Pertemuan tanpa sengaja menjadi bibit cinta tumbuh dibumbui oleh perjalanan karakter yang penuh rintangan serta persahabatan antar karakter yang membuat kisah mereka lebih berwarna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabijh1799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Flashback on
Sebenarnya keluarga Vino adalah keluarga yang cukup harmonis dari papah, mamah, dan Nadila sangat supportif untuk mendukung apa yang mereka lakukan selagi itu benar dan tidak merugikan orang banyak.
Ibu Vino bernama Shania junianatha, dia adalah seorang desainer pakaian terkenal yang sudah membuat desain baju sampai masuk ke Paris Fashion week. Ya menang itu pencapaian yang cukup baik untuk seorang desainer yang berawal dari iseng menggambar sebuah baju untuk seseorang dan itu membuatnya memiliki motivasi untuk membuat pakaian yang berkelas.
Siapakah orang yang pertama kali digambarkan dan dibuatkan baju dari Shania? Benar dia adalah papahnya Vino atau Sandy Aryan, dia adalah seorang arsitek persis dengan Vino dan Vino menjadi arsitek berasal dari papahnya yang suka membuat gedung-gedung tinggi dan itu membuat Vino termotivasi.
Selain menjadi arsitek, Sandy juga adalah seorang penyanyi bisa dibilang tidak terlalu terkenal namun banyak orang yang menyukai suaranya termasuk Shania itu sendiri.
Awal mereka kenal juga terbilang tidak biasa dan juga tidak mengenakkan, dulu sebelum Sandy lulus kuliah dua sering bernyanyi di beberapa kafe dekat kampusnya dan itu juga menjadi penghasilan dia untuk uang jajan tambahan dari ortu atau kakek Vino.
Dan pada suatu hari ada seorang wanita datang sendiri membawa beberapa buku dan laptop duduk di pojokan kafe tempat Sandy akan bernyanyi, dan pada saat Sandy akan duduk di tempat biasanya ternyata tempat yang wanita duduki itu adalah tempat biasa Sandy.
"Mohon maaf mba saya sudah pesan tempat ini" ucap Sandy pada wanita yang duduk di mejanya
"Tapi disini tadi ngga ada tulisan reservasi" balas wanita itu yang memang disana tidak ada tanda bahwa tempatnya duduk sekarang sudah dipesan
"Iya mba tempat ini khusus untuk saya" ucap Sandy yang sedikit menekan nadanya
"Mana ada mas, ini tempat umum" balas wanita itu yang juga menekankan nada bicaranya
"Haduhh" akhirnya Sandy memanggil pelayan disana dan berusaha memberitahu pada wanita yang sedang duduk disana.
"Mohon maaf mba tempat ini sudah masnya pesan" ucap pelayan disana
"Tapi tadi pas saya duduk ngga ada tulisan reservasi" balas wanita itu yang membela dirinya
"Iya mba mohon maaf sekali tapi memang tempat duduk yang duduki sekarang sudah di pesan" ucap pelayan yang masih memberitahu wanita itu
"Udah deh udah gpp, mbanya duduk disini aja saya ngalah" ucap Sandy yang tidak ingin ada keributan dan juga tidak ingin ambil pusing dengan perdebatan itu
Akhirnya Sandy mengalah dan duduk di meja sebelah tempat dia biasa duduk disana, sebenarnya Sandy merasa tidak nyaman karena tempat duduknya yang sekarang cukup sering orang kesana-kemari dan itu tidak disukainya.
Beberapa saat kemudian ada seorang wanita berjalan menuju Sandy yang sedang meminum minumannya, dan itu temannya.
"Ehh san" sapa teman Sandy dari pintu masuk
"Akhirnya Lo Dateng juga ke, lama amat" balas Sandy menyapa temannya
"Sorry nih tadi hp gw mati sama macet parah banget" ucap temannya bersalaman dengan Sandy dan duduk di depannya
"Iya deh iya gw maklumi, makanya lebih awal lagi biar ngga macet" balas Sandy yang memaklumi itu
"Ya namanya juga kebetulan san"
Dia adalah Resty Wiranti Dhike biasa dipanggil Dhike, dia adalah teman sekaligus sahabat Sandy dari SMA namun mereka berpisah pada saat mereka berkuliah dan setelah mereka lulus ternyata mereka berdua bekerja dalam satu perusahaan.
