Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Warna Favorit & Kode Rahasia
Alya melangkah ke kantor dengan senyum kecil di wajahnya, mengenakan kemeja hijau muda yang sudah menjadi sinyal rahasia untuk David. Hari itu terasa sedikit lebih cerah, meskipun pekerjaan menumpuk di mejanya. Alya menatap sekitar ruangan, mencari-cari David dengan mata, hingga akhirnya ia melihatnya di meja kerjanya, fokus dengan laporan yang sedang ia kerjakan.
David menatapnya sesaat setelah Alya masuk, dan senyum tipis muncul di wajahnya. Ia segera menunduk, berusaha agar tak ada yang curiga di antara rekan kerja mereka yang sedang sibuk di sekitar mereka. Alya memandangi David dengan mata yang penuh arti, sementara David, meskipun sibuk, merasa jantungnya berdegup lebih cepat melihat warna hijau yang dikenakan Alya.
“Alya,” David akhirnya memecah keheningan, suaranya sedikit gugup, seperti biasa ketika mereka berkomunikasi dalam diam. "Kau terlihat segar sekali hari ini."
Alya tertawa pelan. “Terima kasih, David. Aku merasa segar juga.”
David mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Baiklah, kita bertemu di kantin pada jam istirahat."
Alya mengangguk, merasa bahagia bahwa David sudah memahami kode rahasia mereka. Ia kembali ke mejanya dengan perasaan yang lebih ringan, meskipun tumpukan dokumen masih menunggu untuk diselesaikan.
Beberapa jam berlalu, dan jam istirahat akhirnya tiba. Alya berjalan ke kantin, matanya mencari sosok David di antara keramaian karyawan lainnya. Ketika ia melihat David duduk di meja sudut dekat jendela, hatinya berdebar lebih cepat. David sudah menunggu dengan setia. Tanpa ragu, ia menghampiri meja itu, duduk di hadapan David, dan mereka saling tersenyum.
"Jadi, bagaimana pekerjaanmu?" tanya David sambil menuangkan air ke gelas mereka.
"Ada banyak yang harus diselesaikan," jawab Alya dengan santai, "Tapi setelah melihat kamu di sini, rasanya semua jadi lebih mudah."
David tertawa kecil, menatap Alya dengan penuh perhatian. "Kau tahu, kode rahasia kita ini cukup efektif."
Alya mengangguk, senyum tipis di wajahnya. “Iya, kita bisa berkomunikasi tanpa kecurigaan dari siapa pun di sekitar kita. Rasanya seperti ada dunia kita sendiri.”
David tersenyum, matanya berkilat. "Dan ini jauh lebih romantis daripada mengirim pesan singkat sembunyi-sembunyi."
Alya tertawa, merasakan hangatnya kebersamaan mereka. Mereka duduk di sana, menikmati makan siang dengan penuh keceriaan, bercerita tentang hal-hal kecil yang terjadi di sekitar mereka. Meskipun kantor mereka sibuk, ada perasaan nyaman yang mengisi ruang di antara mereka.
Ketika jam istirahat hampir berakhir, mereka berdua beranjak dari meja, berjalan keluar bersama dengan langkah ringan. Namun, pada sore hari, giliran David yang mengenakan kode rahasia mereka. David mengenakan dasi biru tua yang menjadi sinyal bahwa ia ingin mengajak Alya makan malam setelah jam kerja.
Alya, yang sedang berjalan menuju mejanya, melihat David dari kejauhan dan langsung tersenyum. Ia tahu, malam ini akan menjadi malam yang spesial. Tidak ada kata-kata, hanya sebuah pandangan yang penuh pengertian. Mereka berdua melanjutkan pekerjaan mereka, namun perasaan mereka sudah mulai lebih hangat dari sebelumnya.
Setelah jam kerja selesai, David mendekati meja Alya, mengangguk pelan sebagai isyarat. "Alya, apakah kau ingin makan malam bersama saya?"
Alya menatapnya dengan senyum lebar, merasa senang sekali. "Tentu, David. Aku senang sekali."
Mereka berdua berjalan keluar dari kantor, menuju restoran Italia favorit mereka. Ketika mereka masuk ke restoran, suasana langsung terasa lebih intim. Lampu-lampu redup dan musik lembut yang mengalun menambah kehangatan di antara mereka. Aroma makanan Italia yang khas membuat perut mereka keroncongan, tetapi yang lebih penting adalah suasana yang tercipta di meja mereka.
"David," kata Alya setelah beberapa saat menikmati makanan mereka, "Terima kasih sudah mengajakku makan malam. Suasana seperti ini sangat menyenangkan."
David memandang Alya dengan penuh kasih, sedikit tersenyum. "Aku senang kau suka. Aku ingin kita bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama, di luar kantor."
Alya tersenyum lebar. "Aku juga, David. Rasanya, setiap saat yang kita habiskan bersama itu sangat berarti."
David menatap Alya dengan tatapan yang lebih dalam, seolah ingin memastikan dirinya. "Alya, aku punya satu pertanyaan untukmu," kata David dengan suara yang lebih serius.
Alya menatapnya dengan penasaran. "Apa itu?"
David mengambil napas dalam-dalam. "Apakah kau pernah berpikir tentang menikah?" tanyanya, dengan sedikit keraguan.
Alya terdiam, mendengar pertanyaan itu, pikirannya sempat melayang. Ia tidak menyangka David akan mengajukan pertanyaan itu begitu cepat. Namun, di dalam hatinya, ia tahu jawabannya.
"David..." Alya mulai berbicara dengan suara lembut, matanya berbinar. "Saya… saya sudah berpikir tentang itu." Ia berhenti sejenak, menatap David dengan penuh kehangatan. "Dan saya ingin menikah denganmu."
David terdiam, matanya berbinar, wajahnya penuh kebahagiaan. "Alya..." kata David dengan lembut, "Aku juga ingin menikah denganmu. Aku ingin membangun hidup bersama, melewati segala tantangan yang ada, dan menjadikan setiap hari lebih berarti."
Alya merasakan hatinya berdebar, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Saya sangat senang mendengarnya, David," katanya dengan suara penuh kebahagiaan.
David menggenggam tangan Alya dengan lembut, matanya tidak pernah lepas dari wajah Alya. "Aku berjanji akan selalu ada untukmu, Alya. Bersama, kita bisa menghadapi segalanya."
Suasana malam itu terasa semakin hangat, dan meskipun restoran penuh dengan orang-orang, dunia seakan hanya milik mereka berdua. Mereka berbicara lebih banyak tentang masa depan, merencanakan langkah-langkah kecil yang akan membawa mereka lebih dekat satu sama lain. Setiap kata yang keluar dari mulut mereka terasa begitu berarti, seperti sebuah janji yang tak terucapkan tetapi sangat jelas.
Malam itu, mereka berdua tahu bahwa hubungan mereka telah mencapai tahap yang lebih serius, dan ada banyak kebahagiaan yang menanti mereka di masa depan. Kode rahasia mereka mungkin hanya sekadar permainan kecil di kantor, tapi itu menjadi simbol dari hubungan yang semakin berkembang, penuh cinta dan pengertian.