Zaraaa_

Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Sepatu Kets vs. Sepatu Pantofel

Hari kedua Alya di Albert Group dimulai dengan penuh semangat. Seperti biasa, ia mengenakan sepatu kets kesayangannya yang warna-warni, kali ini dipadukan dengan rok midi hitam dan blus putih polos. Penampilannya yang ceria membuatnya terlihat menonjol di antara karyawan lainnya yang kebanyakan berpakaian formal.

Pagi itu, seperti biasa, ia datang lebih awal. Setelah menata mejanya, ia langsung bersiap menyelesaikan tugas-tugas administratif yang sudah tertunda sejak kemarin. Namun, ia segera terganggu oleh suara langkah sepatu hak tinggi yang mendekat.

"Alya," panggil Ibu Ratna, kepala divisi administrasi, dengan suara tegas.

Alya mendongak dan menyambut wanita itu dengan senyum ramah. "Selamat pagi, Ibu Ratna. Ada yang bisa saya bantu?"

Ibu Ratna memandang Alya dari ujung kepala hingga ujung kaki, berhenti lama di sepatu ketsnya. "Saya ingin membicarakan penampilan Anda."

"Penampilan saya?" tanya Alya, sedikit terkejut.

"Ya," jawab Ibu Ratna tegas. "Sepatu itu, Alya. Saya sudah memperingatkan Anda kemarin. Sepatu kets tidak pantas untuk lingkungan kerja seperti ini. Kita di Albert Group harus menjaga citra profesional."

Alya mengerutkan kening sejenak, tetapi dengan tenang ia menjawab, "Tapi, Ibu Ratna, sepatu ini sangat nyaman dan mendukung saya bekerja dengan cepat. Saya sering harus mondar-mandir mengurus keperluan Pak Albert. Dengan sepatu ini, saya bisa lebih efisien."

Ibu Ratna mendesah panjang. "Efisiensi itu penting, tetapi penampilan juga sama pentingnya, Alya. Anda adalah sekretaris pribadi CEO. Semua orang memandang Anda sebagai representasi perusahaan."

Alya tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. "Saya mengerti, Bu. Tapi saya yakin Pak Albert lebih fokus pada hasil kerja saya dibandingkan sepatu yang saya pakai."

"Anda terlalu percaya diri," balas Ibu Ratna, menyipitkan mata. "Jangan sampai keyakinan Anda itu menjadi bumerang. Ini peringatan terakhir saya."

Alya hanya mengangguk sopan. Setelah Ibu Ratna pergi, ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak ingin terlalu memikirkan komentar tersebut, apalagi hari itu jadwalnya padat.

---

Sekitar pukul sembilan pagi, David Albert memasuki kantor dengan setelan jas rapi dan ekspresi yang seperti biasa—dingin dan sulit ditebak. Tatapannya segera jatuh pada Alya yang sibuk mengetik di meja kerjanya.

"Alya," panggil David tanpa basa-basi.

Alya langsung berdiri. "Ya, Pak Albert. Ada yang bisa saya bantu?"

David berjalan ke meja kerjanya dan meletakkan tas kulit hitamnya dengan tenang. "Saya butuh laporan revisi untuk proyek Diamond Star sekarang."

"Baik, Pak. Laporan itu sudah saya siapkan pagi ini," jawab Alya sambil mengambil dokumen dari mejanya. Ia menyerahkannya dengan hati-hati.

David menerima dokumen tersebut tanpa menatapnya. Namun, saat Alya hendak kembali ke mejanya, ia mendengar suara dingin itu lagi.

"Alya."

Ia berbalik. "Ya, Pak?"

David menatap sepatu kets Alya dengan alis yang sedikit terangkat. "Sepatu itu—"

Alya langsung merasa darahnya berdesir. Namun, ia tetap menjaga ekspresinya tetap tenang. "Ada yang salah dengan sepatu saya, Pak?"