Saat sedang mengobrol dengan Sandy, Dhike melihat seseorang yang dia kenali namun dia mengurungkan niatnya karena dia melihat punggung dari orang itu belum dari depannya. Dan pada saat orang yang dilihat Dhike membalikan badannya baru dia berani menyapanya.
"Ehh Shan" panggil Dhike pada wanita yang duduk di sudut meja mereka
"Loh Dhike Lo ngapain disini?" Saut Shania setelah mendengar panggilan dari Dhike
"Gw janjian sama temen gw" jawab Dhike yang menghampiri Shania
"Astaga kenapa Lo ngga bilang"
"Ya gw ngga tau Lo juga kesini jadi ya kebetulan aja"
"Iya deh, temen Lo mana?" Tanya Shania tentang teman yang Dhike maksud
"Ini dia" jawab Dhike sambil menunjuk Sandy
"HAH dia temen Lo?!" Kaget Shania
"Iya, kenapa Lo teriak gitu?" Tanya Dhike sambil menutup telinganya
"Eeee gpp kok, ya udah have fun yah" ucap gugup Shania ternyata orang yang ingin menempatkan tempat duduknya adalah teman Dhike dan dia berencana untuk pulang
"Lah Lo mau kemana? Kayaknya Lo baru sebentar disini, gabung aja sama kita" ucap Dhike menahan Shania agar bergabung dengannya
"Ngga dulu deh ke" tolak Shani dengan halus
"Ehh udah sekalian gw kenalin ke temen gw ini, dia masih jomblo loh" ucap Dhike dengan menaikan kedua alisnya
"Gimana yah"
"Udah gpp kita gabung aja"
"Iya deh"
Akhirnya Shania mengikuti kata Dhike dan bergabung meja dengan Sandy disana, namun setelah mereka duduk bersama hanya ada keheningan karena sebelumnya mereka tidak saling kenal dan juga dipertemukan dengan tidak tepat.
"Ehhh malah diem aja, ngobrol kali" canda Dhike melihat Shania dan Sandy hanya diam tanpa ada.sepatah kata
"Eee iya ke"
"Ohh iya ke gw pamit dulu yah" ucap Sandy agar dia cepat keluar dari situasi ini
"Lahh mau kemana Lo? Gw baru aja nyampe" ucap Dhike menahan Sandy agar tidak pergi
"Iya ke gw ada urusan"
"Halah udah santai aja, hari ini juga weekend kita nikmatin aja"
"Tapi ke..."
"Hushh katanya Lo mau nyanyi lagi udah sana nyanyi"
"Haduhh iya deh"
Dengan terpaksa Sandy kembali ke atas panggung karena permintaan sahabatnya. Setelah naik panggung kembali dan menyanyikan lagu-lagunya, Shania baru sadar ternyata suara penyanyi yang dia dengar sebelumnya itu dari Sandy sendiri karena dia fokus menggambar desain baju yang harus dia kerjakan.
"Shan gw mau pesen minum dulu yah, Lo disini dulu jangan kabur" ucap Dhike yang ingin memesan minuman untuknya dan Sandy
"Iya ah dikira gw apaan ke"
"Hehehe kan barangkali, ya udah sebentar yah"
"Hm"
Dhike menuju pelayan disana dan juga membayar minumannya untuk Shania menikmati nyanyian lagu dari Sandy yang memang itu membuat Shania sedikit tenang dan tersenyum karena dirinya datang ke cafe itu karena ingin menyendiri dan juga mengejar deadline desainnya. Mengingat desain Shania langsung mengerjakan desainnya kembali dan entah kenapa dia memiliki semangat untuk mengerjakannya kembali yang sebelumnya dia seperti ogah-ogahan.
