Ini adalah novel ketigaku.
Bagaimana perasaan mu jika mengalami hal serupa sama persis yang di alamat seorang gadis bernama Nadira Fazilah Sharifa ?
Niat awal hidup di Jakarta untuk mengaduh nasib mencari ayah kandung dan melanjutkan hubungan dengan sang pacar yang sudah berjalan 3 tahun itu harus hancur seketika.
Lebih parahnya lagi harus menikah dengan orang asing dan anak SMA lagi.
Belum lagi fakta-fakta yang sangat mengejutkan nya.
Ikuti terus kisah cinta seorang Nadira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windii Riya FinoLa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku menginginkan mu
"Gue akan dijodohkan sama Qenan." ucap Rania secara gamblang.
Deg
Jantung Nadira seakan terhenti mendengar ucapan Rania barusan. Dan ia pun akhirnya mengerti jika Qenan makan malam bersama keluarganya, ada papa Surya dan orang tua Rania pasti membicarakan rencana perjodohan antara Qenan dan Rania makanya Qenan hanya melihatnya seperti tidak mengenalnya.
Matanya terpaku melihat Qenan menghampiri nya tanpa berkata apa-apa seakan menuturkan Rania adalah kebenaran.
Ia mundur satu langkah kala Qenan ingin menyentuh nya. Ini tidak bisa dibiarkan, ia tidak terima di tindas dan di permainan seperti ini.
"Jangan sentuh gue." ucapnya dingin.
"Ra.. Kamu salah paham."
Dapat ia lihat mata tajam itu berubah sendu ketika menerima penolakan darinya.
"Selesaikan urusan lo sama dia, perjodohan itu artinya juga ada orang tua di dalam nya. Jangan buat orangtua lo kecewa."
"Kita udah selesai Nan." ucapnya bersamaan dengan luruhnya air mata dari mata indah yang sangat disukai Qenan.
Nadira berlalu diikuti Nina. Para siswa-siswi tampak membicarakan atas kejadian tersebut.
Melihat Nadira pergi membuat Qenan mengacak rambut frustasi.
"Maksud lo apa hah? Siapa yang mau dijodohin sama lo? Gue akan buat perhitungan sama lo kalau sempat Nadira bener-bener ninggalin gue. Camkan itu." Bentak Qenan dan setelah itu ia mengejar Nadira dan Nina.
"Sial.. Kenapa Nadira pergi dengan Dion?" Hatinya sakit dan cemburu melihat Nadira pergi dengan Dion.
"Qen.. Ayo kita kejar Dion." seru Nazeef sejak tadi selalu berada di belakang Qenan.
Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil dengan Nazeef yang mengemudi.
"Lebih cepat Zeef jangan sampek kehilangan jejak mereka." titah Qenan fokus melihat mobil Dion di depan mereka.
Nazeef melirik Qenan sekilas, ia sudah memaki Qenan dalam hati sedari tadi.
Bahkan ini sudah sangat cepat, apa dia gak tahu apa gue belum mau mati sekarang?
Sedang di dalam mobil Dion, Nadira masih terus menangis. Ia merasa dirinya di permainan kan oleh Qenan.
Menjadi istri rahasia.
Menjadi pacar Qenan di luar.
Sebagai cewek ia merasa di PHP'in karena Qenan tidak pernah menyatakan cinta kepadanya.
Dan sekarang? akan di tinggal pas sayang-sayang nya.
"Dir.. Udah dong nangis nya.." Nina memeluk Nadira sembari menepuk-nepuk punggung Nadira.
"Gue mau pulang Na.." sahutnya dengan suara serak.
"Lo mau pulang kemana? ke kost gue atau apartemen Qenan?"
"Ke Bogor. Gue mau balik kesana."
Nina mengurai pelukan nya menatap mata Nadira yang sudah mulai membengkak.
"Lo serius?" tanya Nina mengusap air mata Nadira dan mendapat anggukan dari Nadira.
"Tapi lo dan Qenan gimana? hubungan lo bukan hanya pacaran Dira.."
Nadira bergeming tanpa menjawab karena ia juga tidak tahu mau bagaimana hubungan mereka.
"Udah jangan drama dulu woy.. Kita mau kemana? mobil Nazeef dari tadi ngikuti kita." Kata Dion mulai kesal atas kelakuan Qenan dan Nazeef.
"Balik ke apartemen Qenan aja dulu."
Dengan kecepatan di atas rata-rata Dion mengantarkan Nadira ke tempat yang di katakan Nadira.
Ia merasa seperti ada ikatan batin antara ia dan Nadira hingga melihat Nadira menangis di parkiran membuat ia merasa iba.
