Ellina damara, gadis berusia 18 tahun yang di adopsi keluarga damarta.
Awalnya kehidupannya baik baik saja sebelum kedatangan sahabat sekaligus calon istri kakak sulungnya. Yang mengakibatkan dirinya di benci oleh sang kakak karena di tuduh berbuat jahat pada calon istrinya.
Hingga sebuah tragedi terjadi. Mereka tidur bersama hingga mengakibatkan ellina hamil. Namun sayangnya Arion sang kakak tak ingin bertanggung jawab. Dan memaksa menyuruh ellina menggugurkan kandungannya.
Dengan sakit hati ellina memilih pergi dari kehidupan Arion seta keluarganya. Melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.
Hingga beberapa tahun mereka bertemu kembali. Dengan ellina yang telah berubah bersama sang putra tampan.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
Ellina bingung. Sejak semalam dia tidak bisa tidur. Pikirannya terus berperang memikirkan masalah kehamilan nya.
Apakah dia harus memberi tahu orang tuanya dan membiarkan mereka mencari solusinya, atau memberi tahu Arion dan membiarkan pria itu menanganinya.
Jika dia memberitahu orang tuanya, hal itu pasti akan mempengaruhi pernikahan Arion dan Nadia. Dan yang lebih parah lagi Arion akan semakin membencinya.
Namun jika memberitahu arion, dia tak yakin dengan respon kakaknya.
Apalagi mengingat ancaman Arion waktu mereka melakukan hal itu.
Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya ellina memutuskan lebih memilih memberitahu arion.
Dia akan membiarkan Arion menyelesaikan masalah. Dari pada di akan menanggung banyak penderitaan karena memberitahu orang tuanya.
Meskipun ellina tahu Nadia bukan perempuan baik. Namun, kakaknya akan lebih memilih Nadia di bandingkan dengannya meskipun kini dia tengah mengandung anak arion.
Ellina meraih ponselnya dan mengirimkan chat pada Arion.
" Kak, aku hamil!"
Satu kalimat itu mampu membuat Arion hampir melompat dari kursi kerjanya. Dia menatap kembali ponsel yang menampilkan pesan dari ellina.
Berharap apa yang dilihatnya salah. Namun, semua itu hanya ilusinya. Barisan kata itu tak berubah sedikitpun.
Arion pun membalas pesan ellina dengan ancaman. Supaya adik nya itu bungkam dan tak memberi tahu orang tuanya.
" Oke. Lo diem, jangan kasih tahu siapapun. Datang ke jln raya baru. Nanti kita bicara!"
Ellina tak membalas lagi kala Arion mengirimkan nya pesan. Dia hanya melihatnya lalu mematikan ponselnya. Dia akan kembali pulang pagi ini.
Prisila yang baru keluar dari kamar mandi menatap heran pada ellina yang melamun. Lalu menghampiri nya sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.
" El. Lo ngelamunin apa?"
Ellina tersentak kaget. gadis itu melihat prisila sekilas lalu sembari menggeleng. Lalu melempar kembali pandangan nya pada ponsel.
" Enggak. Gue gak ngelamun". Dustanya yang pasti di ketahui prisila.
" Emm sil. Gue balik sekarang deh. Lo bisa kan anterin gue" ellina mengalihkan pembicaraan. Tak mau prisila semakin jauh menanyainya.
" Kok cepet banget sih El. Di sini aja dulu. Kita sarapan bareng mama dan papa". Ujar prisila. Membujuk ellina supaya sarapan bersama.
" Gue gak bisa sil. Maaf, tapi gue ada urusan".
" Yaudah. Gue siap siap dulu''. Prisila berlalu pergi. Dia mengalah pada keinginan ellina.
Hanya sepuluh menit prisila kembali. Dia mengambil kunci mobil serta tas kecil miliknya.
Mereka turun ke lantai satu. Disana sudah ada Rania mama prisila serta Radit kakaknya yang sudah siap untuk sarapan.
Melihat anaknya akan pergi Rania bangkit dan menghampiri nya yang bersama sang sahabat.
" Kalian mau kemana pagi pagi gini?"
" Aku mau nganterin El pulang ma." Ujar prisila.
Rania mengerutkan dahinya. " Kenapa pagi pagi banget? Nggak sarapan dulu?".
" Maaf Tan. Aku ada urusan penting. Jadi gak bisa sarapan". Ellina tersenyum tak enak.
" Oh Yaudah. Kalian hati hati di jalannya". Nasihat Rania.
Prisila dan ellina pamit. Ketika sampai di tempat yang Arion maksud, ellina meminta prisila menurunkannya di sana.
