Veltika Chiara Andung tak pernah membayangkan hidupnya akan jungkir balik dalam sekejap. Di usia senja, ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang perempuan misterius yang memiliki anak lelaki bernama Denis Irwin Jatmiko. Namun, tak ada yang lebih mengejutkan dibanding fakta bahwa Denis adalah pria yang pernah mengisi malam-malam rahasia Veltika.
Kini, Veltika harus menghadapi kenyataan menjadi saudara tiri Denis, sambil menyembunyikan kebenaran di balik hubungan mereka. Di tengah konflik keluarga yang rumit, masa lalu mereka perlahan kembali menyeruak, mengguncang hati Veltika.
Akankah hubungan terlarang ini menjadi bumerang, atau malah membawa mereka pada takdir yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEO VS CEO
Veltika terkejut mendengar penjelasan pria di depannya. Ia menatapnya lebih lama, mencoba mencerna kata-kata yang baru saja disampaikan. Ternyata, pria yang tampak begitu profesional ini bukan hanya kolega biasa—dia adalah utusan dari perusahaan keluarga Jatmiko, yang bergerak di bidang pembangunan apartemen dan cluster. Namun yang lebih mengejutkan lagi, perusahaan yang dulu dikelola oleh ayahnya kini berada di bawah kepemimpinan Denis, adik tirinya yang baru ia kenal beberapa waktu lalu.
"Denis yang kini memimpin perusahaan Jatmiko?" Veltika bertanya, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar. "Aku tak menyangka."
Pria itu mengangguk dengan senyum penuh pengertian. "Ya, benar. Denis sekarang menjadi CEO perusahaan keluarga Jatmiko. Kami di sini untuk memastikan hubungan antara dua perusahaan keluarga ini berjalan lancar, dan kami ingin menggandeng perusahaan Anda dalam beberapa proyek pembangunan yang akan datang."
Veltika merasa seolah ada dinding yang tiba-tiba menghalangi pikirannya. Denis, yang selama ini hanya ia kenal sebagai anak dari ibu tirinya, kini menduduki posisi yang sangat penting dalam perusahaan besar tersebut. Meski hubungan mereka semakin rumit, tidak bisa dipungkiri bahwa ini adalah kesempatan besar yang datang dari arah yang tak terduga.
"Jadi, apa yang Anda ingin saya lakukan?" tanya Veltika akhirnya, berusaha untuk tetap profesional meski perasaannya sedikit tercampur aduk.
"Denis ingin Anda terlibat langsung dalam proyek besar kami," jawab pria itu. "Tapi bukan hanya sekadar sebagai mitra. Kami berharap Anda bisa berkolaborasi dalam hal desain interior untuk proyek-proyek apartemen dan cluster kami. Kami percaya, dengan pengalaman Anda, Anda bisa membawa nuansa baru yang segar bagi perusahaan kami."
Veltika terdiam, mencerna tawaran itu. Di satu sisi, ini adalah peluang besar untuk mengembangkan kariernya. Di sisi lain, ia merasa ada ketegangan yang tidak bisa ia hindari. Denis, adik tirinya yang baru saja muncul kembali dalam hidupnya, kini menjadi bagian dari dunia profesional yang harus ia hadapi.
"Saya perlu waktu untuk memikirkannya," kata Veltika akhirnya, menatap pria itu dengan penuh pertimbangan. "Namun, saya akan memberi tahu keputusan saya dalam beberapa hari ke depan."
Pria itu tersenyum. "Tentu, kami menghargai waktu Anda. Denis juga menunggu keputusan Anda dengan sabar."
Saat pria itu meninggalkan ruangannya, Veltika duduk sejenak di kursinya, merasa seperti berada di persimpangan jalan. Proyek ini bisa jadi peluang besar, tetapi melibatkan Denis di dalamnya berarti ia harus menghadapi ketegangan yang selama ini ia coba hindari. Apa yang akan dipilihnya?
Veltika duduk di kursinya dengan tatapan kosong, masih terkejut oleh apa yang baru saja ia dengar. Pikiran-pikirannya berlarian, berusaha mencerna informasi yang datang begitu mendalam. Denis, dengan sikap dan penampilannya yang sering kali tampak kekanak-kanakan dan sembrono, kini duduk di kursi kepemimpinan perusahaan besar yang dulu dikelola oleh ayahnya. Bagaimana bisa seorang lelaki seperti itu memimpin perusahaan yang mengelola proyek besar dan berisiko tinggi?
