Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.
Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana untuk menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.
Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.
Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roshni Bright, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersatu di Surga (Tamat)
Karissa mendapatkan WhatsApp jika saat ini Jidan dan Keluarganya berada di Rumah Sakit Matraman.
“Bu, saat ini abu jenazah Almarhum dan Almarhumah sedang berada di Rumah Sakit Matraman, abu jenazah boleh dibawa pulang, Bu, karena berdasarkan penemuan Kami, tidak ada tindak kejahatan seseorang di dalamnya,” notifikasi WhatsApp dari polisi yang tadi menghubungi Karissa.
“Baik, Pak! Saya ke sana sekarang! Ini saya lagi di arah menuju ke Rumah Sakitnya,” balas Karissa.
“Baik, Bu! Kami tunggu kehadirannya di Rumah Sakit,” balas Pak Polisi.
“Iya, Pak!” balas Karissa.
Setibanya di Rumah Sakit, Karissa dan Jolie langsung mencari kamar jenazah.
“Misi, Suster, mau tanya,” ucap Karissa menghampiri Suster yang tengah berada di tempat pendaftaran pasien.
“Iya, Bu, mau tanya apa ya?” tanya Suster.
“Kamar jenazah ada di sebelah mana ya, Sus?” tanya Karissa.
“Ibu ke luar dari sini, nanti lurus, belok kiri, kamar jenazah ada di paling ujungnya,” jawab Suster tersenyum menunjukkan arah ke kamar jenazah.
“Oke, Suster! Makasih!” ucap Karisa tersenyum menganggukkan kepala.
Karissa bertabrakan dengan Ibu Aisyah yang nampak panik.
“Mama Aisyah, ngapain ke sini?” tanya Ibu Jolie memegangi tangannya.
“Saya mau ke kamar jenazah,” jawab Ibu Aisyah.
“Kamar jenazah? siapa yang meninggal, Bu?” tanya Ibu Jolie.
“Aisyah, Aisyah meninggal dunia, tadi saya di telepon pihak kepolisian, katanya Aisyah tertabrak mobil di taman, sewaktu menyelamatkan seorang Anak Kecil,” jawab Ibu Aisyah.
“Astagfirullahaladzim, innailaihi wa innailaihi Raji'un. Ayok! Kita ke sana sekarang! Saya juga mau ke kamar jenazah untuk mengambil abu Suami Saya dan Keluarganya yang hangus terbakar,” ucap Ibu Jolie.
“Iya!” jawab Ibu Aisyah.
Mereka pergi ke kamar jenazah bersama untuk mengambil jasad Keluarga Mereka.
Tangisannya pecah tatkala melihat Keluarga Mereka.
Ibu Aisyah membawa jasad Aisyah menggunakan mobil Ibu Jolie dibantu dengan petugas Rumah Sakit.
Mereka mengumumkan kabar duka itu dan para pelayat hadir.
Mereka memutuskan untuk menjadikan satu acara, agar bisa saling membantu satu sama lain.
Aisyah dikuburan tepat di samping makan Ji-hyeon, karena ada satu tanah kosong di sana, sedangkan abu Jidan dan Keluarganya, dikuburkan di depan makam Mereka.
“Nak, sekarang Kamu sudah bahagia, karena bisa bersama dengan Orang yang Kamu cintai selama ini,” ucap Ibu Aisyah tersedu-sedu.
Mendengar hal itu, sontak membuat Ibu Ji-hyeon dan Jolie terkejut.
“Maksud Ibu apa ya?” tanya Ibu Ji-hyeon.
“Selama ini, Aisyah mencintai Ji-hyeon, Anak Ibu. Dari kecil, hingga Aisyah menutup matanya, perasaan Aisyah ke Ji-hyeon tidak kunjung menghilang. Aisyah memendam perasaannya selama ini pada Ji-hyeon ...”
“... Aisyah bilang, kalau selama ini, Ia menjalin hubungan dengan seorang Pria, tanpa adanya rasa yang bisa Ia pastikan, jika itu adalah cinta ...”
“... Aisyah memendam perasaannya pada Ji-hyeon selama ini, karena Aisyah takut, Aisyah takut Ji-hyeon tidak bisa menerimanya, dan malah membencinya ...”
“... Saat Ji-hyeon dan Aisyah berpisah untuk pertama kalinya, Aisyah selalu berharap, Ji-hyeon kembali padanya ...”
“... Iya, memang, Ji-hyeon memang kembali, tapi bukan untuknya. Hubungan keduanya menjadi asing, hingga Aisyah, akhirnya terus memendam perasaannya pada Ji-hyeon ...”
“... hingga Aisyah kembali mendapatkan kabar, Ji-hyeon kembali pergi, kehidupannya sangat hancur, apalagi saat mendapatkan kabar, jika Ji-hyeon meninggal dunia ...”