Setelah Sandy menyanyikan lagu-lagunya akhirnya dia turun panggung kembali karena sudah tidak memiliki lagu yang bagus untuk dia nyanyikan dan juga ada pembawa lagu yang baru saja datang jadi dia harus bergantian, setelah dia turun dari panggung Dhike bertepuk tangan atas penampilan Sandy dan untuk Shania dia sangat fokus dengan desainnya.
"Wihh ternyata Lo ngga berubah yah san" puji Dhike pada Sandy
"Emang gw berubah jadi apaan, dikira gw power ranger" elak Sandy
"Bukan itu kamving, maksudnya suara Lo ngga berubah sejak SMA masih sama" ucap Dhike diiringi dengan pukulan di pundak Sandy
"Iya lah sih mau berubah jadi apaan"
"Iya ya ah, nih gw beliin Lo minum biar ngga seret tuh tenggorokan"
"Nah gitu dong untung Lo peka"
"Hehehe tuh diminum"
Akhirnya Sandy dapat meminum minumannya karena dia sangat kehausan dan tenggorokannya terasa kering setelah bernyanyi, saat dia minum dia melihat Shania sedang sibuk sendiri entah ngapain dan setelah dilihat lebih dekat dia sedang mendesain pakaian wanita yang entah dia buat untuk siapa.
"Bagus" puji Sandy melihat gambar Shania
"Hahh" kaget Shania setelah sadar Sandy melihatnya menggambar
"Iya bagus gambar Lo" puji Sandy kembali
"Eee makasih"
"Itu buat siapa?"
"Ada klien minta dibikinin baju buat nikahannya"
"Ohh gw kira buat Lo"
"Ngga ini buat nikahan"
"Ok"
"Eee udah mulai ngobrol nih" canda Dhike setelah kembali dari toilet
"Apaan sih Lo ke udah jangan ganggu dia, dia langsung fokus" elak Sandy
"Widih udah mulai peduli nih, tadi diem-dieman sekarang saling peduli"
"Apaan sih udah sekarang jangan ganggu dia dulu"
"Iya ya"
Sandy mengobrol dengan Dhike dan Shania masih fokus dengan menggambar desain pakaiannya yang sebentar lagi akan mencapai deadline. Setelah beberapa saat akhirnya desainnya selesai dengan sempurna, melihat itu Sandy dan Dhike melihat desain Shania dan mereka terpukau dengan desain itu.
"Ya udah san ke gw pamit pergi dulu yah" pamit Shania pada mereka berdua
"Lah belum ngobrol udah mau pergi aja Lo Shan" ucap Dhike yang menahan kembali Shania
"Iya sorry banget, gw harus ketemu klien dulu" ucap Shania uang sudah dihubungi oleh kliennya
"Haduh, iya deh gpp salam yah buat ibu Lo" balas Dhike yang mengijinkan Shania untuk pergi
"Iya ke ya udah gw pamit yah"
"Iya"
Shania langsung pergi meninggalkan Dhike dan Sandy disana. "Ibunya kenapa?"
"Ohh dia itu broken home, bapaknya ceraikan ibunya karena dia milih cewek lain jadinya ibunya harus didik Shania dan adiknya sendirian. Yahh namanya single parent sedikit ngga nyaman jadi Shania bantu ibunya kerja dan Lo liat sekarang" ucap Dhike tentang keluarga Shania
"Ohh gitu yah, berat yah hidupnya"
"Ya gitu deh, ehh gimana lanjutin lagi Lo kuliah di Jerman" Akhirnya Dhike dan Sandy kembali mengobrol tentang perkuliahan Sandy disana.
Setelah mendengar cerita dari Dhike membuat Sandy tergugah hatinya untuk membantu Shania dan juga membuat dia senang. Menurutnya dari wajah Shania sebelumnya terlihat dia sangat jarang menunjukkan senyumannya.
Sekarang dia sedang berada di depan kantor WO tempat Shania bekerja paruh waktu dengan dia membawakan bekal makanan dan juga beberapa alat gambar untuk menunjang pekerjaannya.
