Tak Seperti Yang Dulu

Nindi bingung ingin menjawab pertanyaan Zayn. Tapi dia tak tahu, apakah Nala mengijinkannya atau tidak. Masalahnya, Nala tak mengatakan apapun sebelumnya.

"Lo tahu kan Nala dimana?'', tanya Zayn lagi.

"Kalau sekarang aku ngga tahu dia dimana. Cuma tadi pagi Nala pamit sama aku, dia mau cari kerjaan.''

"Cari kerja?'',tanya Zayn membeo. Nindi pun menganggukkan kepalanya takut-takut. Apalagi sorot mata Zayn yang cukup menyeramkan bagi seorang Nindi.

"Tapi kamu tahu Nala tinggal di mana?''

Nindi mengangguk takut.

"Kasih tahu gue, dimana Nala tinggal sekarang!'', pinta Zayn. Nindi pun memberi tahu alamat Nala. Dan ternyata, Nala tinggal tak terlalu jauh dari basecamp Zayn selama ini. Semalam pun Zayn tidur di sana karena Nugi mengusirnya.

"Lo mau ke mana bro?'', tanya teman-teman Zayn.

"Ke bank!'', jawab Zayn. Setelah mengatakan hal itu, Zayn pun benar-benar ke bank. Tak mungkin ia membawa uang cash seratus juta setiap hari di dalam tasnya. Apalagi nanti hasil penjualan motornya juga cukup banyak.

Setibanya di sana, tak ada masalah berarti karena ia masih menyandang nama Nugi Suseno. Untungnya, kartu yang di fasilitasi oleh papa angkatnya tersebut bukan dari bank yang ia datangi saat ini. Tak perlu mempertanyakan dari mana pemuda seumuran Zayn mendapatkan uang itu bukan???

Setelah selesai dengan kartu atm nya yang baru, Zayn pun langsung menuju ke tempat penjualan motor bekas agar ia bisa langsung memakainya. Bukan motor besar seperti kemarin, yang penting bagi Zayn saat ini bisa ia pakai utuk mobilitasnya.

Hampir sore, Zayn yang sudah mendapatkan kedaraan roda duanya pun menyambangi tempat kost Nala seperti yang Nindi katakan. Apakah ia akan bertemu dengan Nala nanti????

Di tempat yang berbeda, Nala masih terus berusaha untuk mencari pekerjaan. Dia tak pantang menyerah, tak peduli apakah hanya sebuah toko kecil maupun warteg. Tak apa gajijnya tak besar, yang penting ia bisa menyambung hidup.

Karena ia tak mungkin bertahan dengan uang yang tantenya berikan. Lama kelamaan pasti uang itu akan habis terpakai.

Sudah hampir seharian Nala mencari pekerjaan, namun sampai hari semakin petang ia belum mendapatkannya.

Akhirnya Nala memutuskan untuk pulang ke kost nya. Untungnya ia sedang tak mengerjakan kewajibannya sebagai umat muslim, jadi meski tiba sampai hampir magrib pun dia tak masalah.

Nindi mengabari jika ia pergi dengan beberapa teman sekelasnya. Awalnya ia ingin mengajak Nala, tapi mengingat kondisi keuangan Nala yang tak beres ,Nindi tak jadi mengajak Nala.

Azan isya berkumandang. Daerah kost Nala memang cukup padat penduduk, tapi sepertinya orang-orangnya cuek.

Banyak kost-kostan yang berisi pasangan tanpa status. Nindi sendiri sudah mengatakan hal itu sebelumnya pada Nala, tapi Nala yang terdesak ingin segera mencari tempat kost tentu berusaha untuk tak mempermasalahkan.

Nala berjalan pelan menuju kamar kost nya yang ada di ujung. Bahkan pintu masuknya pun di belokan jadi tak nampak oleh sederet tetangga kamarnya.

Dan saat tiba di sana, ia di kejutkan oleh kehadiran seseorang yang sangat ia benci.

Tiba-tiba darahnya mendidih saat matanya bersitatap dengan lelaki yang sudah menghancurkan semuanya.

Zayn sendiri menyenderkan tubuhnya ke dinding sambil terus menatap Nala. Memilih mengabaikan Zayn, Nala membuka pintu kamarnya. Tapi saat akan menutupnya, Zayn mendorong dan memaksa masuk ke sana.

