Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Kesal
"Lama sekali kamu, aku sudah lapar," kata Calvin dengan sangat ketus.
Membuat Juwita terdiam selama beberapa detik karena Calvin sepertinya tidak mendengar pembicaraannya dengan Chester barusan.
"Kenapa kamu diam? Ayo cepat masuk, apa kamu mau aku pecat!" lanjut Calvin kembali dengan sorot mata mulai dingin, seperti biasanya.
Juwita mengulas senyum kaku. "Maaf Pak, iya, iya, aku akan masuk." Setelah itu Juwita melangkah cepat, mendahului Calvin.
Meninggalkan Calvin di belakang, menatap kesal punggung Juwita yang mulai menghilang dari pandangannya.
"Siapa laki-laki tadi?" gumam Calvin kemudian.
Calvin menahan kesal. Sebab ketika menunggu Juwita kembali, dia sempat melihat Juwita berbicara dengan seorang laki-laki, melalui jendela kamar.
Calvin tak dapat melihat dengan jelas wajah laki-laki yang memegang tangan Juwita tadi, karena posisi laki-laki tersebut membelakanginya. Entah mengapa untuk kesekian kalinya, Calvin merasa dadanya terbakar panas.
Calvin lantas memutuskan keluar untuk menjemput Juwita. Namun, belum juga turun, dia melihat Juwita di lantai tiga dan sepertinya tengah berbicara dengan seseorang melalui ponsel.
"Di mana Ardi? Lama sekali dia, aku harus tahu siapa laki-laki yang berbicara dengan Juwita tadi, tidak mungkin itu pacarnya." Sekali lagi Calvin bergumam kemudian memutuskan menyusul Juwita.
Sementara itu, sosok yang dicari Calvin, baru saja turun dari mobil dan melangkah cepat menuju pintu utama apartment. Namun, gerakan Ardi seketika terhenti ketika melihat seseorang yang sangat dia kenal berdiri di depan gedung.
"Gustav?" panggil Ardi sambil menyipitkan mata.
Gustav menoleh ke arah Ardi. Senyumnya langsung mengembang, melihat teman kuliahnya dulu. Ardi pun tersenyum sumringah. Gustav lantas mengakhiri pembicaraannya di telepon.
"Hai Ardi." Setelah menaruh ponsel di saku, Gustav mendekati Ardi dan tak lupa menyalami kawan lamanya itu.
Ardi pun membalas jabatan tangan Gustav kemudian berkata,"Aku pikir aku salah orang, ada urusan apa kamu di sini?"
Gustav tersenyum sejenak.
"Biasa Papaku memintaku untuk mengurus kerjaannya di sini, kebetulan aku harus mencari tempat tinggal dan sekretarisku menemukan apartment yang cocok untuk kutinggali, tapi dia datang terlambat karena terjebak macet di jalan," terang Gustav.
Ardi mangut-mangut. "Wah sepertinya kamu satu apartment dengan Calvin, kamu ingat Calvin, 'kan?"
Gustav tak segera memberi jawaban, tampak mengingat-ingat nama tersebut.
"Oh Calvin, pria dingin itu, ya aku ingat, jadi dia tinggal di sini juga?" kata Gustav kemudian.
"Iya, hehe, pria dingin itu." Ardi menyengir kuda. "Calvin tinggal di lantai 3, aku bekerja dengannya sekarang. Apa kamu tidak mau menjalin kerjasama dengan perusahaan Lara Crop?" Ardi langsung menawarkan diri sebab dia tahu bila orang tua Gustav juga mempunyai perusahaan raksasa di luar negeri, dan sudah berjaya lebih dari beberapa dekade. Gustav adalah satu cicit dari pemilik terdahulu. Akan sangat menguntungkan bagi perusahaan Lara Crop, bila Calvin dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan orang tua Gustav.
"Mengagumkan, akan kupikirkan, hubungi saja aku nanti Ardi." Gustav melirik sekilas ke ujung sana, di mana sekretarisnya berjalan cepat, menghampiri mereka.
"Oke, aku akan memberitahu Calvin nanti."
Gustav mengangguk. Sebelum masuk ke gedung dia melirik ke kanan dan ke kiri. Dia masih mencari keberadaan Juwita yang menghilang tiba-tiba tadi.
