Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Damar! Where are you?.."
Bella terkejut luar biasa disuguhi pemandangan yang tidak mengenakkan. Damar nyaris mencium Anna didepannya. Mereka sedikit pun tidak menyadari jika kini telah berdiri Bella yang sedang menatap marah kerah mereka.
"Damar!"
Anna spontan mendorong tubuh Damar yang setengah telanjang itu.
"Maaf, mas sa- saya .."
"Bagus ya kamu, bukannya kamu kerja disini. Eh malah godain anak majikan, dasar cewek murahan." Cecar Bella menatap tidak suka.
"Kamu ngapain kesini?" Tanya Damar dengan santai memakai kembali pakaiannya. "Kamu gak perlu, menghina orang lain, bel. Apa kamu gak sadar, diri kamu itu seperti apa? Apa perlu aku ingatkan."
Anna meninggalkan kamar, tanpa menanggapi ocehan Bella.
"Itu udah masa lalu, gak perlu kamu ungkit lagi." Lirih Bella.
Menyeringai.
"Kamu ngapain datang, gak ada yang ngundang kamu juga kan?"
"Ko gitu, aku kesini mau nengokin om Suryo sekalian ketemu kamu." Bergelayut manja di lengan Damar.
Damar risih dengan sikap Bella ia, melepas dengan kasar tangan Bella. Matanya memutar malas, dengan segala tingkah nya yang sudah banyak ia tahu.
"Papa di rumah sakit bukan disini,"ketus.
"Rumah sakit? Om Suryo kenapa, mar?"
"Kalo dirumah sakit, tempatnya orang sakit."
"Iya aku tahu, tapi maksudnya sakit apa?"
"Belum tau,"
"Nyebelin banget sih jawabnya," menggerutu.
"Yaudah pulang,,"
Bella mengerucut kan bibirnya.
"Kamu ngusir?"cemberut.
"Iya! Masalah buat kamu?"
Bella semakin dibuat kesal oleh Damar.
"Gak, aku gak mau pulang. Aku masih mau disini, kita bahas pernikahan kita dari tema, baju, warna, ketring dan lain-lain." Ocehnya Bella.
"Emang siapa yang mau nikah?" Ledek Damar.
"Ya kita dong, sayang."kesal.
"Kamu aja sendiri," ketus.
"Mar, ko kamu dingin banget sih. Kita kan sebentar lagi mau menikah. Sikap kamu sama aku masih aja gitu." Mengerucutkan bibirnya.
Bella kesal sikap nya benar-benar berbeda dari sebelumnya. Dulu semasa kuliah mereka tidak sengaja saling kenal, kebetulan satu universitas. Hingga sampai menjalin hubungan asmara, namun Damar dikecewakan, sekaligus dipatahkan oleh Bella yang sudah secara terang-terangan berselingkuh didepan matanya. Hingga suatu hari Damar, dikejutkan dengan pemandangan yang membuat hatinya semakin parah dan hancur tidak tersisa, disaat Bella tengah bergumul mesra, layaknya pasangan suami istri di apartemen miliknya.
"Dah lah, bel. Mau sampai kapan kamu kaya gini? Hubungan kita gak akan bisa diperbaiki, kita sudah selesai!" Sahut Damar dengan tegas.
"Bisa, mar. Selagi kita mau berubah semuanya bisa. Dan aku sudah berubah, kamu bisa percaya sama aku."
"Oh ya, masa? Aku ragu," tersenyum kecut.
"Apa karena perempuan itu, yang membuat kamu tidak mau bersamaku lagi? Bukanya dia diperkenalkan sama om Suryo anak angkatnya,bukan?"
Damar menatap tajam kearah Bella.
"Tidak usah melempar kesalahan pada orang lain, aku sudah tidak memiliki hati sama kamu, bel. Garis bawahi itu!"
Bella masih belum menyerah untuk mendapatkan kembali kepercayaan Damar, meski dia tahu itu akan sulit.
"Kamu hanya perlu, beri aku kesempatan sekali lagi, Damar.. Dan aku bisa bahagiain kamu seperti dulu lagi."
"Aku mau kerja, silahkan kamu pulang. Jika mau pergi kerumah sakit, pergilah sendiri. Aku sedang tidak menerima tumpangan." Langkahnya berlalu meninggalkan ruangan yang disana masih terdapat Bella, menatap kepergian nya.
Deru didalam lubuk hatinya seakan terbakar cemburu, ia memang merasa kan ada yang aneh semenjak pertama kali datang. Diantara Damar dan Anna sudah terlihat keanehan yang tidak bisa di katakan, layaknya bukan seorang pembantu dan majikan, ataupun seorang saudara angkat. Tapi lebih kesebuah hubungan yang belum tersampaikan.
"Liat aja nanti, Damar." Umpatnya.
..
..
..
..
"Papa mau apa? Ko, gak mau makan?" Angga terpaku heran dengan kondisi papanya yang kita memburuk.
"Angga, dimana Damar?" Lirih pak Suryo yang masih terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.
Angga hanya bisa menghela nafas panjang, dadanya terasa sesak disaat papanya selalu menanyakan Damar, sementara Angga lah yang terus menunggu nya, dan terus terjaga untuk menantikan dirinya tersadar.
