Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Kesal • Revisi
"Apa urusanmu, Putri?" Dengan sekuat tenaga Juwita menghempas tangan Putri.
Sementara Putri, semakin panik saat melihat keberadaan Juwita di sekitar apartment Calvin. Berbagai pertanyaan menjalar di benak Putri sekarang. Apa Juwita bertemu Calvin di sini?
Sejak tadi pagi Putri tidak pulang, menunggu Calvin atau pun Ardi di area lobi. Namun, menjelang sore baik Calvin dan Ardi, batang hidungnya tak juga terlihat.
"Tentu saja aku punya urusan! Aku kekasih Calvin, siapa tahu saja kamu bertemu Calvin di sini," ujar Putri kemudian matanya melotot keluar.
Mendengar kata 'kekasih' jantung Juwita mendadak perih, seolah-olah ada benda tak kasat mata menusuk organ dalamnya itu sekarang. Semakin Juwita mencoba menghapus perasaannya, tetapi rasa cinta malah semakin bertambah.
"Kalau pun aku bertemu Calvin, tidak salah kan, lagi pula aku istrinya sementara kamu hanya lah kekasihnya!" seru Juwita, tak mau diinjak-injak lagi seperti dulu. Dia akan berusaha membela dirinya sendiri. Meskipun pada kenyataannya wanita di hadapannya ini lah yang dicintai Calvin.
Putri tersenyum sinis. "Jangan merasa menang dulu, Juwita. Hubungan kalian itu tidak jelas, kalau kamu memang istri Calvin, mengapa kalian tidak satu rumah!" serunya dengan senyum angkuh terukir di wajahnya.
Perih, hanya itu yang dapat dirasakan Juwita saat ini. Juwita tak menampik, apa yang dikatakan Putri, ada benarnya juga.
"Jangan ikut campur urusanku, Putri! Sudah lah kamu membuang-buang waktuku saja," ujar Juwita, hendak menyudahi perdebatan ini.
Juwita tak sanggup berhadapan dengan Putri, lebih baik memilih menghindar dari kekasih suaminya itu. Juwita hendak melangkah. Namun, untuk kedua kalinya tangannya ditahan.
"Aku belum selesai, kamu belum jawab pertanyaanku tadi, apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah kamu seharusnya berkerja di perusahaan?!" kata Putri.
Juwita enggan menyahut, malah menghempas dengan kuat tangan Putri kembali, kemudian melengoskan muka dan berjalan cepat meninggalkan Putri yang mencak-mencak sendiri, sambil berteriak memanggil namanya berulang kali.
"Juwita, awas kamu ya!" Putri semakin kesal. Menatap kepergian Juwita dengan sangat tajam.
Tak sampai lima menit, Juwita sudah menghilang dari pandangannya, wanita berambut panjang itu berlari ke dalam lift apartment. Putri tak tinggal diam, ikut menekan-nekan lift. Tetapi sesampainya di lantai tiga, Juwita menghilang seperti ditelan bumi.
"Argh sialan!" Putri akhirnya memutuskan turun ke bawah, berharap batang hidung Ardi terlihat.
Sementara Juwita napasnya terengah-engah saat menghindari Putri tadi. Namun, baru saja tangannya bergerak ponsel di saku blazer—nya berbunyi. Dengan cepat Juwita mengangkat ponsel.
Senyum Juwita langsung mengembang kala melihat nama Pak RT menghiasi layar ponsel, yang dapat dipastikan panggilan dari Chester.
"Hallo, ada apa Nak?" Juwita langsung bertanya.
"Mama kapan pulang? Chestel bocan di sini, mau main ke mall!" sahut Chester di ujung sana dengan suara imutnya itu.
Juwita tersenyum. "Kasihan anak Mama, sabar ya, nanti sore Mama pulang, nanti kalau hari libur Mama ajak Chester main ke mall ya."
"Oke deh! Selamat kelja Ma, muach!!! Bye!"
Panggilan langsung diputus. Semangat Juwita dalam berkerja semakin bertambah. Juwita menaruh ponsel ke tempat semula lalu mengambil kantong belanjaannya kembali. Setelah itu membalikkan badan.
Namun, baru saja memutar tumit, mata Juwita membulat sempurna. Melihat Calvin ternyata berada di belakangnya sekarang.
Apa Calvin mendengar pembicaraannya dengan Chester tadi? Juwita dilanda kepanikan.
"Pak Calvin ...."
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?