Melihat gelagat Gustav, Ardi mengerutkan dahi.
"Ada apa? Kamu cari apa?" tanya Ardi.
"Aku mencari wanita cantik, tapi sayangnya dia menghilang tiba-tiba seperti hantu tadi, padahal aku belum tahu namanya dan meminta nomornya juga."
Ardi malah tertawa rendah. "Astaga, sifatmu belum berubah, ternyata kamu masih playboy."
Gustav pun ikut tertawa. "Eits, kamu salah Ardi, aku sudah berubah, gara-gara wanita itu aku akan berubah, mulai detik ini aku tidak akan playboy, sudah lah aku pergi dulu Ardi."
Ardi mengangguk lagi. Kemudian Gustav dan sekretarisnya itu mulai masuk ke apartment.
Ardi hendak menggerakkan kaki kembali, tapi suara di belakang mengagetkannya. Siapa lagi kalau bukan Putri.
"Ardi, di mana bosmu itu?!" seru Putri.
Dengan cepat Ardi membalikkan badan. Melihat Putri memandang tajam ke arahnya sekarang.
"Tidak tahu, ada urusan apa kamu sama dia? Pulang lah Putri," sahut Ardi dengan sangat ketus.
Melihat respons Ardi, mata Putri seketika terbelalak.
"Apa hakmu mengusir aku hah?! Tentu saja aku ada urusan, aku ini pacar Calvin, pasti dia di apartment kan? Tadi aku ke kantor tapi tidak ada dia! Cepat katakan padaku, nomor berapa apartment Calvin?" ucap Putri, mengebu-gebu. Meskipun Calvin memutuskan hubungan mereka kemarin tapi di mata Putri, Calvin masih tetap pacarnya.
Hari ini Putri berniat mendekati Calvin, tapi saat sampai di kantor tadi, Calvin tidak ada. Dia pun memutuskan ke apartment Calvin. Selama ini Putri hanya tahu nama tempat apartment Calvin tapi tidak dengan nomor apartmentnya.
"Cari saja sendiri!" Ardi justru menjulurkan lidah ke arah Putri, kemudian berlari kencang menuju pintu utama gedung apartment.
"Ardi! Sialan, awas kamu hah?!" Putri tampak terkejut dengan tanggapan Ardi. Dia tak menyerah lantas mengejar Ardi pula.
|Lantai 3|
Di lain sisi, tepatnya di dapur, Juwita tampak risih dengan keadaan tubuh Calvin. Pria itu masih bertelanjang dada dan membuat dirinya tidak fokus mengoles butter di roti.
"Pak, sebaiknya Anda tunggu saja di ruang tamu. Aku akan mengantar sarapan Anda nanti," ucap Juwita kemudian.
Calvin justru mengangkat dagu ke atas. "Tidak mau, suka-suka aku, aku mau melihat apa kamu bisa membuatkan aku sarapan atau tidak, siapa tahu saja dapurku terbakar nanti karena ulahmu."
Juwita mulai kesal, lalu cepat-cepat menoleh." Pak Calvin ...."
Perkataan Juwita terjeda kala mendengar bunyi bell berkali-kali di luar sana. Juwita dan Calvin serempak menoleh ke pintu antar ruangan.
"Sepertinya kita kedatangan tamu," gumam Juwita dengan kening berkerut samar.
"Iya, sepertinya Ardi yang datang, tapi kenapa dia tidak langsung masuk, aneh sekali, sudah lah sebaiknya kamu selesaikan saja tugasmu itu, aku akan ke depan sebentar."
Juwita mengangguk kemudian melanjutkan kegiatannya. Calvin pun bergegas ke ruang depan.
Ting, tong!
Calvin sedikit kesal, kala bell ditekan lagi. "Apa-apaan dia?"
Saat sampai di ambang pintu, dengan cepat Calvin membuka pintu. Muka Calvin langsung memerah.
HADEH ini Gustav maksud nya apa bikin panas Calvin???
tapi bagus Juwita udah berani berkata-kata utk melawan Calvin, ayoooo Menyala lah Juwita ku 🔥🔥🔥
harus berani balas kata-katanya Calvin sekarang