" Lo yakin mau turun disini? Ini masih jauh loh dari rumah lo". Prisila merasa khawatir pada sahabatnya itu. Apalagi mengingat ellina tengah hamil. Sampai saat ini dia tak mengatakan hal itu pada siapapun sesuai keinginan ellina.
" Gue khawatir sama Lo El. Lo lagi hamil".
" Gak papa sil. Udah lo pulang. Beneran deh gue gak papa. Gue nunggu seseorang disini". Ellina menenangkan.
" Atau gue tungguin deh sampai yang jemput Lo datang?" Tawar prisila. Dia khawatir pada sahabatnya. Apalagi ini masih jauh dari rumah Ellina. Tetapi Ellina tetap kekeh menggeleng.
" Udah sana gue bakal baik baik aja"
" Beneran gak papa gue tinggal?" Tanya prisila memastikan.
Ellina mengangguk yakin. " Iya. Udah sana gue beneran gak papa".
Akhirnya prisila mengalah. Dia meninggalkan ellina dengan perasaan was was. Sesekali dia menengok kebelakang guna melihat ellina. Namun ellina hanya tersenyum saja.
Tak lama setelah kepergian prisila ellina di paksa masuk ke dalam mobil hitam oleh Arion. Tidak ada kelembutan dari caranya.
Ellina menatap takut pada Arion. Kepalanya menunduk dengan tangan memilin baju yang di kenakan nya. Tubuhnya hanya diam saja, dirinya tak protes kala Arion membawa mobil nya dengan kecepatan di atas rata rata.
Sampai mereka berhenti di tempat yang sepi. Dapat ellina lihat di depannya hanya ada lahan kosong yang di penuhi rerumputan.
" Gue gak mau basa basi. Lo harus gugurin kandungan Lo itu!"
Deg.
Ellina mematung mendengar ucapan Arion. Tangannya semakin kuat meremas rok yang di kenakan nya.
" Gue gak mau pernikahan gue dengan nadia hancur cuma gara gara Lo hamil. Dua Minggu lagi pernikahan gue di gelar. Dan saat itu Lo harus udah gugurin kandungan Lo itu".
Yah, Arion memajukan tanggal pernikahannya menjadi dua Minggu lagi. Itu adalah permintaan Nadia.
" Gue akan cari dokter yang bisa di percaya buat aborsi Lo".
Ucapan Arion terdengar enteng mengatakan aborsi. Seolah hal itu memang lumrah di lakukan dan tak berdosa. Apakah Arion benar benar tak punya hati?
Ellina melirik Arion sekilas menggunakan ekor matanya Aborsi? Rasanya begitu berat saat mendengar kata itu.
" I-iya".
hanya itu kata yang keluar dari mulut ellina. Meskipun bibirnya berkata iya tapi tidak dengan hati dan pikirannya yang menolak untuk melakukan aborsi.
"Besok gue akan cari dokter untuk Lo melakukan aborsi".
" Bagaimana jika aku melakukan aborsi nya nanti di hari pernikahan kakak. Besok aku ujian takut mami bertanya jika aku tidak ikut". Ellina berusaha bernegosiasi.
Arion berpikir sejenak. Benar juga apa yang di katakan ellina. Jika maminya tahu ellina tidak masuk ujian maminya akan bertanya. Apalagi setelah aborsi pasti harus pemulihan.
" Oke gue setuju. Lo bisa lakuin aborsi ketika hari pernikahan gue. Lo kasih alasan liburan aja"
Mumpung hari pernikahannya bertepatan dengan libur semester. Hal itu tidak akan membuat maminya curiga.
Setelah selesai Arion kembali melajukan mobilnya untuk mengantarkan ellina pulang. Tak sampai di rumah, arion menurunkan ellina di gang menuju rumahnya. Setelahnya dia kembali ke kantor.
Tangis ellina runtuh kala mobil Arion melesat pergi. Dadanya bergemuruh saat kata aborsi terngiang ngiang di telinganya.
Arion dengan mudahnya menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya sedangkan yang di kandungnya adalah darah daging Arion sendiri,dan kakaknya tega menyuruhnya melenyapkannya.
Mengingat Arion tanpa perasaan mengatakannya dengan enteng membuat rasa benci ellina mencuat. Dia tak mungkin membunuh calon anaknya.
Cukup dia berdosa akibat hamil di luar nikah. Selebihnya dia tak mau menanggungnya. Apalagi melenyapkan anaknya.
Sikap Arion yang kasar serta tak memiliki hati membuat ellina yakin dengan keputusannya untuk tidak menggugurkan kandungannya.
Bagaimana dengan keluarganya itu nanti akan dia pikirkan. Sekarang adalah bagaimana cara agar Arion tak tahu jika ia tidak akan melakukan aborsi.
**mohon tinggalkan jejak jika suka.....
like...
vote.....
komen.....
selagi gratis😉**