"Begajulan," gumam Veltika dalam hati, mengingat cara Denis yang selalu ceroboh, sering kali mengabaikan keseriusan situasi. Namun, kenyataan berbicara lain. Denis, dengan segala kebebalan dan kepolosannya, berhasil menembus batas-batas yang sebelumnya ia pikir hanya bisa dijangkau oleh mereka yang lebih berpengalaman, lebih serius, dan lebih profesional.
Veltika tersenyum miris. Ia tidak bisa memungkiri bahwa Denis, meski tampil dengan wajah yang seringkali menunjukkan keceriaan berlebihan dan keinginan untuk tidak terlalu dianggap serius, ternyata memiliki ketajaman dan kecerdikan yang tak tampak di permukaan. Mungkin di balik sikap tidak pedulinya, Denis memiliki visi yang jauh lebih tajam, yang mampu menavigasi perusahaan sebesar Jatmiko.
Tetapi, bagi Veltika, segala hal yang berkaitan dengan Denis selalu membuat hatinya berdebar cemas. Seperti sebuah ironi yang rumit, di mana takdir mempertemukan mereka bukan hanya di ruang pribadi sebagai saudara tiri, tetapi kini di dunia profesional yang sama sekali berbeda. Veltika merasakan ketegangan yang semakin membesar, antara rasa hormat yang harus ia tunjukkan sebagai sesama profesional dan kebingungan emosional yang selalu muncul setiap kali Denis terlibat dalam hidupnya.
Mungkin, Denis tidak hanya mengejutkannya dengan pencapaian di dunia bisnis, tapi juga dengan kenyataan bahwa dunia mereka kini saling berinteraksi dalam cara yang lebih nyata dan tak terelakkan.
***
Denis duduk di ruang rapat yang luas, matanya terfokus pada layar komputer yang menampilkan dokumen-dokumen perusahaan. Namun, pikirannya melayang jauh, menyusuri jalan-jalan yang sudah ia rencanakan dengan sangat hati-hati. Semua ini bukan kebetulan. Setiap langkah yang diambil, setiap keputusan yang dibuat, sudah dihitung dengan cermat.
Sejak pertama kali Caroline menikah dengan Andung Bramanta, Denis tahu bahwa ini adalah kesempatan emas baginya. Ia mengenal Andung, mengenal latar belakang keluarganya, dan tentu saja, ia tahu betul posisi Veltika di dalam kehidupan keluarganya. Tapi Denis tak hanya melihat kesempatan dalam hubungan keluarga yang terjalin. Lebih dari itu, ia melihat potensi yang sangat besar untuk mengamankan posisi yang lebih kuat di dunia bisnis.
Dengan sangat hati-hati, Denis mulai merencanakan semuanya. Ia meminta kakeknya, Anjas Jatmiko, untuk memberikan proyek besar yang melibatkan perusahaan keluarga Jatmiko. Proyek itu bukan hanya tentang keuntungan finansial, tetapi tentang memposisikan dirinya dalam keluarga ini, membuktikan bahwa ia bukan lagi sekadar adik tiri yang bisa dianggap sebelah mata. Ia ingin mendapatkan pengakuan dari orang-orang besar seperti Andung Bramanta, dan lebih dari itu, ia ingin menunjukkan pada Veltika bahwa ia lebih dari sekadar pria yang bisa diabaikan.
Selama ini, Denis mengetahui bagaimana Veltika berjuang keras untuk mempertahankan perusahaannya di bidang desain interior. Namun, ia juga tahu betul bahwa Veltika memiliki kesulitan dalam menghadapi kenyataan keluarganya. Terlebih lagi, hubungan antara Andung Bramanta dan Caroline yang semakin rumit, membuat Denis semakin yakin bahwa dirinya harus berada di posisi yang lebih kuat untuk mempengaruhi jalannya hubungan tersebut.
Namun, meski terlihat seperti permainan catur yang dipikirkan matang-matang, Denis juga tahu ada risiko besar yang terlibat. Meskipun ia sudah merencanakan segalanya dengan hati-hati, ia masih harus menghadapi kenyataan bahwa Veltika bukanlah orang yang mudah ditaklukkan. Hubungan mereka yang rumit, yang dipenuhi dengan perasaan tumpang tindih, akan menjadi hambatan besar jika ia tidak berhati-hati. Tetapi bagi Denis, itu semua hanyalah bagian dari permainan besar yang harus dimenangkannya.
Sekarang, dengan proyek besar ini di tangan, Denis tahu bahwa takdirnya dan Veltika akan saling bertabrakan dengan cara yang lebih intens. Ia sudah memutuskan untuk tidak hanya sekadar menjadi bagian dari keluarga ini, tetapi untuk menguasai ruang yang selama ini ia anggap miliknya dan semua itu dimulai dari sini, dari proyek besar yang bisa membuktikan siapa dirinya sebenarnya.