Mobilnya telah terparkir di basement apartemen begitu juga mobil Nazeef. Nadira menghapus air matanya lalu keluar mobil di ikuti Nina dan Dion.
"Ra.." panggil Qenan mengikuti Nadira tetap berjalan meski telah di panggilnya.
Mereka berlima baru saja keluar dari lift dan melangkah masuk ke apartemen Qenan membuat Nazeef dan Dion tercengang pasalnya mereka baru tahu jika Qenan dan Nazeef tinggal bersama.
"Ra. Please dengerin aku dulu."
Nadira yang sudah melangkah lebih dulu terpaksa membalikkan tubuh mendekati keempatnya.
"Dengerin apa? harus ngerti keadaan lo? sampai kapan?" cerca Nadira menatap tajam pada Qenan.
"Ra.. Maaf."
Nadira berdecak lalu melangkah masuk ke kamar di ikuti Qenan.
Melihat kedua pasangan itu membuat Nazeef dan Dion kembali tercengang pasalnya mereka terkejut jika Nadira dan Qenan satu kamar.
"Woy.. Bener satu kamar?" tanya Dion.
"Nggak tahu, gue aja baru tahu." sahut Nazeef.
Nina hanya diam saja mendengar mereka sedang menerka-nerka apa yang terjadi di dalam kamar Qenan dan Nadira.
"Lo karyawan Kafe Hebat kan?" tanya Nazeef.
Nina mengangguk. Sebenarnya ia tahu jika Nazeef adalah playboy makanya ia diam saja sedari tadi.
"Lo tahu kalau mereka tinggal bersama?" tanyanya lagi dan di anggukin Nina.
Anggukan Nina membuat Nazeef dan Dion terperanjat pasalnya mereka sudah mengenal lama seorang Qenan sangat susah di dekati cewek dan sekarang setelah mengikrarkan memiliki pacar ternyata sudah tinggal satu atap.
"Satu kamar?" tanya Dion yang sebenarnya perduli dengan Qenan maupun Nazeef hanya saja suatu hal membuat ia menjadi benci dengan keduanya.
"Ya."
"Parah.. Ini lagi kenapa mereka lama banget ya? apa mereka wik-wik?" tanya Nazeef entah bertanya pada siapa.
Dion hanya mengedikkan bahu dan Nina senyum-senyum sendiri.
Ah gue lupa tanyakan itu ke Nadira.. Pasti puas deh di bawah kukungan bos Qenan.. Astagaaa.. andai jodoh gue di antara mereka berdua yang gak kalah ganteng dari bos Qenan. Teriak Nina menatap kedua cowok di depan nya.
Sedang di dalam kamar apartemen dimana Qenan dan Nadira berada mereka masih tampak adu mulut sedari tadi.
"Cukup Nan.."
"Ra.. Please."
Nadira menggeleng. "Kasih gue alasan untuk bertahan."
"Ra.. Kita bukan cuma pacaran, kita udah nikah Ra.."
"Apa kamu lupa kalau kita cuma nikah siri? udah lah aku capek. Besok aku mau balik ke Bogor dan jangan temui aku lagi Nan.." seusai mengatakan itu Nadira kembali menangis. Rasanya sakit untuk mengatakan hal itu.
Mendengar Nadira masih saja keukeh untuk pergi meninggalkan nya membuat ia marah. Kilatan amarah nya terlihat jelas dari sorot mata yang menatap tajam kepada Nadira.
"Oke, mungkin dengan cara baik-baik kamu nggak bisa Ra.. Sekarang aku akan buat kamu tetap disisi ku selamanya." Qenan berjalan mendekati Nadira sembari membuka kostum basket nya yang belum sempat ia ganti tadi.
Nadira mendadak gugup melangkah mundur karena merasa ia tidak akan baik-baik saja.
"Qenan.. Jangan gila.."
"Kamu yang buat aku gila Nadira.." sahutnya dengan suara berat.
"Kamu udah janji tidak akan meminta hal itu sebelum tamat sekolah Nan.." Nadira mulai takut saat tubuh Qenan sudah menghimpit dirinya diantara dinding kamar.
Di belai wajah Nadira, merapikan anak rambut ke belakang daun telinga.
"Jangan tinggalin aku Ra.." ucapnya dengan suara berat tertahan.
"Aku gak bis-mmmpptt."
Mendengar Nadira akan menolak permohonan membuat nya emosi kembali. Ia tidak perduli dengan tangan Nadira yang mencoba memberontak.
"Aku menginginkan mu."
🌸
Bersambung..