"Sebentar lagi Damar kesini, pa. Papa makan dulu ya, biar cepat sembuh." Seraya memberikan sesendok bubur, namun masih ditolak oleh Suryo.
Angga pun nyaris menyerah, membujuk papa bukan hal mudah. Ia terus menolak untuk makan. Bahkan disaat kondisinya yang semakin tidak baik.
Pak Suryo yang tidak muda lagi, sering kali menutupi rasa sakitnya itu dari kedua anak-anaknya. Ia hanya bisa menahan dirinya sendiri ketika rasa sakit melanda.
Namun secara kebetulan rumah sakit yang sering kali didatangi pak Suryo, tempat bekerja Tio seseorang yang sangat dikenal Angga, sehingga Angga tahu, apa yang tengah diderita papanya.
"Pa, sebenarnya Angga mau tanya setelah papa sehat, tapi sepertinya belum waktunya Angga untuk bertanya."lirih Angga.
"Tanyakan saja, apa yang sedang mengganggu pikiran mu,"lemah.
"Sebenarnya seistimewa apa Damar dimata papa? Bukankah aku juga anak papa? Tapi, kenapa aku merasa papa selalu memberikan kasih sayang yang berbeda, diantara kami."
Tanpa disadari pria setengah baya itu, menitikkan air mata. Dia tidak menyangka jika Angga akan Bertanya sejauh ini.
"Nak, kamu anak papa. Hanya saja, kamu tahu kn Damar bagaimana?" Beralasan. Suryo belum siap dengan segala yang akan terjadi.
"Mata papa, gak akan bisa boong sama Angga. Ada yang papa sembunyikan dari Angga sama Damar, kan?"
"Tidak ada yang papa sembunyikan, nak." Menekan ucapannya.
Anggar merogoh kantung celananya, dan mengambil selembar foto.
"Lalu jelaskan ini siapa? Dia memeluk mama begitu erat." Ucapannya memberikan selembar foto yang ia temukan diruangan kerja pak Suryo.
Kedua mata Suryo terbelalak. "Dari mana kamu dapat ini?"
"Itu tidak penting, papa cukup menjawab siapa dia?"
Kali ini Suryo tidak bisa menyangkal lagi, dengan kondisinya sekarang dimungkin tidak akan terselamatkan. Inikah waktu yang tepat...
"Dia ..." Sesegukan. Suryo tidak bisa mengendalikan dirinya. Bulir beling itu tumpah melewati pipinya begitunya.
Angga semakin dibuat kebingungan, reaksi Suryo diluar nalar nya . Angga tidak bisa berkata-kata lagi, foto satu keluarga bahagia didalamnya terdapat seorang perempuan yaitu ibunya dengan balutan gaun putih, tengah menggendong seorang bayi, dan berdiri disampingnya satu laki-laki gagah dan tampan merangkul mesra mamanya, keluarga yang sempurna. Tetapi dia bukanlah papanya, Suryo.
"Mungkin ini saatnya, kamu harus tahu segalanya."
Angga mengeryitkan dahinya. "Maksudnya? Angga belum mengerti, pa."
"Di-a .. "
Angga menunggu jawaban Suryo begitu antusias.
"Siapa?"
Kedua mata itu begitu sendu, terdapat kesedihan bergelayut didalamnya.
"Dia papa kandung kamu, Angga."
Deg!
Jantungnya seakan berhenti berdetak. Tubuhnya melemas, rasanya tidak ada kekuatan untuk berdiri lagi.
"Papa bercanda,"
"Dia papa kandung mu, nak. Bertepatan diulang tahun Damar, saat itu ..."
Suryo menemukan sebuah kejutan, yang seumur hidupnya tidak bisa ia lupakan. Sebuah pengkhianatan dari Anita, istrinya. Tepat Angga baru menginjak satu tahun, Suryo mengetahui perselingkuhan istri nya dengan seorang pria bernama Yusman Dwianggara.
Kejutan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, Anita menjalin kasih dengan orang lain. Pertengkaran hebat pun terjadi, Anita meminta pengampunan dari Suryo namun, saat itu hatinya begitu hancur tidak tersisa.
Dinding rumah tangga yang sudah terjalin selama 12tahun lamanya, kini tubuh seketika hancur-sehancurnya.
Anita menyembunyikan kebenaran dengan topeng, mengatas namakan cinta. Dia menjalani hubungan terlarang dibelakang Suryo hingga melahirkan Angga, yang ia kira darah dagingnya sendiri. Ternyata dia hasil hubungan gelap antara istrinya dan orang lain.
Satu kebenaran yang terasa pahit. Luka yang sudah lama tersimpan rapat-rapat akhirnya terungkap.
Flashback.
"Mas, aku minta maaf. Aku khilaf!"
"Kamu bisa begitu tega, mengkhianati aku dan Damar, selama ini."
"Aku khilaf, mas. Maafin aku."
"Anita! Kamu sadar, dengan apa yang kamu perbuat. Kamu berselingkuh dengan orang lain dan bodohnya aku percaya, jika Angga anakku. Anak hasil hubungan mu dibelakang ku! Kamu bukan cuma membuatku patah hati, tapi kamu sudah berhasil membuatku hancur tidak tersisa. Pergi! kamu dari sini, sekarang! Aku sudah tidak sudi melihat wajahmu, wajah yang sudah mengkhianati keluarganya sendiri!"
"Mas....!"
.....