Damarius Argus Eugene (22 tahun), seorang Ilmuwan Jenius asli Roma-Italia pada tahun 2030, meledak bersama Laboratorium pribadinya, pada saat mengembangkan sebuah 'Bom Nano' yang berkekuatan dasyat untuk sebuah organisasi rahasia di sana.
Bukannya kembali pada Sang Pencipta, jiwanya malah berkelana ke masa tahun 317 sebelum masehi dan masuk ke dalam tubuh seorang prajurit Roma yang terlihat lemah dan namanya sama dengannya. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah sistem bernama "The Kill System", yang mana untuk mendapatkan poin agar bisa ditukarkan dengan uang nyata, dia harus....MEMBUNUH!
Bagaimanakah nasib Damarius di dalam kisah ini?
Apakah dia akan berhasil memenangkan peperangan bersama prajurit di jaman itu?
Ikuti kisahnya hanya di NT....
FYI:
Cerita ini hanyalah imajinasi Author.... Jangan dibully yak...😀✌
LIKE-KOMEN-GIFT-RATE
Jika berkenan... Dan JANGAN memberikan RATE BURUK, oke? Terima kasih...🙏🤗🌺
🌺 Aurora79 🌺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
R.K.N-06 : BERTEMU KAISAR CARAUSIUS!
...----------------...
Sebuah ruangan bangsal itu terlihat sudah penuh dan sesak, ketika Damarius dan Gildas memasukinya. Semua orang terdengar berbincang ringan dalam kelompok-kelompok, dan belum ada satu pun dari mereka yang duduk di sebuah meja panjang.
Tadinya, Damarius akan merasa agak canggung jika harus memasuki ruangan itu sendirian. Tapi Gildas yang meletakkan lengan dibahunya, Damarius langsung digiring ke dalam sebuah kelompok perwira muda di sana.
"Hey, kalian! Perkenalkan Ahli Medis Junior kita yang baru! Dia akan menggantikan Galatea Dysis, sekaligus kerabatku!" seru Gildas dengan antusias.
Damarius langsung disambut dengan hangat oleh mereka dan langsung ikut berbincang mengenai permasalahan...tiram. Kecanggungan itu berakhir, nyaris tanpa dia sadari.
"abndkshehehfmbbqnabshsjxnnxn..."
"Tidak! MakksennehhdbrvdhsbMajxjndn..."
Akan tetapi, tidak lama kemudian...dengung perbincangan di dalam bangsal itu mendadak terhenti. Dan ruangan terasa...senyap. Ketika terdengar suara langkah-langkah kaki dan perbincangan cepat di luar.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Semua orang langsung bersiap dalam posisi tegak, dan Damarius memandang ke arah pintu dengan penuh harap.
Di kehidupan Damarius sebelumnya, dia sangat mengidolakan sosok Kaisar Carausius ini setelah dia membaca sedikit tentang sejarah Pasukan Elang-Roma.
Dan kini....Damarius akan melihat langsung sosok idolanya dalam keadaan...hidup!
Tapi pada pandangan pertama, lelaki yang masuk bersama para Perwira Tinggi dibelakangnya itu terlihat....mengecewakan!
Sangat jauh dari apa yang ada di dalam imajinasi Damarius sebelumnya.
Seorang lelaki bertubuh pendek dan kekar dengan perawakan sangat gagah, kepala bundar yang berada di atas leher yang lumayan tebal, rambut berwarna cokelat ikal, dan jenggot yang sama keritingnya dengan bulu domba jantan.
Lelaki tersebut terlihat merasa nyaman dalam pakaian kulit dan topi pelaut, dari pada mengenakan linen halus.
Dan dia memasuki ruangan dengan langkah goyah seseorang yang terbiasa menjejak dek kapal yang bergoyang-goyang.
"Haisssh! Jika seperti ini, aku sering melihat banyak lelaki model begini dalam kehidupanku sebelumnya...!" monolog Damarius kecewa.
DING!
"DILARANG BODY-SHAMMING, HOST!"
"Maaf....keceplosan...!"
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Kaisar dan para Perwiranya berhenti di ujung depan ruangan, pandangannya bergerak menuju ke arah wajah-wajah orang yang berkumpul di sana.
Dan pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Damarius.
"Ah, ternyata ada wajah baru di antara kita..." ujar Kaisar Carausius.
Lalu Kaisar Carausius membengkokkan jari telunjuknya untuk memanggil Damarius.
"Kemarilah, Nak!" titah Kaisar Carausius pada Damarius.
"Damarius Argus... Maju ke depan!"
Damarius mendengar seruan Komandan Barak memanggil namanya dengan lantang. Lalu Damarius berjalan ke depan, untuk segera menghadap Kaisar Carausius.
TAP!
TAP!
TAP!
Damarius langsung memberi hormat kepada Kaisar Carausius, ketika dia sampai di depannya.
Lelaki yang namanya melambung dari seorang Nakhoda Kapal di sungai Scaldis, menjadi Kaisar Inggris itu.
Dan mendadak Damarius paham, bahwa penilaiannya selama ini...salah!
Dia belum pernah melihat lelaki yang seperti ini sebelumnya.
Saat itu senja sudah menjelang, Kaisar Carausius meletakkan sebelah tangannya di bahu Damarius. Lalu dia memutar tubuh Damarius, agar cahaya lampu dapat menerangi wajahnya.