Dan yang ditunggu pun tiba, Shania keluar dari kantornya dengan sedikit lesu entah dia habis diomeli atau mendapatkan kritikan pedas dari kliennya itu membuat Sandy tidak tega dan dia menghampiri Shania.
"Shan" panggil Sandy setelah melihat Shania berjalan entah kemana
"Ehh Lo" kaget Shania setelah melihat siapa yang memanggilnya
"Lo bisa ikut gw sebentar?" Ajak Sandy
"Mau kemana?" Tanya Shania
"Udah ikut aja"
"Iya deh"
Mereka berdua masuk ke dalam mobil Sandy dan melaju ke tempat yang cocok untuk menghilangkan rasa jenuh dan stres setelah seharian bekerja.
*
Sesampainya disana, mereka turun dari mobil dan Shania terpukau dengan pemandangan yang berada di depannya.
"Gimana bagus?" Tanya Sandy setelah turun dari mobilnya
"Bagus, Lo tau darimana ada tempat sebagus ini?"
"Gw ngga sengaja ketemu tempat ini karena diujung sana ada rumah yang jadi inspirasi gw buat jadi objek skripsi gw dulu" jawab Sandy tentang tempat yang mereka kunjungi sekarang
"Ohh gitu" Shania menganggukkan kepalanya
"Lo kenapa tadi?" Tanya Sandy mulai bertanya-tanya
"Kenapa apanya?" Tanya balik Shania yang tidak maksud
"Dari muka Lo lagi ada masalah yah?"
"Biasa lah banyak revisi gambar padahal gw udah ubah bahan sesuai dengan klien minta tapi masih diganti dan terus ya gw cape dan gw oper ke temen gw" jawab Shania menceritakan tentang projeknya
"Ya udah yang sabar mungkin Lo lagi diuji ketemu sama orang kayak gitu" ucap Sandy menenangkan Shania
"Iya gw juga belajar buat sabar ngadepin orang kayak gitu" balas Shania sambil menghembuskan nafas beratnya
"Ehh iya kita belum kenalan, gw Sandy Aryan" ucap Sandy memperkenalkan dirinya
"Gw Shania junianatha" balas Shania yang juga memperkenalkan dirinya
"Lahir bulan Juni yah?"
"Iya kok Lo tau"
"Gpp nebak aja, ehh iya nih gw bawain Lo makanan" ucap Sandy sambil memberikan sekotak bekal untuk Shania
"Ehh ngga usah kenapa repot-repot sih" tolak Shania dengan halus
"Udah Lo makan aja pasti Lo belum makan kan" ucap Sandy yang menduga Shania belum makan
"Iya sih tapi gpp gw makan?"
"Ya Allah Shan, makan aja gpp"
"Iya deh makasih yah"
"Iya"
Shania mulai memakan makanannya pemberian Sandy dan mulai dari sana mereka saling kenal hingga mereka menikah. Awalnya memang agak sulit membujuk ibu dari Shania karena memang Shania adalah pertama dan gadis yang membuat ibunya sedikit tidak setuju namun Sandy terus membujuk akhirnya mereka direstui untuk menikah.
Dan sekarang Shania sedang mengandung anak mereka yang sebentar lagi akan melahirkan, namun dengan tiba-tiba Sandy mendapatkan pekerjaan yang diharuskan dia keluar kota dan dia terpaksa harus ke luar kota karena tuntutan pekerjaannya. Shania sempat tidak setuju dengan Sandy pergi dinas namun dia juga tidak memiliki alasan yang kuat selain menemani dirinya karena masih ada adiknya dan juga orangtua mereka yang akan menjadi Shania selama hamil anak kedua mereka
"Maaf ya sayang aku harus pergi dinas tapi aku janji setelah ini aku akan nemenin kamu" pamit Sandy pada Shania
"Iya mas gpp kamu hati-hati yah" balas Shania memeluk Sandy
"Kalo ada apa-apa kabari yah" Sandy membalas pelukan istrinya itu
"Iya mas" Shania menganggukkan kepalanya dalam pelukannya
Setelah berpelukan, Sandy dan berpisah di bandara tempat pemberangkatannya, setelah itu Shania langsung kembali ke rumah untuk menjalani rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga dan juga dia memiliki bisnis kecil-kecilan namun sekarang dia sedang tutup karena kehamilannya.