"Apa-apaan kamu? Keluar???!", bentak Nala. Bukannya keluar, Zayn justru mendorong Nala masuk dan mengunci pintu pintu kamar gadis itu.

"Zayn??!", bentak Nala.

"Aku mau ngomong, La!", kata Zayn lirih. Nala menatap Zayn penuh kebencian.

Nala menggelengkan kepalanya. Ia yakin jika Zayn pasti memaksa Nindi mengatakan keberadaannya.

"Ngga ada lagi yang perlu kita omongin! Aku benci sama kamu Zayn! Benci!", Nala mendorong Zayn sekuat tenaganya.

Zayn sampai terhuyung ke belakang selangkah.

"Aku minta maaf, La! Aku minta maaf!", kata Zayn. Nala menggelengkan kepalanya.

"Maaf katamu Zayn?", tanya Nala. Zayn mengangguk perlahan.

"Maafin aku, La!", kata Zayn terduduk lesu di depan kaki Nala.

Gadis itu memundurkan kakinya dan membuang pandangannya dari sosok lelaki yang sempat menjadi sosok peran utama dalam hidupnya.

"Aku sempat berpikir Zayn, aku ingin kamu mempertanggungjawabkan semuanya!", kata Nala dengan suara bergetar.

Zayn mendongakkan kepalanya. Lalu ia pun bangun dari berlututnya.

"Maksud kamu menikah kan La? Ayo kita menikah !", kata Zayn sumringah.

Ia memang tak berpikir ke arah sana. Yang dia inginkan awalnya hanya ingin minta maaf pada kekasihnya tersebut.

Tapi ternyata Nala mengatakan hal seperti itu, Zayn pasti akan melakukannya.

Nala tersenyum sinis dengan lelehan bening yang sudah menghiasi pipinya.

"Menikah? Dengan mu?", tanya Nala. Zayn mengangguk cepat.

"Aku hanya bahan taruhan mu, Zayn!", Nala mendorong dada Zayn dengan telunjuknya.

"La, aku...?!"

"Minta maaf? Oke! Aku maafkan! Bukankah kamu sudah mendapatkan semuanya? Kesucian ku? Cinta ku yang bodoh ini? Uang? Apa lagi? Heum? Apalagi Zayn!!!", teriak Nala frustasi.

Zayn sampai memejamkan matanya.

"Nala, demi Tuhan! Aku benar-benar cinta sama kamu La. Aku akui aku salah...aku sudah mengikuti taruhan itu. Aku...?"

"Butuh uang? Anak orang kaya seperti kamu butuh uang? Heuh?", tuduh Nala.

"La...?!"

"Cukup! Ngga ada lagi yang perlu kita omongin lagi. Keluar!", ujar Nala.

"La, kasih kesempatan buat aku perbaiki semuanya! Tolong....!", Zayn memohon dengan sangat.

"Keluar?!", suara Nala bergetar dan penuh tekanan.

Melihat Nala yang begitu emosi, Zayn tak ingin memaksanya bicara lagi.

"Aku keluar La, tapi yang harus kamu tahu. Aku cinta sama kamu. Dan sampai kapan pun, aku mau kita tetap sama-sama. Aku ngga mau hubungan kita putus! Tolong pikirkan ulang La, kita menikah! Aku akan bertanggungjawab ....!"

"Keluarrrr!!", teriak Nala dengan nafas terengah-engah. Zayn mendekati Nala dengan pelan.

Dada Nala masih naik turun menahan amarahnya.

Zayn meraih kedua bahu Nala hingga gadis itu menatap Zayn.

"Marahlah! Pukul aku semau mu, La! Tapi...aku cuma mau kamu, cuma kamu! Jadi jangan pernah berpikir kalau kamu bisa menjauh dari ku!", kata Zayn.

Sebelum laki-laki itu keluar dari kamar kost Nala, ia menyempatkan mengecup kening Nala.

Gadis itu tak melawan, tapi justru terisak yang membuat Zayn turut merasakan kesakitan itu.

💫💫💫💫💫💫💫💫

Terimakasih

maaf klo bnyk typo y 🙏🙏🙏🙏