Gara, cowok dengan semangat ugal-ugalan, jatuh cinta mati pada Anya. Sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan. Dengan segala cara konyol, mulai dari memanjat atap hingga menabrak tiang lampu, Gara berusaha mendapatkan hati pujaannya.
Tetapi setiap upayanya selalu berakhir dengan kegagalan yang kocak. Ketika saingan cintanya semakin kuat, Gara pun semakin nekat, bahkan terlibat dalam taruhan konyol.
Bagaimana kekocakan Gara dalam mengejar cinta dan menyingkirkan saingan cintanya? Akankah Gara mendapatkan pujaan hatinya? Saksikan kisah cinta ugal-ugalan yang penuh tawa, kejutan, dan kekonyolan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Sabotase Kejutan Romantis Berakhir Tragis
Di sore yang hangat, Yoyok kembali ke warung kopi Mas Jon dengan wajah sumringah dan penuh keyakinan. Gara yang sedang menunggu di sana langsung menegakkan tubuh, penasaran dengan berita apa yang akan dibawa Yoyok kali ini.
"Gue dapet info, Gar!" kata Yoyok sambil duduk, mencondongkan tubuhnya ke arah Gara seperti agen rahasia. "Kabar dari sumber yang ... ehm, agak nggak jelas, tapi katanya Dion bakal ngasih Anya bunga sama coklat abis kelas nanti."
Gara terkejut. "Wah, ini nggak bisa dibiarkan, Yok! Lo yakin info ini bener?"
Yoyok mengangguk serius, walau sumbernya nggak jelas, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa informasi itu benar. “Pokoknya, kita nggak boleh kasih Dion kesempatan buat tampil romantis!”
Gara langsung bangkit dari kursi, penuh semangat. “Bener! Kita harus cepet ambil tindakan. Apa rencana lo?”
Yoyok tersenyum licik. "Gampang! Kita bakal sabotase hadiahnya. Gue tau Dion udah siapin bunga segar dan coklat mahal. Tapi ... kita bisa ganti!"
Gara menatap Yoyok dengan alis berkerut. “Ganti? Maksud lo, gimana?”
Yoyok beranjak berdiri, lalu menepuk pundak Gara. "Yuk, kita ke kampus, ntar elu bakal tahu," ucap Yoyok, lalu mereka keluar dari warung, bergegas pergi ke gudang peralatan teater kampus.
Darto, yang sedari tadi mendengarkan dengan seksama dari balik meja barista warung kopi Mas Jon, hanya bisa menghela napas panjang. Di satu sisi, ia merasa geli melihat kelakuan Gara dan Yoyok yang penuh semangat, namun di sisi lain, ia juga bingung dengan ide-ide gila mereka yang tak pernah ada habisnya.
"Sabotase bunga sama cokelat? Serius nih?" gumam Darto pelan sambil menyeduh kopi.
Matanya mengikuti gerakan Yoyok dan Gara yang bergegas keluar dari warung dengan penuh semangat, seolah misi sabotase itu adalah operasi rahasia yang sangat penting. Mereka melangkah cepat, bahkan sempat berlari kecil dengan tawa licik di wajah.
Darto hanya bisa geleng-geleng kepala, sambil menyeka meja dengan lap, merasa tak habis pikir. "Ya Tuhan, bocah-bocah ugal-ugalan itu bakal bikin masalah lagi," bisiknya sendiri.
Mas Jon, yang dari tadi juga mendengar pembicaraan mereka, menatap Darto dengan senyum miring. "Darto, kamu nggak mau ikutan? Bantu temen-temenmu?"
Darto hanya tertawa kecil dan menggeleng kuat-kuat. "Nggak, Mas Jon. Mereka berdua sudah cukup bikin dunia ramai tanpa aku ikutan. Lagi pula, yang ada nanti aku yang dikejar Anya karena ngerusak suasana romantis."
Mas Jon tertawa, menepuk pundak Darto. "Bener juga. Biarin aja mereka belajar dari kekacauan mereka sendiri."
Darto mengangguk, matanya kembali menatap Yoyok dan Gara yang semakin menjauh, siap-siap membuat ulah lagi. "Semoga aja mereka nggak terlalu parah bikin rusaknya kali ini."
***
Di gudang peralatan teater kampus, Gara dan Yoyok menemukan "bunga plastik lusuh" yang penuh debu, hasil produksi drama kampus beberapa tahun lalu. Tanpa pikir panjang, mereka mengambil bunga itu sebagai pengganti bunga segar yang sudah disiapkan Dion.
Setelah beres dengan bunga, Yoyok mengeluarkan sebuah kantong kecil yang berisi permen karet dari festival kampus beberapa minggu lalu. “Ini dia, Gar! Kita ganti coklat mahalnya Dion sama permen karet bekas yang rasanya … eh, lo tau lah, nggak jelas.”
Gara mengambil kantong permen karet itu dan tertawa kecil. “Ini beneran bakal kocak, Yok. Tapi apa Anya nggak curiga?”
Yoyok mengangkat bahu, santai. “Justru itu, Gar. Begitu Anya dapet hadiah yang absurd ini, dia bakal mikir dua kali tentang Dion. Lo bakal keliatan lebih normal dibanding dia.”