Pada saat sedang menyapu dan juga mendengar suara TV, tiba-tiba terdengar berita tentang jatuhnya pesawat yang menyebabkan tewasnya seluruh penumpang dan awak pesawat disana. Sebenarnya Shania hanya mendengarkan saja dan pada saat sang reporter menyebutkan nomer pesawat dan juga maskapai Shania langsung melihat berita itu apakah benar itu adalah pesawat yang suaminya tumpangi atau bukan dan ternyata benar.
Shania cukup shock setelah mendengar berita itu dan menangis sejadi-jadinya, dari belakang adik Shania yang sedang menginap di rumah mereka menghampiri Shania.
"Kenapa kak?" Tanya adik Shania yang melihat Shania menangis
"S...suami kakak meninggal" lirih Shania setelah mendengar berita di televisi
"Yang sabar ya kakak"
Adik Shania menenangkan dan tiba-tiba juga perut Shania terasa sakit dan itu membuatnya harus dibawakan ke rumah sakit yang mungkin itu adalah tanda waktunya melahirkan.
Dan benar saja pada saat Shania sampai di rumah sakit, dia langsung di bawa ruang persalinan karena masuk bukaan 2 yang berarti anaknya akan melahirkan dan akhirnya anaknya lahir dengan sehat dan tanpa cacat sama sekali, dan ternyata anak mereka kembar laki-laki dan perempuan. Saat sedang membersihkan bayinya, dokter disana bingung karena tidak ada suami yang mendampingi pasiennya dan dia menghampiri Shania.
"Maaf Bu suaminya tidak datang?" Tanya dokter itu melihat Shania hanya sendirian
"Dia sudah meninggal dok" jawab Shania menahan tangisnya setelah menahan sakitnya melahirkan
"Maaf Bu saya tidak mengetahuinya, silahkan jika ibu berkenan bisa mengadzani kedua anaknya"
"Baik dok"
Shania menerima kedua anaknya untuk diadzankan dan memberikan ASI pertamanya. Sekarang dirinya bisa merasakan apa yang ibunya rasakan sebagai single parent.
"Aku janji mas akan merawat anak kita dengan baik, semoga kamu tenang disana" batin Shania setelah melihat kedua anaknya.
Flashback off
*
"Gitu Shan" ucap Vino setelah menceritakan tentang papahnya
"Ohh ternyata kakak sama Nadila itu kembar" ucap Shani yang baru tahu vino dan Nadila adalah kembar
"Iya Shan tapi beda beberapa menit doang" balas vino membenarkan ucapan Shani tadi
"Berarti aku manggil Nadila harus kakak dong, kan umurnya sama kayak kakak" ucap Shani yang tidak enak selama ini memanggil Nadila langsung dengan namanya
"Senyamannya kamu aja sayang" balas Vino sambil mengelus kepala Shani
"Iya deh, terus kata kakak mamahnya kakak meninggal itu kenapa?" Tanya kembali Shani tentang mamahnya Vini
"Dari dugaan dokter, mamah kena kanker paru dan pas ketahuan itu sudah stadium akhir jadi mamah ngga punya banyak waktu" jawab Vino tentang kenapa mamahnya meninggal
"Sabar ya kak" ucap Shani mengeratkan pelukannya
"Iya Shan, ya udah sekarang kamu tidur yah" ajak Vino setelah melihat jam sudah menunjukkan jam 10 malam
"Iya kak, kakak juga tidur besok kan kakak kerja juga" Shani mengiyakan permintaan Vino
"Ya udah bareng aja yah tapi aku di bawah" ucap Vino
"Iya kak"
"Selamat tidur yah semoga mimpi indah" ucap Vino setelah itu mengecup kening Shani
"Selamat tidur juga kak semoga mimpi indah" balas Shani dan setelah itu mengecup kedua pipi Vino.
***