NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Istri Tak Dianggap

Kutukan Cinta Istri Tak Dianggap

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cinta Paksa / Penyesalan Suami
Popularitas:260.8k
Nilai: 4.7
Nama Author: Bareta

(Revisi)

Merasa akhirnya bebas dari ikatan pernikahan dengan Elsa, wanita pilihan orangtuanya, Edward, berniat menata ulang hidupnya dan membangun rumah tangga bersama Lily, sang kekasih.

Namun tanpa disadari saat tangannya menggoreskan tandatangan di atas surat cerai, bukan sekedar perpisahan dengan Elsa yang harus dihadapi Edward tapi sederetan nasib sial yang tidak berhenti merudungnya.

Tidak hanya kehilangan pekerjaan sebagai dokter dan dicabut dari wasiat orangtuanya, Edward mendadak jadi pria impoten padahal hasil pemeriksaan dokter, dirinya baik-baik saja.

Ternyata hanya Elsa yang mampu mengembalikan Edward menjadi pria sejati tapi sayangnya wanita yang sudah terlanjur sakit hati dengan Edward, memutuskan untuk menikah kembali dengan Erwin, adik iparnya.

Apakah Edward akan memaksa Elsa kembali padanya atau memutuskan tetap menjadi pria mandul dan menikahi Lily ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siap Menerima Tantangan

Minggu pagi usai menggunakan fasilitas olahraga yang ada di situ, Edward mecuci pakaian kotor yang sudah menumpuk sekaligus membersihkan apartemennya.

Selama tinggal bersama Elsa, setiap hari Minggu Edward memilih pergi dari pagi dan baru kembali malam hari, tidak pernah memikirkan hal-hal semacam ini, apalagi Elsa tidak pernah mengeluh.

Baru selesai mengganti seprei, handphonenya berbunyi dan nama Lily terpampang di layar. Belum sempat Edward menjawab, panggilan sudah dimatikan. Ternyata hanya isyarat supaya Edward membaca pesan yang dikirim oleh Lily.

(LILY) Aku sudah di bawah. Ijinkan aku naik atau kamu akan menyesal ! Buktikan kalau kamu memang tidak selingkuh !

Edward menghela nafas. Entah mengapa akhir-akhir ini ia merasa Lily sangat egois, selalu memaksakan Edward untuk memenuhi permintaannya.

Edward berpikir Lily masih kesal gara-gara masalah rumah karena selama 3 hari kemarin, pesan Edward hanya dibaca dan panggilan teleponnya tidak dijawab, tapi siang ini wanita itu tiba-tiba sudah ada di apartemen Edward.

Membayangkan aksi nekad Lily yang bisa membuat malu akhirnya dengan terpaksa Edward menghubungi resepsionis untuk mengijinkan Lily naik ke apartemennya.

“Apa kabar sayang ?” sapa Lily sambil mengerling nakal begitu Edward membukakan pintu.

“Sudah nggak ngambek ?” ledek Edward sambil tersenyum. Hatinya kesal tapi tidak bisa benar-benar marah pada Lily.

“Sepertinya kamu harus cepat-cepat menikahiku supaya aku nggak gampang marah karena selalu dipenuhi rasa khawatir kamu akan meninggalkan aku setelah dipecat oleh daddy-mu.”

Lily memeluk Edward dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung pria itu.

“Apalagi sekarang kamu betah lama-lama membiarkan aku ngambek. Biasanya kamu pasti langsung datang ke tempat kost dan kalau perlu menunggu semalam suntuk sampai aku keluar.”

Edward tertawa, melepaskan tangan Lily dan membalikkan badannya.

“Rumah sakit sedang sibuk dengan urusan dinas kesehatan, rapat tahunan dan sepertinya pasien penderita jantung juga sedang meningkat.”

“Alasan,” cebik Lily sambil berjalan mencari kamar Edward.

“Kamu mau kemana ?”

“Melihat kamarmu. Orang bilang penataan kamar seseorang adalah gambaran kepribadiannya.”

Edward ingin mencegahnya karena belum siap membiarkan Lily masuk ke ranah pribadinya.

