Pesona Majikan BuleKu

"Agatha?!"

"Richard Evander De Bruin. Im come back," ucap Agatha tersenyum. Richard masih bergeming menatap Agatha tak percaya. "Tenyata kau masih mengenaliku." ucapnya lagi, yang masih tak mendapat respon.

"Sudah ku duga, ambisimu lebih besar dari tekadmu." ujar Richard datar.

"Setelah kejadian 2 tahun lalu Aku____"

"Tidak perlu bertele-tele. Ini adalah dokumen yang harus kau lengkapi. Sisanya akan menjadi urusan Jimmy." Richard benar-benar menunjukkan sikap dinginnya. Dan tidak ingin terlibat perbincangan apapun, dengan mantan kekasihnya itu.

Agatha berdiri membusungkan dada. "Richard!" panggilnya mensejajarkan diri. Pria itu melirik jarak antara dirinya, dan Agatha dengan senyum remehnya.

Diraihnya sebuah gelas berkaki panjang diatas meja. Lalu ia menjatuhkannya dengan sengaja. Suara pecahan gelas itu menarik perhatian banyak pengunjung.

"Richard! Apa yang kau lakukan?" tanya Agatha, melirik pengunjung disekitarnya. Yang tengah memperhatikan keberadaanya.

"Kau lihat itu! Kaca yang sudah pecah, tidak akan bisa kembali seperti semula. Walau kau coba menyusunnya kembali.'' tuturnya seraya melempar beberapa lembar uang kertas diatas meja. Dengan arogan Richard berjalan meninggalkan meja seraya merapihkan kancing jasnya.

Agatha melihat gerak punggung lebar pria dihadapannya dengan tatapan pias. Mengepalkan kedua tangannya marah. "Jangan pernah berpikir aku menerima penolakan ini, Richard." lirihnya meraih hand bag dari brand ternama. Bergegas meninggalkan meja pengunjung.

"Sungguh kurang ajar sekali dia. Memperlakukan ku di depan umum. Awas saja Aku tidak akan diam begitu saja." ancamnya tidak main-main.

Agatha mengoperasikan mesin kemudinya dengan perasaan kesal. Dia lebih memilih pergi ke club daripada kembali ke hotel. Mobilnya berhenti di club yang cukup terkenal di pulau Bali.

"Pelayan!" panggilnya melambaikan tangan. Seorang bartender datang, membawa nampan berisi cawan, dan wine lalu menuangkannya.

"One more!" pinta Agatha. Pelayan kembali menuangkan wine kedalam gelasnya.

"Anda sudah terlalu banyak minum, Nona!" Ujar pelayan memberi peringatan padanya. Pasalnya pelayan itu sudah menuangkan wine, kedalam gelasnya berkali-kali hingga habis.

"Ambilkan satu botol!

"Tapi, Nona..."

"Cepat ambilkan!" perintahnya lagi dengan nada penekanan.

Seorang pria datang, dan duduk disamping Agatha. Menerima gelas berisi anggur merah.

"Apa kau juga akan minum bersamaku?" Agatha bertanya pada pria di sampingnya. Dengan keadaannya yang sudah mabuk. Agatha memiringkan kepalanya memandang pria disebelahnya. "Kau kembali, Richard? Aku tahu kau pasti kembali." racaunya mengatakan apapun yang ada dalam pikirannya.

Pria itu melirikkan matanya, seraya menerima segelas anggur. Lalu memberikan padanya, Agatha menerima minuman itu lalu meneguknya hingga habis.

"Sudah-sudah, cukup!" tolak Agatha tidak ingin minum lagi. Gadis itu berusaha bangkit dari duduknya. Tubuhnya sempoyongan akibat pengaruh alkohol terlalu banyak. Kakinya seakan tidak mampu menopang tubuhnya. Untuk berdiri saja dia sulit apalagi harus kembali ke hotel dalam keadaan mabuk berat.

Yang ada hanya akan mengundang bahaya. Sekali lagi Agatha benar-benar kehilangan kendali. Dia sudah tidak sadarkan diri jatuh dalam dekapan pria dihadapannya. Dan membawanya keluar dari club menuju lobi.

Digendongnya tubuh Agatha ala bridal membawanya masuk kedalam mobil miliknya. Ditatapnya wajah cantik wanita disampingnya duduk. Ada banyak goresan luka disana, yang masih membekas akibat penghianatan darinya.

Dua tahun lalu,

Agatha berjanjilah kau akan tetap bersamaku dalam keadaan apapun. Aku akan memulai bisnisku kembali dari awal. Dan Aku yakin kali ini tidak akan gagal lagi, Aku akan mencari pelaku itu untuk merebut kembali aset perusahaanku.

Untuk kali ini saja Aku minta bantuan darimu, Agatha. untuk membangun kembali bisnisku yang hancur. Aku telah ditipu, semua aset perusahaanku habis ditipunya.

