Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Markas besar Balong.
Setelah bertemu dengan anak muda yang tidak gampang di kalahkan, Balong jadi banyak berfikir. Kepala geng kejahatan itu menarik sebagian anak-anak buahnya dari peredaran untuk dilakukan pengumpulan informasi. Setelah itu dia akan mengeluarkan perintah lanjutan mengenai nasib masa depan dunia gelapnya.
Sebagian anak buah yang turut dalam rapat penting tersebut adalah orang-orang kompeten yang kepintarannya patut di acungi jempol. Balong merekrut orang tidak hanya berpatok pada kekuatan fisik, melainkan juga pintar di suatu bidang. Dia sendiri sebenarnya orang yang memiliki otak tak dapat di remehkan. Hanya saja lelaki paruh baya itu tidak memiliki hati yang baik.
Sisanya, Balong juga punya anak buah yang agak telat mikir. Mereka-mereka ini mengandalkan keberuntungan serta kepercayaan diri yang kuat. Namun tidak di sangka, justru mereka lah yang kadang-kadang memiliki hati nurani diantara gerombolan Balong. Darimana bisa tahu? dari kisah segelintir orang-orang ini pernah melepaskan tawanan hewan buruan. Bahkan pernah ada yang menggeser panty dengan kakinya agar bisa dijangkau gadis korban kebiadaban Balong.
Satu persatu anak buah memberikan kesaksian. Balong berdiri, kemudian duduk, lalu berdiri lagi menandakan kalau lelaki itu sedang berat memutuskan tentang rencana ke depan.
Sampai akhirnya, Balong memutuskan untuk pindah tempat persembunyian.
"Lorong bawah tanah sudah selesai. Habis terima barang kita masuk ke sana. Sisakan dua orang untuk menutup pintu dan meggeser batu besar. Sebelumnya, suntik orang itu biar selesai tugas langsung tidur pulas selama-lamanya."
Lorong yang dimaksud merupakan proyek Balong dalam upaya pelarian. Lorong bawah tanah itu seperti jalan penghubung satu tempat ke tempat lain dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
"Baik Bos!"
Perintah Balong laksana peraturan mutlak yang harus dipatuhi. Dengan begitu, ada jeda waktu yang bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Angga, oleh Nuri, sebelum Balong sulit ditemukan.
...***...
Angga yang sudah selesai dengan persiapan kini mulai pergi lagi mencari Balong. Lelaki itu tidak langsung menuju hutan sendirian seperti kemarin yang dia lakukan. Kali ini Angga mampir dari tempat ke tempat lain hanya untuk mendengar kesimpangsiuran sosok Balong.
Kalau ada yang masih percaya jika Balong sosok demit pengincar gadis, Angga akan kasih paham kalau Balong cuma manusia iblis. Angga berharap warga disana tidak lagi takut kepada Balong.
Pada akhirnya, Angga tiba di warung nasi kampung seberang. Disitu ia memesan kopi hitam lalu duduk menyimak melihat sekitar yang cukup ramai. Pemilik warung menyapa Angga, merasa kenal muka tapi lupa nama kepada pemuda itu. Angga pun menyebut nama orang tuanya, dan orang-orang langsung ber oh ria.
"Oh, jadi Mas nya anak Bapak Narto. Sampai pangling lihatnya. Maklum, terakhir saya lihat anak-anak Pak Narto itu masih cilik-cilik. Anaknya dua ya? sama yang perempuan kalau ndak salah."
Angga mengangguk.
"Adik perempuan mu pasti cantik ya Mas. Mungkin seperti Mba Nuri mahasiswi yang lagi KKN di desa ini. Wong masih cilik aku gemes lihat adiknya Mas Angga."
Kemudian ada yang menyambar sebelum Angga menanggapi, "Cuantik poll adiknya Mas Angga ini. Tapi namanya umur ndak ada yang tahu."
"Maksudnya?" tanya penjaga warung.
"Lha kan adiknya Mas Angga, sopo jenenge?" beralih menatap Angga.
"Nihaya."
"Iya, Nihaya. Kan dia udah ndak ada, kecelakaan waktu balik dari Jakarta."
"Inalillahi wa'inailaihi rojiun." Bu Yayuk, penjaga warung langsung kicep. Ia tidak lagi membahas tentang Nihaya menilik raut wajah Angga berubah sendu.
Akan tetapi, yang namanya manusia pasti banyak ragamnya. Lain Bu Yayuk yang langsung kicep, si bapak yang menguak tentang Nihaya masih lanjut membahas. Angga dengan perasaan tak menentu menjawab pertanyaan-pertanyaan si bapak itu.
Obrolan sudah memanjang dan perasaan Angga sudah membaik dengan sendirinya, kemudian si bapak pun sekonyong-konyong membahas tentang Balong. Nah ini dia yang ditunggu-tunggu Angga. Lelaki itu ingin membahas si Balong yang bernama asli Kuntoro tersebut kepada warga warung sekitar.
Tanpa di duga-duga, Nuri mendengar perbincangan mereka. Dia memutuskan mampir di warung tersebut untuk menggali informasi sebelum akhirnya dia kembali mendatangi lokasi dirinya tercebur ke kali. Peristiwa kemarin dipicu gangguan anak buah Balong. Biasa, lihat yang bening-bening langsung kepengen bawa gadis itu ke hadapan bos nya untuk berpesta.
Nuri menyayangkan dirinya tercebur karena menjadi tidak bisa dibawa ke Markas Balong. Tadinya jika ia berhasil dibawa, Nuri bakal mengirimkan sinyal ke anggota lain untuk segera melakukan penggrebekan.
"Bu, seperti biasa, kopi susunya satu." Nuri memesan minuman, yang tidak disadari Angga kedatangannya lantaran masih antusias cerita. Perangai Angga sekarang berbanding terbalik dengan sifat pendiamnya. Namanya dikuasai dendam, apapun kadang-kadang dilakukan meskipun keluar dari zona nyaman.
Nuri melirik ke arah Angga yang sibuk komat-kamit ngomong ngalor ngidul. Dia duduk tidak jauh dari laki-laki itu.
Sesuatu yang tidak disangka kembali terjadi.
Seseorang datang membawa sajam membabi buta orang-orang yang ada di warung. Beruntung sajam tersebut tidak berhasil melukai salah satunya. Warga kocar-kacir menghindari amukan seseorang yang dianggap gangguan jiwa.
Seseorang itu terus saja mengacungkan sajam, banhkan nekat mendekati hingga warga hingga menjerit-jerit. Nuri mengambil tindakan.
"Jangan bergerak! lepaskan senjata itu!"
Nuri tak sengaja membuka identitasnya lantaran menodongkan pistol ke arah orang yang membahayakan. Warga terkejut-kejut mendapati mahasiswi cantik bernama Nuri rupanya intel.
DOR!..
Nuri melepaskan tembakan peringatan ke udara ketika orang yang membayakan itu tidak menuruti apa yang dia katakan. Nuri akan melumpuhkan kakinya jika saja aksi orang berbahaya itu tidak berhenti dan menjatuhkan senjata. Nuri lekas membekuk tersangka. Dibantu anggota lain yang berpenamilan compang-camping.
Mbak Nuri ternyata.. Gumam Angga dengan sedikit rasa kagum.
.
.
.
Bersambung.