Gara setuju, merasa yakin bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk menghadang langkah Dion. Mereka segera menukar bunga segar dengan bunga plastik lusuh dan mengganti coklat mahal dengan permen karet aneh di dalam paper bag milik Dion.
Selesai dengan misinya, mereka mencari tempat untuk memantau Dion dan menunggu Dion beraksi sambil cekikikan, membayangkan bagaimana reaksi Anya ketika melihat "hadiah" dari Dion yang sudah mereka sabotase.
Ketika Dion datang dengan hadiah yang menurutnya akan membuat Anya terkesan, Gara dan Yoyok mengintip dari balik semak-semak.
"Anya, ini buat kamu," ucap Dion memberikan paper bag pada Anya dengan penuh percaya diri.
"Buat aku?" tanya Anya menatap Dion. Dion tersenyum manis, mengangguk kecil sebagai jawaban. "Makasih, ya," Anya mengambil paper bag dari Dion, lalu mengeluarkan bunga dan permen karet dari dalam paper bag dan ekspresi bingung langsung muncul di wajahnya.
"Bunga plastik? Dion, kamu bercanda, ya?" tanya Anya, tersenyum aneh.
Dion tampak kebingungan. "Eh? Ini seharusnya bunga mawar segar ... dan coklat Belgia?"
Tapi meskipun begitu, Anya tampaknya tidak terlalu terganggu. Dia hanya tertawa kecil dan berkata, "Ya, nggak apa-apa kok, mungkin bunganya tertukar."
Gara dan Yoyok yang bersembunyi di semak-semak mengintip Dion, nampak menahan tawa melihat Dion yang tampak kebingungan setelah menemukan bunga plastik lusuh dan permen karet bekas di dalam tas hadiah yang tadinya dipersiapkan dengan baik.
Wajah Dion berubah dari bingung menjadi kecewa, dan itu membuat Gara serta Yoyok merasa sangat puas. Mereka berdua saling menyikut, menahan tawa agar tidak terdengar.
“Lihat, Gar! Sukses besar! Hahaha, mukanya Dion udah kayak habis kena prank TV!” bisik Yoyok dengan senyum lebar di wajahnya.
Gara mengangguk penuh kemenangan, “Iya, ini baru rencana yang sempurna!” Gara nyaris tertawa keras, menepuk bahu Yoyok sambil berbisik, "Satu poin buat kita."
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Tanpa diduga, dari arah semak-semak, seekor lebah mendekat dan mulai berputar-putar di sekitar kepala Yoyok. Awalnya, Yoyok hanya melambaikan tangannya mencoba mengusir lebah itu, tetapi semakin ia bergerak, semakin banyak lebah yang datang.
"Eh, apaan nih?! Kok ada lebah?! Sial!" Yoyok mulai panik, melompat-lompat kecil di tempat.
Gara yang masih terfokus pada Dion tidak menyadari apa yang terjadi. “Tenang aja, Yok. Dion nggak akan curiga sama kita.”
“Bukan itu, Gar! Ini lebah! Banyak banget, duh!” seru Yoyok dengan suara setengah menjerit.
Tiba-tiba, lebah-lebah itu mulai menyerang. Yoyok berlari keluar dari semak-semak sambil berteriak, “Garaaa! Tolongggg!!”
Sontak suasana yang tadinya tenang langsung heboh. Yoyok berlari-lari kesana kemari sambil melambaikan tangan histeris. Lebah-lebah itu terus mengejar dan akhirnya beberapa di antaranya berhasil menyengat tangan dan leher Yoyok.
Gara, yang akhirnya menyadari apa yang terjadi, malah tertawa tak terkendali sambil berusaha menahan dirinya di balik semak-semak. "Yok, hahaha, kok lo malah dikeroyok lebah sih!?"
Yoyok, yang wajahnya mulai memerah karena sengatan, tak peduli lagi dengan rencana atau sabotase mereka. “Gue nggak peduli, Gar! Ini sakit banget! Awas aja lo nggak bantuin!”
Sambil menahan tawa, Gara akhirnya bangkit dari persembunyiannya dan mencoba membantu Yoyok, meski sebenarnya ia sendiri sibuk tertawa melihat temannya berlarian sambil dikeroyok lebah. Anya dan Dion, yang mendengar kegaduhan dari kejauhan, ikut menoleh dan mendapati Yoyok lari pontang-panting.
Suasana di lapangan basket yang tadinya tegang mendadak berubah jadi tontonan lucu, dan beberapa orang mulai tertawa melihat Yoyok yang kesulitan melarikan diri dari kawanan lebah.
Dion, yang awalnya masih bingung dengan bunga plastik lusuh dan permen karet aneh yang ia temukan dalam hadiah untuk Anya, tiba-tiba melihat sosok Gara yang muncul dari semak-semak tidak jauh dari tempat ia berdiri. Ekspresi Dion berubah, kerutan di dahinya semakin dalam. Matanya menyipit, penuh curiga.
“Gara? Apa-apaan dia di sini?” gumam Dion dalam hati.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Ditunggu launching novel terbarunya ya smg sehat sll dan sukses sll dan semangat sll terus berkarya.....