Bagaimana caraku bisa bertahan denganmu, Richard? Sepeserpun kau tidak punya. Hidup ini realistis, tidak ada wanita yang mau bertahan dengan laki-laki tanpa uang. Aku adalah seorang model, di dunia modeling butuh sekali banyak biaya hidup.

Air susu yang dibalas dengan air tuba. Seperti itulah perasaan Richard pada saat itu. Ketika Agatha benar-benar meninggalkan dirinya yang sedang terpuruk.

Dan yang lebih menyakitkan lagi, dia menjalin hubungan dengan pria yang telah membuat perusahaanya bangkrut. Diliriknya wanita yang dulu pernah dicintainya, masih terpejam karena mabuk.

Richard membawa Agatha ke hotel, tempat dia menginap. Setelah tadi Richard memeriksa tas miliknya terdapat kartu cek in.

***

Sementara Herman yang membawa mobil milik Agatha. Membawanya ke lobi hotel, dan kembali dengan menggunakan jasa taxi online. Setelah membawa mantan kekasihnya ke kamar hotel. Ia bergegas meninggalkan kamar, sebelum wanita itu kembali meracau.

Sementara di mansion milik Richard. Albrert, dan Wilson putra dari pamannya. Datang untuk bertamu, setelah ayahnya mengatakan jika Richard kembali tinggal di Bali.

Sukma yang tidak mengerti akan ucapan dua pria asing itu. Hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Kalian siapa? Tuan sedang tidak di rumah. Tolong pergilah!" Sukma tidak tahu harus bicara apa, dan bagaimana. Dia hanya bisa memberikan kode lewat lambaian tanganya saja memintanya untuk segera pergi.

Albert, dan Wilson sebagai kerabat Richard mereka merasa terusir. Dengan sikap kurang ajar Sukma yang hanya sebagai pelayan. Beraninya dia mengusir kedatangan keponakan tuan rumah.

"Berani sekali dia menggusir kita pergi," kata Wilson pada Albert kakaknya.

Dengan senyum seringai kedua pria itu saling lirik menarik sudut bibirnya.

"Kita kerjain dia," ucap Albert. Kedua pria itu berjalan mendekati Sukma. Sedangkan dia sudah sangat ketakutan. Berjalan mundur menghindari dua pria, yang diyakini jika mereka bukan pria baik-baik.

"Tolongggg!" teriak Sukma kencang. Lari keatas lantai atas. Dia tidak tahu harus sembunyi dimana, kedua lututnya gemetar karena rasa takut menguasai dirinya.

Albert dan wilson mengejar Sukma yang lari keatas. Albert berhasil menarik tangan Sukma, ia pun berteriak lebih keras dari sebelumnya. Bahkan pita suaranya hampir putus, mereka tertawa puas. Melihat wajah gadis itu berteriak histeris karena ketakutan.

"Pergi...... Pergi....!" teriaknya menangis ketakutan. Wilson, dan Albert menarik paksa tangan Sukma untuk turun.

"Kami hanya ingin mengajakmu main-main. Kami akan tunjukkan, bagaiman cara orang dewasa menggunakan permainannya." Albert mengatakan apa yang gadis itu tidak mengerti. Dan terus menyeretnya turun hingga kelantai dasar. Dan mendorong tubuh Sukma hingga jatuh keatas sofa.

Mereka tertawa melihat rok yang Sukma pakai tersingkap. Hingga memperlihatkan kulit pahanya yang putih bersih.

Albert yang hendak mengunci tubuh Sukma. Berteriak kencang tepat di telinganya. Hingga telinganya berdengung sakit, wajahnya tiba-tiba memerah marah.

Mengangkat satu tangannya ke udara untuk menampar pipinya. Suara teriakan Richard, lebih dulu menghentikan aksi tangannya. Yang hanya melayang ke udara di depan wajah Sukma.

"Aberrrttttt... Wilson.....! Stopping!" Kedua pria itu menoleh kearah sumber suara. Sukma secepatnya lari menghampiri Richard. Memeluk tubuh kekar pria asing itu tanpa sadar.

"Tolong Aku! Aku takut sekali." ucap Sukma mendekap erat di dadanya. Dapat Richard rasakan betapa takutnya Sukma hingga tubuhnya bergetar hebat. Air matanya tembus membasahi kemeja yang pria itu pakai.

Sorot matanya yang tajam, dengan tatapannya yang mematikan. membuat kedua keponakannya itu, lari meninggalkan mansion miliknya.

"Sukma!" panggil Herman. Sukma yang tersadar mendengar suara Herman. Ingin segera melepaskan diri dari Tuannya. Tapi Richard lebih dulu menggenggam erat telapak tangannya.

Sebelum Sukma melepaskan dekapannya, Tuannya menatap netra basah gadis yang masih dalam dekapannya. Seolah tidak ingin Sukma pergi darinya.

"Herman, tinggalkan kami!" pinta Richard. Pria itu pun pergi sesuai titah tuannya minta.