“Apa gadis kampung itu pernah tidur di sini ? Apa kalian …” Lily sengaja menggantung kalimatnya.

“Pertanyaanmu sama saja tidak percaya padaku.” Lily tertawa dan membuat Edward terkejut saat ia langsung melompat ke dalam pelukan Edward.

Keduanya tangannya langsung melingkar di leher dan kakinya menjepit pinggang Edward.

“Sekarang jangan coba-coba lagi menghindar dariku dengan setumpuk agendamu.”

“Aku memang masih ada kerjaan karena belum selesai membersihkan bagian luar, lalu…hhmmmm”

Lily melumat bibir Edward dengan tidak sabaran membuat pria itu kewalahan. Tidak sedetik pun Lily membiarkan Edward melepaskan ciumannya dan sudah bertekad membuat pria itu tidak menunda-nunda niatnya untuk menikahi Lily.

Edward yang merasa tidak nyaman dengan perlakuan Lily membawa wanita itu ke sofa yang ada di kamar dan melepaskan ciumannya.

“Maaf, aku benar-benar tidak bisa, Ly. Bersabarlah sampai kita resmi menikah.”

“Kapan ? Sudah sebulan ini kamu malah menghindariku dan rasanya semakin jauh. Aku mencintaimu, Ed, aku tidak ingin kehilanganmu.”

“Sudah aku katakan tadi kalau….” Mata Edward melotot dan kalimatnya terputus karena tidak menyangka Lily akan melepaskan dress yang dikenakannya, menyisakan pakaian dalam yang berwarna hitam.

“Aku rela melakukannya bahkan sebelum kita menikah. Mari kita punya anak bersama hingga tidak perlu ada nikah siri tapi pernikahan yang sesungguhnya.”

Edward malah bergerak mundur saat Lily berjalan mendekatinya dan mulai membuka penutup gunung kembarnya lalu mulai melepaskan penutup daerah sensitifnya.

“Tolong jangan seperti ini Lily. Aku benar-benar tidak siap saat ini.”

“Aku mencintaimu, Ed. Aku tidak keberatan memberikannya padamu sebelum kita menikah.”

Edward melirik miliknya yang tidak bereaksi. Meski tubuh Lily yang sudah polos bisa menggoda laki-laki manapun termasuk dirinya, bagi Edward semuanya terlihat biasa-biasa saja.

Seperti yang Edward pernah bilang pada Fahmi, tubuh wanita seseksi apapun, saat ini bagi Edward hanya seperti seorang pasien di atas meja operasi.

Lily kembali mendorong tubuh Edward yang sudah terbentur ranjang hingga keduanya terjembab ke atas kasur empuk yang baru saja dipasang seprei baru.

Dengan liar, Lily yang berada di atas tubuh Edward melancarkan gerakan nakal dan ciuman yang bisa membangkitkan gairah bahkan tangannya sudah berhasil melepaskan kaos pria itu.

“Lily stop ! Aku tidak ingin melakukannya sekarang.”

Edward berhasil mencegah tangan Lily menyentuh miliknya yang tidak juga bereaksi sedikit pun. Sekuat tenaga Edward mendorong tubuh Lily yang mengukung dirinya hingga posisi mereka terbalik.

“Aku juga mencintaimu dan tidak perlu pembuktian semacam ini untuk menunjukkan rasa cintamu. Percayalah aku akan segera menikahimu setelah urusanku beres.”

“Tapi Ed..”

“Edward !” Pekikan di pintu kamarnya membuat Edward menoleh dan betapa terkejutnya melihat mommy Silvia dan daddy Robert berdiri di sana.

Buru-buru Edward menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Lily dan ia pun turun dari ranjang, mengambil kaosnya dan menyusul orangtuanya yang sudah duduk di sofa ruang tengah.

“Mom, Dad, bagaimana…”

Plak ! Plak !

“Belum sampai 2 bulan Elsa keluar dari sini, kamu sudah berani membawa perempuan lain kemari ? Apa kamu lupa kalau statusmu masih suami sah Elsa ?”

