Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 : Bocil Lucu
Pesta pernikahan Zio dan Zea sudah berakhir. Mulai hari ini Zea dan Zio akan tinggal di rumah orangtua Zea dan sesekali nanti akan menginap di rumah orangtua Zio. Mereka baru boleh tinggal di rumah sendiri setelah mereka lulus SMA.
"Zea, gue pulang dulu, ya, selamat berjuang nanti malam," ucap Nina. Nina menjadi orang terakhir yang pulang diantara tamu lain. Tadi pagi dia datang dengan tangan kosong, sore ini dia pulang membawa banyak kotak makanan.
"Apaan sih?" Zea tidak mengerti.
"Sekarang Lo udah jadi seorang istri, jadi jangan terlalu polos, oke?"
"Ih gak jelas. Udah sana pulang, bosen gue liat muka Lo."
"Siap-siap nikmati waktu bulan madu kalian ya, lagian Lo kan izin gak masuk sekolah seminggu."
"Aduh Nina, gak usah banyak omong, pulang sana!"
"Iya, Iya. Gak usah Lo usir juga gue bakal pulang. Bye ..." Nina akhirnya pulang, dengan menaiki motor maticnya.
"Zea ..." panggil ibunya, menyuruh Zea masuk. Setelah melihat Nina keluar melewati gerbang rumah, Zea pun masuk.
"Kenapa, Ma?" tanya Zea, yang baru saja masuk rumah.
"Ini buat kamu. Pakai nanti depan Zio," kata Murni, menyodorkan sebuah kotak pada putrinya.
"Apa isinya, Ma?" tanya Zea panasaran.
"Nanti di kamar baru kamu buka," jawab Murni.
"Ya udah. Aku ke kamar dulu, Ma. Aku mau mandi, gerah," kata Zea.
"Mandi yang wangi. Di kamar mandi kamu masih banyak shampo kan?" kata Murni lagi.
"Ya elah Ma, aku kan mau mandi, belum tentu aku keramas."
"Ih, apanya yang belum tentu keramas. Besok pagi harus keramas, dan jangan lupa baca niat mandi wajibnya."
"Maksud Mama apaan sih? Zea gak ngerti."
"Nanti kamu juga ngerti. Zio bakal ngajarin kamu, karena dia lebih pinter dari kamu." Murni pun berlalu pergi, dia juga lelah, jadi Murni masuk ke kamar untuk istirahat. Dia tidak ingin mengganggu aktivitas anak dan menantunya untuk menikmati malam pertama dan menghasilkan cucu-cucu lucu untuk mereka.
Setelah Murni masuk ke kamarnya, Zea pun juga masuk ke kamarnya.
"Aaa ..." teriak Zea terkejut. Dia terkejut melihat Zio keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk dipinggangnya. Kotak hadiah yang diberikan ibunya sampai terlepas jatuh ke bawah.
"Apaan sih? Lebay," ucap Zio.
Mata Zea tidak sengaja menangkap perut sixpack Zio. Sempat berpikiran mesum sesaat, Zea langsung menyadarkan dirinya. "Ngapain Lo mandi dikamar mandi gue?" tanya Zea, mengalihkan perhatiannya sendiri, agar berhenti melihat tubuh Zio.
"Kamar mandi Lo? Kita udah nikah, kamar mandi Lo ya kamar mandi gue."
"Benar juga," sahut Zea, saat baru ingat dirinya sudah menikah dengan Zio.
Zio geleng-geleng kepala, kemudian dia kembali berjalan menuju lemari.
"Eh Lo ngapain buka lemari gue? Mana ada baju Lo di sini," cerca Zea.
"Tuh ada," jawab Zio.
"Kok baju Lo tiba-tiba ada di sini?"
"Kepala pelayan rumah gue yang bawa dan langsung menatanya di lemari. Oh ya, tuh hadiah buat Lo," kata Zio lagi. Kemudian dia membuka lemari bawah. Isi lemari itu adalah aksesoris dan perhiasan emas, banyak sekali.
Zea senang dan langsung melihat aksesoris-aksesoris dilemari itu. "Ini semua buat gue? Lo kan udah kasih hantaran ke gue, ngapain Lo ngasih hadiah lagi?" tanya Zea kegirangan. Dia hanya berbasa-basi, dan sebenarnya dia sangat senang.
"Hantaran itu dari Papi dan Mami, bukan dari gue. Ini semua baru dari gue. Kata kakek, gue harus kasih hadiah untuk istri gue. Akhirnya kepala pelayan menyarankan gue kasih Lo perhiasan," jelas Zio.
"Kepala pelayan di rumah Lo emang top."
"Lo masih di sini? Gue mau ganti baju, sebaiknya nanti lagi Lo timang perhiasan ini," kata Zio.
"Ganti aja, siapa juga yang mau ngintip. Gak ada yang diliat juga."
"Oh ya? Gak ada yang dilihat? Kalau begitu, gak masalah dong gue lepas handuk gue di sini, dan Lo bakal liat ..." Zio mendekatkan bibirnya ke telinga Zea. Dia membisikan sesuatu.
Seketika mata Zea membulat sempurna mendengar ucapan pelan Zio di telinganya. "Oke, oke, oke, gue bakal masuk ke kamar mandi, sekalian gue mau mandi. Lo ganti baju aja dulu sepuasnya. Gue gak mau liat punya Lo, sumpah." Zea langsung melepas perhiasan yang dia pegang. Dia kemudian dengan cepat mengambil handuknya dan lari seribu langkah menuju kamar mandi. Zio tertawa kecil melihat tingkah lucu Zea.
"Gini amat ya punya istri Bocil lucu." Zio masih tertawa kecil, tingkah Zea sangat menghiburnya.
Zea langsung menutup pintu kamar mandi. "Sialan tuh orang, ngapain dia ngomong gitu? Hampir aja gue menyaksikan siaran langsung. Bego banget sih Lo, Zea." Zea akhirnya memaksa otaknya melupakan apa yang dibisikan Zio tadi. Zea langsung fokus ke ritual mandinya.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....