Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian: 01
(Hari ini aku memasak makanan kesukaan mu, cepatlah pulang).
Itulah pesan yang dikirimkan Deandra kepada Athar, suaminya dua jam yang lalu. Namun jangankan dibalas, dibaca pun tidak.
Berkali-kali Deandra menghela nafas, berusaha meredam lara di dalam hati. selalu seperti ini, setiap harinya meja makan terasa dingin dengan hanya dirinya sendiri dan berbagai macam hidangan yang akhirnya hanya ia makan seorang diri.
Seperti yang sudah- sudah Deandra pun memilih untuk menepikan ponsel karena percuma menunggu balasan chat dari athar yang hanya akan membuang waktu meski nyatanya status online di whatsapp pria itu sangat jelas terpampang.
Deandra kira menikah dengan seorang athar ezra danendra akan membuatnya bahagia namun ternyata dugaannya salah, setiap hari sejak awal pernikahan yang ia dapat hanyalah pahitnya saja sedangkan manis pernikahan tak pernah bisa ia cicipi.
Deandra sadar, sejak awal kehadiran nya tak pernah di anggap sama sekali oleh sang suami, mungkin bagi athar dirinya hanya sebuah patung yang tak berharga di rumah ini, dia hanyalah seorang pengganti, selama wanita yang sebenarnya ingin athar jadikan istri, kembali.
Dia kira awalnya dengan usaha dan kesabarannya bisa mencairkan hati athar yang serupa kutub es itu namun lagi- lagi ia salah, athar seolah memang ingin menjauh dari nya dengan sengaja pulang larut malam atau tak pulang selama beberapa hari mungkin demi untuk menghindari nya.
Mengabaikan nyeri di hati, deandra pergi kembali ke kamar, tanpa menyentuh berbagai hidangan di atas meja, setelah menyuruh bi Nah- asisten rumah tangga untuk membereskan semuanya.
Terkadang bi Nah ikut prihatin dengan keadaan sang nyonya, bukan sekali dua kali tuan athar seperti ini mungkin sejak awal pernikahan mereka, tuan athar selalu mengabaikan istrinya meski deandra sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi istri yang sempurna.
Bi nah menghela nafas pelan melihat punggung deandra yang nampak lesu, dalam hati ia berdoa semoga akan ada hari bahagia untuk sang nyonya karena di mata para pekerja disini Deandra adalah sosok yang baik hati dan bersahaja.
Malam semakin larut, Deandra sudah mengganti pakaian nya menjadi pakaian tidur, dia langsung merebahkan diri ke kasur.
Tak lama pintu kamar terbuka menampilkan athar dengan jas kerjanya, lelaki berwajah blesteran itu nampak lelah.
Namun wajah tampan itu seketika menujukkan keheranan ketika melihat deandra hanya diam tak bersuara.
Biasanya wanita itu akan selalu heboh saat melihatnya datang, dia akan menceritakan apapun kesehariannya tanpa di minta bahkan sering athar sengaja tak mendengarkan nya, atau mengabaikan apapun yang dia lakukan namun kali ini berbeda, istrinya itu nampak dingin dan kaku.
Athar tahu alasannya pasti karena dia lagi- lagi tak membalas pesan WA wanita itu, meski terpampang jelas apa yang deandra kirimkan padanya namun athar hanya melihat sekilas tanpa mau membaca atau membalasnya karena baginya itu sama saja seperti memberikan harapan untuk deandra sedangkan ia tak bisa membalas perasaan wanita itu.
Berusaha mengabaikan sikap perubahan istrinya, athar pergi untuk membersihkan diri, sementara deandra hanya diam membaca buku jika biasanya dia akan langsung sigap memberikan handuk dan pakaian ganti untuk athar yang sudah dia siapkan sebelumnya namun kali ini tak ia lakukan itu, menambah berbagai macam pertanyaan di otak athar.
Setelah membersihkan diri dan memakai pakaian santai athar ikut merebahkan diri.
Di atas pangkuannya terdapat laptop karena setiap malam seperti ini, jika dia kembali dan deandra belum tidur, athar akan berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya karena malas jika harus berinteraksi dengan perempuan berkulit putih susu itu.