David mengangguk pelan, masih dengan tatapan tajamnya. "Tidak sesuai dengan dress code kantor. Tapi, jika Anda merasa sepatu itu membuat Anda lebih produktif, saya tidak akan melarangnya... untuk saat ini."

Alya menghela napas lega. "Terima kasih, Pak. Saya pastikan produktivitas saya tidak akan mengecewakan Anda."

David tidak menjawab. Ia kembali fokus pada dokumen di tangannya, meninggalkan Alya yang tersenyum kecil sebelum kembali ke mejanya.

---

Hari itu berlalu dengan cepat. Alya berhasil menyelesaikan berbagai tugas, termasuk mengatur jadwal rapat David dan menyiapkan bahan presentasi untuk pertemuan dengan investor. Ia bekerja dengan cekatan, berlari ke sana kemari di antara meja dan printer.

Namun, sebelum jam makan siang, insiden kecil terjadi. Saat Alya sedang membawa setumpuk dokumen ke ruang arsip, ia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang karyawan junior. Tumpukan dokumen itu jatuh berserakan di lantai.

"Oh, maaf!" seru pria itu, buru-buru membantu Alya mengumpulkan dokumen.

"Tidak apa-apa," jawab Alya sambil tersenyum. "Untung saya pakai sepatu kets. Kalau sepatu pantofel, mungkin saya sudah terjatuh tadi."

Pria itu terkekeh. "Sepatu Anda memang menarik perhatian. Saya pikir Anda sangat percaya diri memakainya di kantor seperti ini."

Alya tertawa kecil. "Saya pikir selama saya bekerja dengan baik, sepatu seharusnya bukan masalah besar."

Setelah semua dokumen terkumpul, Alya kembali ke meja kerjanya. Namun, ia merasa beberapa pasang mata mengawasinya, termasuk tatapan dingin Ibu Ratna dari kejauhan.

---

Sore harinya, David memanggil Alya ke ruangannya lagi. Ia duduk di kursinya, memandangi layar laptop dengan dahi berkerut.

"Alya, bahan presentasi ini sudah lengkap?" tanyanya.

"Sudah, Pak. Semua poin penting sudah saya masukkan, termasuk data terbaru dari tim pemasaran," jawab Alya sambil menunjukkan beberapa file di laptopnya.

David membaca sekilas lalu mengangguk. "Bagus. Presentasi ini sangat penting untuk investor kita. Pastikan semuanya berjalan lancar."

"Tentu, Pak. Saya akan memastikan semuanya siap," balas Alya.

David memperhatikan Alya sejenak, lalu berkata, "Dan satu hal lagi. Saya melihat Anda sangat gesit hari ini. Jika itu berkat sepatu Anda, saya tidak akan mempersoalkannya untuk sekarang. Tapi, jika saya merasa Anda mulai mengabaikan citra profesional perusahaan, saya tidak akan ragu untuk mengambil tindakan."

Alya menahan senyum. "Terima kasih atas pengertiannya, Pak. Saya akan terus menjaga keseimbangan antara efisiensi kerja dan citra profesional."

David hanya mengangguk, lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Sementara itu, Alya keluar dari ruangan dengan perasaan campur aduk—antara lega dan sedikit waspada.

---

Saat jam kerja berakhir, Alya menyadari bahwa ia telah melalui hari yang cukup panjang. Namun, meski ada beberapa teguran tentang penampilannya, ia tetap merasa bangga karena berhasil menyelesaikan semua tugasnya dengan baik.

Di lift, saat hendak pulang, ia bertemu Ibu Ratna lagi. Wanita itu memandang Alya dengan pandangan tidak puas.

"Alya," katanya singkat, "saya harap besok Anda datang dengan sepatu yang lebih pantas."

Alya hanya tersenyum tipis. "Baik, Bu. Saya akan mempertimbangkannya."

Namun dalam hatinya, Alya tahu bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja. Baginya, yang terpenting adalah kenyamanan dan hasil kerja yang maksimal. Dan untuk saat ini, sepatu ketsnya masih menjadi pilihan terbaik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!