Setelah menelisik agak lama, lalu Kaisar Carausius berkata...
"Jadi, kamu adalah Ahli Medis Junior kami yang baru?" tanya Kaisar Carausius.
"Benar, Kaisar..." jawab Damarius lantang.
"Di mana kamu menjalani tugas pertama kamu?" tanya Kaisar Carausius.
"Bersama Kohort ketiga Fretencis di Beersheba, Yudea!" jawab Damarius lugas.
Beruntung Sistem-nya sudah memberikan informasi tentang pemilik tubuh sebelumnya, jadi dia bisa menjawab semua pertanyaan orang-orang.
"Dandre Drusilla, yang memimpin garnisun itu, meminta saya menyampaikan penghormatannya kepada Anda dan menanyakan 'apakah Anda ingat pada b4bi hutan yang Anda bunuh bersamanya di bawah pepohonan pinus di belokan ketiga sungai Scaldis?'..." tambah Damarius lugas.
Kaisar Carausius terdiam sejenak, lalu dia terkekeh ringan sambil berkata...
"Hehehehe! Ya, aku ingat b4bi hutan itu....dan Dandre. Jadi dia masih berada di Yudea? Dia adalah seniorku pada masa itu, dan dia sekarang menjadi pemimpin garnisun di Beersheba. Sementara aku....mengenakan ini!" ujar Kaisar Carausius pada Damarius.
Kaisar Carausius menyentuh Jubah Ungu Kekaisaran yang dia kenakan. Jubah yang di jepit oleh batu ruby besar di bahunya.
"Tidak ada yang lebih Aneh daripada sebuah kehidupan. Tapi kamu akan mengetahuinya...kamu akan tahu...seandainya saja kamu hidup cukup lama!" ujar Kaisar Carausius.
"Jadi....saudara-saudaraku yang sesama Kaisar itu, mengirimi aku seorang Ahli Medis Junior dari Fretencis. Belakangan ini, ada beberapa penugasan dari seberang lautan ke Legiun-Legiun yang ada di Inggris sini, seperti yang terjadi pada masa lalu. Tapi seingatku, mereka tidak begitu ramah pada musim semi ini..." ujar Kaisar Carausius.
Suara dan sikap Kaisar Carausius tidak lebih dari sekedar bertanya-tanya, dan cengkeramannya pada bahu Damarius juga tidak kencang.
Tidak terlihat perubahan pada raut wajah tenang dan polos milik Kaisar Carausius, sama seperti halnya dengan raut wajah Damarius.
Tiba-tiba...mata Kaisar Carausius tiba-tiba berubah menjadi agak memucat. Layaknya lautan yang memutih sebelum diterpa badai.
Mendadak....Damarius merasakan suasana yang mencekam.
"Aku ingin tahu, apakah kamu bisa memecahkan teka-taki itu untukku..." ujar Kaisar Carausius dengan nada rendah.
Damarius tidak menjawabnya, akan tetapi dia membalas tatapan Kaisar Carausius dengan tegas.
Tidak lama dalam keheningan, ada suara-suara yang tenang mengandung tawa...menginterupsi dengan nada bosan.
"Yang Mulia, Anda terlalu keras terhadap bocah itu. Ini adalah malam pertamanya berada di antara kita, dan Anda akan merusak selera makannya....hahahahaha!" ujar suara yang menginterupsi itu sambil tertawa.
Kaisar Carausius sama sekali tidak menggubris suara itu. Selama beberapa saat, dia meneruskan tatapannya yang menyelidik itu, lalu senyum lambat pada bibir terkatup itu menyebar di wajahnya.
"Kamu benar, Dorymene-ku tersayang!" ujar Kaisar Carausius.
Lalu dia berbicara kepada Damarius.
"Kamu tidak mungkin dikirim untuk menjadi mata-mata di sini! Atau....seandainya benar...kamu mungkin tidak menyadarinya!" ujar Kaisar Carausius pada Damarius.
Lalu Kaisar Carausius menyingkirkan tangannya dari bahu Damarius, dan memandang ke arah sekelilingnya.
"Mari kita makan, sahabat-sahabatku!" seru Kaisar Carausius lantang.
"MARI, KAISAR...!" jawab mereka semua serentak.
Sedangkan lelaki yang dipanggil Dorymene itu memandang Damarius yang berbalik pergi, lalu tersenyum.
Damarius membalas senyuman itu dengan hangat.
Damarius menyelinap kembali melewati kerumunan untuk menghampiri sepupu jauhnya, Gildas.
Gildas menyapanya dengan cepat dan setengah berbisik ke arah Damarius.
"Demi Zeus! Ini awal yang sangat bagus sekali!" ujar Gildas dengan nada antusias.
Damarius duduk di antara Gildas dan Senturion lain di ujung meja yang jauh. Teman di sebelah kanannya terlalu sibuk menyantap makanan, dari pada berbincang.
Jadi, Damarius bebas untuk mencurahkan perhatiannya pada kisah berbau skandal, mengenai orang-orang besar di bagian ujung atas meja.
Apa yang Gildas ceritakan di bawah perlindungan dengung perbincangan secara umum.
"Ternyata sepupu jauhku ini....tukang ghibah juga....huffffttt..!"
...****************...
mampir juga ya dikarya aku jika berkenan/Smile//Pray/