“... Aisyah menjadi sosok yang pemurung, lesu, dan seperti tidak ada gairah untuk hidup, makanya itu, tadi saya bilang, Aisyah sudah bahagia bersama Orang yang Dia cintai, karena saat ini, keduanya telah meninggal dunia, dan makam keduanya bersebelahan,” ucap Ibu Aisyah tersenyum menatap Mereka.
“Jadi selama ini Aisyah mencintai Ji-hyeon?” tanya Ibu Ji-hyeon.
“Iya, selama ini Aisyah mencintai Ji-hyeon,” jawab Ibu Aisyah tersenyum menganggukkan kepala.
“Begitupula dengan Ji-hyeon,” ucap Ibu Ji-hyeon tersenyum kecil menundukkan kepalanya.
“Maksudnya apa, Bu?” tanya Ibu Aisyah menatapnya.
“Dari kecil, Ji-hyeon juga sangat mencintai Aisyah, hingga Dia tidak menjalin hubungan dengan Wanita manapun juga ...”
“... Saya sudah sering memintanya untuk melupakan Aisyah, atau menyatakan perasaannya pada Aisyah, tapi Ji-hyeon menolaknya, karena Ji-hyeon ingin langsung melamar Aisyah ...”
“... Ji-hyeon pergi merantau, karena ingin mengumpulkan uang untuk melamar Aisyah, dengan harapan saat Ia kembali, belum ada Pria yang melamarnya, tapi ternyata, takdir berkata lain, Ji-hyeon tewas saat merantau di sana,” ucap Ibu Ji-hyeon tersenyum kecil menundukkan kepalanya.
“Tapi lihatlah! Sekarang, Anak-anak Kita sudah bahagia, karena penantian cinta Mereka selama ini terbalaskan, walaupun, harus terbalaskan di alam yang berbeda, tapi setidaknya, keduanya berhasil membuktikan, jika cinta sejati itu benar adanya,” ucap Ibu Aisyah menatap Mereka.
“Iya, setidaknya, kisah cinta Mereka tidak menempuh jalur pacaran. Mereka benar-benar membuktikan, jika cinta yang tulus, dan suci adalah cinta yang tidak ada kata “Zina” di dalamnya. Mereka meninggal dunia dengan membawa cinta yang selama ini Mereka pendam masing-masing ...”
“... Takdir rupanya menyiapkan cara terbaik untuk menyatukan kisah cinta Mereka, yaitu dengan membiarkan Mereka bersatu di alam akhirat,” ucap Ibu Ji-hyeon tersenyum menatapnya.
“Iya, rupanya penantian cinta Mereka selama ini berakhir bahagia, walaupun harus meninggalkan luka bagi Keluarganya,” ucap Ibu Aisyah tersenyum menatapnya.
“Iya, mau bagaimana lagi? Itu semua udah kehendak dari Allah. Kita sebagai umat-Nya, harus bisa menerima segala takdir yang Ia berikan pada Kita,” ucap Ibu Ji-hyeon tersenyum menatapnya.
“Iya," jawab Ibu Aisyah tersenyum menganggukkan kepala.
“Nak, berbahagialah bersama dengan Ji-hyeon di alam sana, Ibu ikhlas melepaskan kepergian mu, asalkan Kamu bahagia di alam sana. Sekarang, Kamu tidak perlu lagi berpikir, siapa jodohmu yang sebenarnya, karena sudah jelas, cintamu adalah jodohmu, karena jarak kematian Kalian, hanya beberapa hari saja, yang sepertinya, menandakan jika Ji-hyeon adalah jodohmu ...”
“... Kalian berhasil melewati fase pacaran dengan tetap menyimpan rapat perasaan Kalian, sekarang, sudah tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Semoga saja, Kalian bisa bersama di Surga-Nya,” ucap Ibu Aisyah tersenyum dan mengelus nisan Aisyah dan Ji-hyeon bergantian.
“Aamiin, semoga saja keduanya bisa bersatu kembali di Surga-Nya ya, Bu!” ucap Ibu Ji-hyeon tersenyum memeluknya.
Jolie tersenyum memeluk Ibunya.
“Cie! Udah gak perlu mendam perasaan lagi dong nih? Udah bisa bareng-bareng di Surga sekarang! Semoga Lu bahagia di Surga ya, Mas! Mbak Aisyah juga! Semoga Mbak Aisyah bahagia di Surga ya! Jolie titip Mas Ji-hyeon yang nakal ya Mbak!” ucap Jolie mengelus nisan Aisyah.
Mendengar hal itu sontak membuat Keluarganya tertawa.
“Kita pulang sekarang ya, udah mau gelap juga, ayok!” ajak Ibu Jolie.
“Iya,” jawab Jolie.
Mereka pun kembali ke rumah. Arwah Ji-hyeon dan Aisyah yang sedari tadi menyaksikan pun tersenyum dan saling menatap satu sama lain, lalu langsung menghilang dari sana.
...ꕥ...
...ꕥ...
...ꕥ...
...꧁ T A M A T ꧂...