Rasanya tak nyaman, untuk athar yang terbiasa mendengar ocehan Deandra meski ia selalu mengabaikan, seperti ada yang kurang untuknya.
Diam-diam athar melirik dari ekor mata, deandra nampak fokus dengan bacaannya. Pasti ada yang salah, pikir athar namun ia terlalu gengsi untuk menanyakan alasannya.
Jam menujukkan pukul 11 malam, athar melihat Deandra yang sudah tertidur dengan memunggunginya. Akhirnya athar pun menaruh laptopnya dan mematikan lampu dan ikut tertidur tanpa tahu sebenarnya deandra belum memejamkan mata.
Gadis itu menangis dalam diam, dengan air matanya yang mengalir.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari deandra bangun lebih awal setelah menunaikan sholat subuh ia turun ke dapur dan membantu bi nah memasak seperti biasa.
Kali ini ia tak menyiapkan hidangan sarapan di atas meja, hal itu membuat bi nah keheranan karena biasanya sang nyonya akan bersemangat untuk menyiapkan segala hidangan meski akhirnya tuan athar tak ikut serta sarapan bersama dan lebih memilih untuk di buatkan bekal saja.
"Nyonya tidak menyiapkan sarapan di atas meja. "
"Tidak bi. " Deandra tersenyum lembut namun terlihat getir disana. Karena dirinya sadar untuk apa ia melakukannya jika pada akhirnya usahanya tersebut tidak terlihat di mata orang yang di tuju.
"Tolong antarkan sarapan ku di kamar ya bi, aku akan makan di kamar. "
"Baik kalau begitu nyonya. " meski di tumbuhi banyak pertanyaan di hati namun bi nah memilih bungkam tak ingin ikut campur lebih.
"Oh ya bukan di kamar itu ya bi, tapi di kamar yang satunya. "
"Maksudnya kamar tamu, nyonya? "
"Iya." jawabnya dengan senyum tipis lalu tanpa menjawab lebih, Deandra melenggang pergi meninggalkan bi nah dengan gurat keheranan.
Tak lama setelah kepergian deandra, Athar menghampiri meja makan ia lihat di atas meja bersih kosong melompong, biasanya jika sudah jam segini deandra sudah ada di meja makan sambil tersenyum manis menunggunya untuk sarapan bersama.
"Di mana sarapannya bi nah? "
"Ada tuan, tunggu saya siapkan," ujar bi nah.
"Tidak maksud saya-- bukan sarapannya. "
"Lalu apa tuan? "
" Orang yang biasa menyiapkan sarapannya. "
"Maksudnya nyonya?"
"Iya. di mana? "
Bi nah hampir menepuk jidat. Tuannya ini ternyata terlalu gengsi untuk menanyakan keberadaan nyonya sampai membuat alibi dengan menanyakan soal sarapan.
" Nyonya kembali ke kamar tuan, beliau bilang ingin sarapan di kamar saja."
Alis Athar bertaut. " Tapi tadi saya di kamar tidak ada dia. "
"Aa anu itu tuan... em. " bi nah terlihat ragu- ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya.
"Ada apa? katakan saja" ucap Athar sedikit mendesak sepertinya ada hal yang tidak beres.
"Nyonya bilang bukan di kamar yang di tempati nyonya dan tuan, tapi di kamar tamu. "
"Kamar tamu?! " ulang athar demi memastikan apa yang dia dengar barusan.
"Iya tuan. "
Kini seribu tanda tanya semakin terbenam di dalam otak athar. Ada apa dengan sikap Deandra sejak semalam? sepertinya istrinya itu sudah mulai berubah.
Ini tak beres, athar harus mulai berbicara dengannya.
****
Bersambung
hrse athar bisa buat rumah sendiri kan masak gk punya duit, pa lagi nnti athar sibuk kerja tinggal nunggu hancurnya rumah tangga dea dan athar saja sih ini. kn athar tau ibunya gk ska ma Dhea mlh di ajak serumah, aneh. lbih baik tinggal di rumah sederhana drpd tinggal di rumah megah tp bnyak racun di dalamnya.