kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30.
Maureen tampak sedang mondar mandir di dalam kamar mandi, bahkan dia sudah setengah jam berada disana namun sepertinya tak ada niat untuk keluar dari kamar mandi itu.
Dia terus mondar mandir sembari mengigit kuku tangan nya. Merasa resah serta bingung sendiri.
"Aduh apa gak papa yah kalau gue pakai baju kayak gini di depan pak Aidan? Gue malu banget,tapi gue juga penasaran apa dia beneran belok apa kagak."Maureen di hadapkan dengan kebingungan.
Aidan yang sedari tadi berada di sofa kamar sembari mengerjakan pekerjaannya pun merasa heran saat Maureen tak kunjung keluar dari kamar mandi.
Aidan yang merasa khawatir pun lekas berjalan ke arah kamar mandi lalu mengetuk pintunya.
Tok tok tok
"Dek,kamu gak papa kan? Kok lama di kamar mandi nya."ucap Aidan dengan setengah berteriak.
Maureen yang tengah mondar mandir itupun terjingkrak kaget. "A-ah iya mas aku baik baik aja kok, sebentar perut aku mules."alibi Maureen.
"Kamu sakit perut dek."
"I-iya."
"Astaghfirullah dek kenapa gak bilang,kita kerumah sakit aja yah dek. Mas takut kamu kenapa napa."
"Ehh gak udah mas ini cuman mules biasa kok,gak papa mas aku bentar lagi keluar kokm"ucap Maureen di dalam sana.
"Baiklah,kalau perutnya semakin mules bilang sama mas kita ke rumah sakit."
"Iya mas."
"Haduh gimana nih,gue udah lama banget di kamar mandi mana dingin lagi."Maureen mengusap kedua lengan nya sendiri.
Setelah sempat berpikir beberapa saat Maureen pun memutuskan nya.
"Ah tau lah,gak papa malu nya di singkirkan dulu. Gue lebih penasaran sama pak Aidan kaum pelangi apa bukan,gak papa kalau gue harus jebol sekarang gue ikhlas. Huh bismillah Maureen Lo pasti bisa."
Maureen pun segera mengganti baju nya dengan baju dinas malam nya, tak lupa dia juga memakai sedikit polesan di wajahnya. Serta rambutnya dia biarkan terurai begitu saja.
Itupun sebenarnya adalah saran dari Kanaya,sumpah Kanaya polos polos gitu ternyata ngerti juga soal urusan ranjang dan memuaskan suami. Padahal dirinya saja belum menikah.
Sebelum keluar dari kamar mandi, terlebih dahulu Maureen mengatur nafasnya agar tak terlihat grogi di hadapan Aidan. Setelah merasa siap baru lah Aidan membuka pintu kamar mandi.
Ceklek
Di lihatnya Aidan tengah duduk di sofa sembari memainkan ponsel nya. Mendengar pintu terbuka Aidan pun mengalihkan atensi nya.
Aidan tampak tercengang melihat penampilan Maureen,dia bahkan tak bisa mengatakan apapun selain terdiam dengan mata yang tak terlepas dari Maureen.
Dengan penuh oercaya diri Maureen berjalan dengan elok ke arah Aidan yang masih mematung di tempatnya.
Aidan bahkan susah untuk berkedip dan menelan ludahnya sendiri melihat penampilan Maureen.
Dia baru tersadar dari lamunannya saat Maureen mengambil handphone nya lalu meletakkan nya di meja, kemudian duduk di pangkuan Aidan.
Maureen tersenyum manis sembari membelai wajah Aidan, perlahan Maureen mendekatkan wajahnya ke arah Aidan.
"Mau ambil gak mas gak? Adek siap."bisik Maureen di telinga Aidan.
Mendengar bisikan Maureen itu tentu saja Aidan tak menyia-nyiakan kesempatan,dia langsung menggendong Maureen lalu membawanya ke atas ranjang.
Ya kalian sudah tau lah yah yang akan terjadi tak perlu author tulis lagi.
"Yakin dek?"sebelum pada intinya Aidan kembali menanyakan keyakinan pada Maureen.