Mata mommy Silvia berkaca-kaca usai menampar pipi anak sulungnya yang sudah dibutakan oleh cinta.

“Aku tidak membawanya kemari, Mom. Lily datang kemari untuk membahas soal pekerjaannya setelah diberhentikan dari rumah sakit.” Hati Edward sedikit tercubit karena harus berbohong pada mommynya.

“Pantas saja Elsa sampai besimpuh 3 hari berturut-turut, memohon pada mommy dan daddy untuk mengijinkannya pergi darimu. Dia tidak pernah bilang alasannya dan sekarang mommy mengerti apa yang membuat Elsa akhirnya menyerah.”

Wajah Edward terkejut saat mendengar cerita mommy Silvia tentang Elsa.

“Seharusnya Elsa tahu kalau sejak awal dia adalah perusak hubunganku dengan Lily, Mom. Kebaikannya tidak bisa menghapus rasa cintaku pada Lily. Apa yang mommy dan daddy lihat barusan tidak seperti apa yang kalian pikirkan karena aku belum pernah melakuannya dengan Lily. Meskipun begitu aku sudah memutuskan dengan atau tanpa restu dari mommy dan daddy, aku akan menikahi Lily secepatnya.”

Lily yang sudah kembali berpakaian lengkap keluar dari kamar, mendekati orangtua Edward dan bersimpuh dengan wajah berlinangan air mata.

“Maafkan saya Om, Tante. Saya terlalu cinta pada Edward sampai rela memberikan milik saya yang paling berharga untuknya. Saya tidak mau kehilangan Edward. Saat dia menikah dengan Elsa…”

“Tidak usah dijelaskan, kami sudah tahu semuanya,” potong daddy Robert dengan suara tegas dan tatapan yang membuat Lily bergedik.

“Jadi kapan kalian akan menikah ?”

“Dad !” pekik mommy Silvia dengan mata membola.

“Jadi daddy akan memberikan restu padaku dan Lily ?”

“Daddy hanya bertanya kapan bukan mengijinkan apalagi memberikan restu.”

Lily sudah beranjak dan duduk dil sebelah Edward.

“Saya terserah Edward, Om,” Lily menatap pria itu sambil menggenggam tangannya.

Ditantang seperti itu Edward malah balik bertanya-tanya dan curiga apalagi saat bertatapan dengan daddy Robert yang tersenyum miring.

1
Djoko Hariyanto
Buruk
Sumar Sutinah
Lumayan
Uti Enzo
Luar biasa
Safa Almira
bagus
Baretta: Terima kasih Kak Safa 😊🙏
total 1 replies
Pak dhe Tono
Luar biasa
Putii
Kecewa
Siti S
Luar biasa
Ayi Sansan
mantappp 👍
Baretta: Terima kasih Kak Ayi Sansan
total 1 replies
Diny Julianti (Dy)
jangan2 Hendra
Ita Maisaroh
akhir nya... lily buka topeng nya sendiri,
dasar sundel bolong
Mulyanah Fira
Luar biasa
Baretta: Terima kasih Kak Mulyanah Fira 😊😊🙏🙏
total 1 replies
guntur 1609
ceritanya menarik. keren. tapi konfliknya terlalu sedikit dan terlalu ringan. kakau ada konfliknya agak beretan sedikit thor. biar bacanya lebih emosi
Baretta: Terima kasih banyak atas dukungannya Kak Guntur1609 😊😊🙏🙏
Masukan dari kakak akan saya coba di cerita berikutnya
total 1 replies
guntur 1609
trims thor ceritanya. sangat keren
guntur 1609
sweet banget si edward
guntur 1609
beghhh gawat ni si edwin..bikin ngakaka saja
guntur 1609
emang oerempuan seperti tu. dia yg mancing2..ehhhhh nanti juga dia yg emosian. hadeehhh
guntur 1609
ed kau harus dikasih pelajaran. agar kau berubah
guntur 1609
bagus tuh elsa. edward harus di kasih oelajaran dia lupa dengan keadaanya dulu
guntur 1609
jangan bilang cowoknya gilang
guntur 1609
hahah cemburu kan loe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!