Memang sepanjang mereka melakukan itu,Aidan memperlakukan Maureen dengan sangat baik dan lembut. Bahkan Aidan selalu meminta izin jika ingin melakukan sesuatu pada tubuh Maureen.
Maureen pun tak bisa melakukan apapun lagi kecuali mengangguk saja. Dan Aidan pun memulai semuanya.
Kini kedua pasangan itu sudah menjadi suami istri yang sesungguhny,mengarungi indahnya surga dunia berdua, meraih ridho serta pahala dari apa yang mereka lakukan sekarang.
"Terimakasih sayang nya mas,mas sayang sama kamu."ucap Aidan lalu membubuhkan sebuah kecupan di kening Maureen.
Sebelum pada akhirnya Aidan menarik selimut untuk menyelimuti tubuh nya dan sang istri, setelah malam panjang itupun kedua orang itu tertidur dengan saling memeluk.
Dini hari seperti biasa jam tiga pagi Aidan selalu terbangun untuk menunaikan sholat malam. Yang biasanya dia akan sholat bersama sang istri kini tidak,dia sholat sendirian dan membiarkan Maureen bergulung dengan selimut nya.
Aidan merasa kasihan jika membangunkan Maureen, terlihat dari wajah Maureen yang begitu nyenyak tertidur karena kelelahan, apalagi mereka baru tertidur dua jam saja.
Biarlah malam ini Maureen tak melakukan sholat malam,tapi nanti saat akan sholat subuh Aidan akan membangunkan Maureen.
"Sayang,bangun yuk udah subuh. Mandi dulu,mas udah siapin air anget nya buat adek. Bangun yuk sayang."Aidan membangunkan Maureen sembari mengecupi wajah Maureen.
"Emhhhh."Maureen hanya menggeliat sembari kembali mengeratkan selimutnya.
Aidan yang melihat itupun hanya bisa terkekeh. "Sayang bangun hey, nanti kita telat sholat subuh nya."
Namun tampaknya Maureen masih betah dengan alam mimpinya, hingga Aidan pun terpaksa langsung menggendong tubuh Maureen yang terbungkus selimut lalu membawanya ke kamar mandi.
Di kamar mandi,sudah pasti Maureen bangun. Namun dengan wajah yang masih terkantuk kantuk.
Jangan pikir kalian Maureen mandi sendiri,ouh tidak. Aidan lah yang memandikan Maureen,dan Maureen dia hanya bisa pasrah saja karena badannya pun terasa lelah dan matanya masih mengantuk.
Selesai mandi mereka pun melaksanakan sholat subuh, walaupun waktunya sudah mau menjelang pagi. Setelah sholat subuh tentu saja Maureen yang masih mengantuk itu memilih untuk kembali tertidur.
Sedangkan Aidan? Tentu saja dia bersiap siap untuk pergi ke kampus karena ada jadwal mengajar.
"Sayang mas izin pergi ke kampus dulu yah sayang, setelah selesai ngajar mas langsung pulang."bisik Aidan pada Maureen yang tertidur itu.
Maureen pun hanya membalas dengan deheman yang tak jelas,ya walaupun dia tertidur dapi telinga nya masih bisa mendengar walaupun tidak terlalu jelas.
"Mas pergi sayang,mas absenin kamu ke dosen kamu kok.."sebelum berangkat Aidan terlebih dahulu mencium seluruh wajah Maureen.
Aidan membiarkan Maureen untuk absen kuliah dulu, karena dia pun tau pasti Maureen lelah karena telah melayani nya, apalagi ini yang pertama untuk Maureen.
"bi nanti kalau Maureen bangun tolong masakin yah,sama jangan biarin Maureen ngerjain tugas rumah."terlebih dahulu Aidan memberikan amanah pada art nya.
"iya siap pak, sepertinya bapak lagi bahagia yah."ucap bibi.
"hah emang keliatan banget bi?"tanya Aidan.
"keliatan banget, mukanya kayak berseri seri. Kayak pengantin abis belah duren."ucap bibi membuat Aidan senyum senyum sendiri kala mengingat kejadian malam tadi.
ada ruang,